webnovel

15. Kejujuran Hati

Hanya Adaline yang pertama kali mengenalkan bahkan membuat Shem bisa menyentuh binatang secara langsung. Mereka bersenda gurau dan bercerita tentang banyak hal. Shem semakin hari semakin mengagumi sosok Adaline. Dia gadis tidak seburuk penilaiannya kala itu.

Semakin hari Shem dan Adaline semakin sering bertemu, kadang-kadang Ayah Shem, Raja Theophilus tidak bisa berkunjung ke Kerajaan Serafin. Maka Shem dan beberapa petinggi kerajaan yang hadir. Persahabatan dan kedekatan mereka sungguh tanpa terasa telah berjalan selama tiga tahun. Sama halnya dengan kerjasama kedua Kerajaan besar itu juga berjalan selama tiga tahun. Seiring bertambahnya usia Shem. Kini dirinya telah berusia 17 tahun, Adaline mulai berusia 15 tahun. Keduanya masih dalam kedekatan dan menjalin persahabatan dengan sangat akrab.

"Apakah pertemuanmu dengan Ayahku sudah selesai Pangeran?" Gadis itu menanyakan dan mendatangi Pangeran Shem ketika acara pentingnya itu sudah selesai.

"Tentu sudah selesai, Tuan Putri, memangnya kenapa?" tanya Shem sambil tersenyum.

"Aku ingin sekali menunjukkan kepada Pangeran sebuah hutan yang indah dan rindang dengan ribuan macam pepohonan yang kau pasti belum menemukan hutan indah seperti di Negeri Serafin ini," ajak Adaline.

"Benarkah? Aku sangat tertarik. Kenapa banyak sekali keistimewaan yang Negerimu miliki? Aku hampir tak menemukannya di Negeri-negeri lain. Bahkan di Negeriku sekalipun." Pangeran Shem sangat antusias dengan ajakan Adaline.

"Itu karena kerajaan ini sangat subur, rakyat kami juga makmur, di tambah Ayah dan Ibuku pecinta semua mahluk. Hewan dan tanaman. Sekecil apapun dan seunik apapun akan di budidayakan. Ada lembaga khusus yang diperintahkan untuk merawat dan melestarikannya." Adaline segera menarik lengan Shem dan mengajaknya berjalan menuju kuda masing-masing.

Adaline mengatakan bahwa saking cintanya Kerajaan dengan tanaman dan hewan, Istana tidak main-main dengan sebuah penemuan baru. Apabila ada rakyat atau orang yang menemukan jenis tumbuhan baru atau spesies baru binatang akan diberikan sebuah hadiah yang luar biasa menarik. Sehingga banyak yang berlomba-lomba mencari keberadaan tanaman dan binatang langka yang lain.

Keduanya lalu berkuda dengan kecepatan kuda yang sedang, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Mereka benar-benar ingin menikmati pemandangan demi pemandangan di dua sisi jalan mereka. Memang terlihat asri dan rindang. Shem dibuat berdecak kagum berulang kali dengan penataan dan lokasi-lokasi yang tampak rapi dan bersih terawat.

Adaline menceritakan bahwa di hutan itu sangat aman. Ada penjaga yang secara berkala berganti sift untuk menjaga hutan indah itu. Jadi mereka tak perlu takut berkunjung dengan adanya binatang buas. Semua sudah dipastikan steril dari binatang buas.

Keduanya telah sampai pada hutan yang dituju. Memang sangat indah dan nampak begitu hijau di mata. Suasana sangat bersih tak ada sampah yang berserakan bahkan daun-daun kering juga tak nampak.

Mereka menjalankan kudanya dengan sangat pelan karena menikmati pemandangan alam yang rindang dan sejuk ini. Shem tak henti-hentinya menatap pepohonan berbagai jenis itu. Adaline juga banyak memberikan detail pohon dan menunjukkan beberapa jenis pohon yang ada. Adaline sengaja membawa buku yang dibuat oleh ahli perhutani yang menjaga di hutan ini. Untuk mencocokkan pohon yang dilihat dengan gambar dan penjelasan di bukunya.

"Kamu siap melanjutkan? Menyaksikan keindahan alam ciptaan Tuhan ini. Bersamaku Pangeran? Apakah kamu tidak akan dimarahi Ayahmu jika sampai telat pulang karena aku?"

