Adaline menyaksikan sendiri bagaimana lihainya para panglima dan prajurit terlatihnya itu dalam berkerumun, dengan formasi 431 untuk berusaha melindungi dirinya dari serangan ditengah peperangan dahsyat yang sedang berlangsung. Meskipun suasana mencekam dan seringkali Adaline berteriak histeris dengan goresan pedang di tubuh-tubuh lawan yang menyemburkan darah mengalirnya dimata Adaline sendiri secara langsung. Adaline merasa sangat beruntung dan sangat terharu dengan kesetiaan para prajurit dan panglimanya yang masih peduli kepada dirinya yang jelas-jelas sudah membawa Negeri ini dalam bahaya karena ulah Ayahnya.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com