webnovel

Chapter 20 - Ibukota (Bagian 4)

"Ma--maafkan Saya. Menunjukkan penampilan Saya seperti ini di depan Anda, la--lalu tanduk Saya," Ia menyentuh tanduknya yang patah dengan perasaan takut dan malu.

"Ti--tidak apa-apa, Kau tidak perlu memikirkannya. Lagipula tanduk itu patah bukan karena kesalahan mu kan? Jadi Kau tidak perlu memikirkannya, mengerti?"

Pelayan itu benar-benar ketakutan, wajahnya terlihat jelas sekarang ia ketakutan berdiri. Void melirik kearah Scintia, berusaha memberi isyarat untuk mengatakan sesuatu kepada perempuan itu. Scintia membuka matanya juga mulutnya berbicara.

"Kamu, tidak perlu khawatir. Jika paduka berbicara seperti itu, maka Kamu harus melakukannya, ini akan menjadi sebuah kehormatan untukmu karena mematuhi permintaanya."

'Uwah memangnya pengaruh Kaisar besae sekali ya? Kedengarannya seperti aku adalah orang yang sombong,' Isi hatinya tidak dapat dikeluarkan. Void hanya diam mendengarkan Scintia mengurusi perempuan pelayan itu.

"Karena itu tolong bersikap biasa saja, anggap Kami pelanggan yang lainnya, itulah yang diinginkan Tuan ku."

Ucapan Scintia mengendalikan peremmpuan itu, memberikan kehormatan kepada seorang Iblis yang memiliki tanduk yang tidak sempurna cukup untuk menutup mulut Iblis itu. Perempuan itu tersenyum kecil lalu membungkuk.

"Ka--kalau begitu silahkan nikmati hidangan Kami, Sa--saya permisi."

Perempuan itu pergi dengan senyuman lebar yang terlukis indah di wajahnya. Sebuah kehormatan untuk yang diberikan oleh Kaisar adalah sebuah hadiah yang tidak dapat tergantikan oleh apapun, itu yang Scintia katakan kepada Void setelahnya. Ia hanya terdiam mendengar ucapan itu, karena ia sadar betapa besarnya sosok sang Kaisar Iblis itu, dicintai dan dihormati oleh penduduknya.

"Scintia … Setelah ini kita akan kembali, aku ingin beristirahat," Ucap Void dengan suara yang sangat pelan meski begitu Scintia masih dapat mendengarnya.

Selesai dengan makanan mereka, Void keluar lebih dulu dan Scintia menaruh uang diatas meja makan mereka dan memberitahu pelayan perempuan itu. Sejak berbicara dengan perempuan itu, Void masih menutup mulutnya dan tidak berbicara sama sekali kepada Scintia. Setelah berteleportasi langsung ke kamar Void, ia langsung meminta Scintia keluar dari kamar. Void melempar tubuhnya ke ranjang mewah itu, hangat dan empuk, sangat berbeda dengan kasur lantai miliknya.

"Ah melelahkan, tidak kusangka hanya berjalan dan makan bisa sangat melelahkan," Ia mengeluh sambil meregangkan tubuhnya, kemudian membenamkan wajahnya ke atas bantal. Bukan bantal kasar dan bau yang ia miliki di kehidupan sebelumnya, bantal dan ranjang itu ingin membuat Void terlelap tidur.

"Ah … Kaisar Iblis benar-benar orang yang hebat, begitu dihormati dan dicintai. Mereka juga sangat ramah … Lalu kenapa? Ah … Aku baru ingat, saat sebelum dipindahkan ke dunia ini Aku belum tidur. Yah, informasi yang kubutuhkan untuk permulaan sudah kudapatkan, tidak masalah jika Aku tidur sebentar kan?"

Berakhir ucapannya, mata Void yang sudah terasa sangat berat akhirnya menutup sampai terlelap kedalam alam mimpi.

==

Scintia melangkah sendirian melalui lorong yang panjang. Ketukan itu masih terasa di dahinya, meski sakit tapi ketukan itu terasa seperti sebuah hadiah untuknya. Tanpa sadar Scintia tertawa, tawanya bergema sampai ke ujung lorong, pelayan-pelayan lain yang sedang bekerja di lorong yang sama bisa mendengar suara ketua mereka yang terdengsr begitu bahagia.

"Ketua sepertinya sedang bahagia."

"Ya, Tuan Ink Owl bilang kalau Kaisar mengajaknya ke kota, pasti karena itu."

"Ah … Eh? Ketua kemari."

Dua pelayan perempuan yang sedang berbisik itu terdiam dan menghadap kearah Scintia yang tengah berjalan ke arah mereka. Mereka membungkuk dengan rasa hormat.

"Selamat siang Nona Scintia," Sapa mereka berdua serempak.