"Tentu aku siap, tidak mungkin Ayah memarahiku, Adaline ... Berkuda denganmu sangat menyenangkan. Kamu tampak lihai mengendarainya tadi. Sekarang kau juga lihai menjadi pemandu wisataku. Kamu gadis serba bisa," puji Shem kepada gadis belia itu, membuatnya tersipu malu.

"Ah biasa saja Pangeran, aku seorang Putri yang biasa saja seperti putri-putri Kerajaan lain. Tidak ada yang istimewa, hanya saja kamu belum tahu kejelekanku. Hehehe." Adaline tertawa dengan menutup bibirnya. Ia benar-benar malu dibuat oleh Shem.

"Aku sudah tahu kejelekanmu sejak awal bertemu denganmu saat kamu masih anak ingusan! Kamu gadis bandel dan usil" Shem mendekatkan kudanya berbeda arah dari Adaline.

Srkarang kuda itu berjejer namun berbeda arah. Kepala kuda Shem sejajar dengan perut kuda Adaline. Semakin lama kuda itu posisinya adalah kepala bertemu dengan ekor kuda lainnya. Sehingga Adaline dan Shem nampak sangat berdekatan.

Keduanya saling menatap penuh arti. Dalam hati yang penuh kebahagiaan dan berdebar-debar. Kedua manusia belia ini merasakan ada getaran yang berbeda dari sebelum-sebelumnya.

"Adaline, semakin aku mengenalmu, kamu semakin memikat hatiku. Aku belum pernah menemukan gadis secantik dan secerdas dirimu." Shem mulai meraih tangan Adaline yang sedang memegang tali kuda.

Shem lalu mendongakkan kepalanya ke hadapan Adaline. Membuat wajahnya lebih dekat dengan wajah gadis itu. Tiba-tiba Shem mencium gadis itu dengan lembut. Adaline tampak tidak menolak, dia memejamkan mata dan membalas ciuman itu. Keduanya terbawa oleh suasana alunan cinta pada pandangan pertama. Di suasana yang sejuk, di bawah rindangnya pepohonan yang menjadi saksi tertanamnya cinta pertama mereka berdua.

Shem melepaskan ciuman itu dari Adaline, keduanya masih saling bertatapan mesra, Shem lalu menyentuh dagu Adaline, dia mencium lagi gadis itu dengan lebih lembut. Adaline pun menyambutnya dengan hangat. Ciuman yang indah disiang hari. Dibawah rimbunan pepohonan yang hijau. Shem kemudian tersenyum dan membuat Adaline malu-malu. Keduanya baru saja merasakan ciuman pertama mereka pada cinta pertama mereka juga.

"Aku mencintaimu Adaline, apakah remaja yang berusia 17 tahun ini boleh jatuh cinta kepadamu? Wahai gadis berusia 15 tahun?" tanya Pangeran Shem.

"Aku tidak tahu Pangeran, bolehkah aku bertanya kepada Ibuku dulu nanti?"

"Jangan kau katakan, aku akan malu. Apa kamu tidak menyukai aku?" Dia menggelengkan kepalanya.

"Aku menyukaimu, aku merasakan nyaman bila bersamamu, tapi aku takut orang tuaku marah,"

"Kita jalani saja sampai kita dewasa, baru kamu boleh mengatakan kepada Ibumu." Shem juga tidak berani mengakui perasaannya kepada orang tuanya. Dia merasa terlalu muda, ia takut kalau nanti pertemuannya dengan Adaline selanjutnya akan dilarang oleh Raja. Begitu juga sebaliknya, Shem melarang Adaline untuk menceritakan soal ciumannya tadi kepada Ibu Adaline, dia sangat takut kalau Adaline juga dilarang untuk menemuinya lagi.

Keduanya terus menyusuri hutan. Untuk menyaksikan keindahannya. Adaline dan Shem berjalan-jalan bersama menikmati kebersamaan mereka.

"Ibuuuu ... Ibuuu ...." Adaline berlari mencari dan memeluk Ibunya dengan cepat. Setelah dia pulang dari hutan tadi.

"Hai Sayang, kamu kenapa?" tanya Ibunya.

"Ibu, aku ingin memberi tahu sesuatu. Ibu, Pangeran Shem telah menciumku saat kami berkuda menuju Hutan cantik kita. Dia mengatakan mencintai aku?" Adaline tetap menceritakan kepada Ratu Librivia tentang kejadian tadi. Karena dia merasa bingung. Di satu sisi dia ketakutan dan di sisi lain dia merasa senang.

Bab berikutnya