"Ah selamat siang. Maaf karena Aku tidak membantu kalian," Ucap Scintia sambil menunjukkan senyuman yang masih belum pudar dari wajahnya.

"Tidak apa-apa, Anda juga sedang menemani Paduka Kaisar, jadi Anda tidak perlu khawatir," Ucap salah satu pelayan.

"Jadi, bagaimana jalan-jalan dengan paduka?" Tanya pelayan yang lain.

Scintia tersipu malu dengan pertanyaan pelayan itu, wajahnya yang memerah padam berusaha ia sembunyikan dengan kedua tangannya. Sangat manis ketua mereka tersipu seperti itu, dua pelayan perempuan itu berencana untuk tidak membiarkan Scintia kabur dari sana.

"Ah sepertinya memang terjadi sesuatu!"

"Ah ketua bikin iri."

Scintia tidak bisa menahannya lagi, semua ucapan mereka itu membujuknya untuk berbicara kepada mereka berdua. Menatap mereka sayu, menyembunyikan senyuman manisnya.

"Sebenarnya … Aku, dipukul paduka."

Suasana hening dalam sekejap langsung tercipta, mereka yang mendengar hanya mempertahankan ekspresi mereka, tidak tahu harus bagaimana merespon perkataan sang kepala pelayan itu. Tentu saja mereka tahu pukulan dari sang Kaisar bukanlah hal baik, tetapi ketua mereka tidak begitu.

"Paduka mengetuk kepala ku dengan keras karena aku tidak sengaja ingin membocorkan penyamarannya … Aaah~ sampai sekarang aku masih bisa merasakan sensasi panas di dahi ku."

Dia begitu menikmatinya, wajahnya nampak sangat bersyukur saat mengatakan itu kepada kedua gadis pelayan itu.

"A--ah … Memangnya itu hal bagus?"

"Aku tidak tahu …"

Dua pelayan itu saling berbisik disaat ketua mereka terhanyut dengan ingatannya ketika di kedai.

"Nona Scintia, sepertinya anda bersenang-senang ya."

Mereka bertiga menoleh bersamaan ke arah seseorang yang tiba-tiba berbicara. Melihat sosok itu Scintia dan dua pelayan langsung membungkuk, memberi hormat kepada Ink Owl.

"Ah, Tuan Ink Owl, selamat siang."

"Oh selamat siang Nona Scintia, kalian juga."

Pria berkepala burung hantu itu dengan jelas tersenyum ramah kepada dua pelayan lainnya.

"Tuan Owl, Nona Scintia, kami permisi," Ucap salah satu gadis pelayan kemudian mereka berdua pergi meninggalkan Scintia dan Ink Owl.

Ink Owl mendekati Scintia sambil melihat dua pelayan yang pergi. Scintia terus menunduk ketika Ink Owl mendekatinya, meski ia dekat dengan Kaisar tetapi kedudukannya dalam Kekaisaran tetaplah dibawah para Jenderal Kekaisaran Iblis.

"Scintia, apa paduka sedang beristirahat?" Tanya Ink Owl.

"Benar Tuan. Saat ini paduka sedang beristirahat di kamarnya, sepertinya beliau saat ini sedang tidur," Jawab Scintia kemudian ia mengangkat kepalanya, melihat sang penasihat Kaisar.

"Begitu," Balas Ink Owl singkat.

Balasan seperti itu membuat Scintia khawatir, dari ucapannya ia merasa jika Ink Owl juga mengkhawatirkan sesuatu.

"Apa ada sesuatu?" Tanga Scintia khawatir.

"Ah tidak, bukan hal penting. Aku hanya ingin berbicara dengan beliau tentang perbatasan di hutan Sanktas."

Mata Scintia menyipit, perasaanya semakin khawatir mendengar masalah itu. Scintia juga tahu tentang masalah di perbatasan Kekaisaran yang bersinggungan dengan Kerajaan Hertia, Kerajaan milik manusia.

"Apa separah itu?" Tanya Scintia dengan raut wajah murung.

"Ah tidak tidak, Tuan Tenerbis dan Aku sudah mengurus itu dan Kaisar juga sudah meminta Kami untuk tidak memulai konflik," Scintia bernafas lega ketika mendengar jawaban itu, senyuman kecil kembali terlukis di wajahnya "Meski tidak diperintah pun Kami tidak mau memulai masalah yang memicu perang dengan manusia … Kami juga tidak ingin melihat Kaisar memikul tempat tinggal kita sendirian lagi. Karena itu, Kami tidak akan membiarkannya," Lanjut Ink Owl dengan mata yang menyipit, keseriusan dan kekhawatiran terlihat jelas di wajahnya.

Meski Scintia saat itu masih bukan bagian dari Kekaisaran, tapi Scintia juga tidak ingin penguasanya melakukan hal yang sama untuk mengakhiri perang 500 tahun yang lalu.

To be continue

Bab berikutnya