webnovel

Antara senang dan menyesal

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Reno mencium bibir Sigit. Entah apa yang sudah merasuki dirinya, tiba-tiba saja ia nekat melakukan itu tanpa pikir panjang.

Dengan keadaan yang masih sadar, Sigit kaget bukan main ketika Reno mencium bibirnya itu. Ini juga pertama kalinya bagi Sigit mencium bibir seseorang, setelah lama melajang. Tapi dirinya tidak pernah mengira, kalau first kissnya adalah dengan seorang laki-laki juga, yakni Reno.

Dirinya terdiam, namun bukan diam karena menikmati. Sigit diam karena ia sedang menahan amarahnya dan juga perasaan lain yang menjadi satu di hatinya. Ingin sekali Sigit menghajar habis-habisan Reno saat ini juga, namun rasa sayangnya kepada Reno mengalahkan semua emosi yang berkecamuk di hatinya.

Reno yang mengira kalau Sigit diam karena pasrah, semakin berani karena libidonya sudah naik ke ubun-ubun. Ia memeluk Sigit semakin erat, mulutnya semakin liar dan berusaha melumat serta lidahnya mencoba untuk menerobos masuk ke dalam mulut Sigit.

Sigit yang nafsunya sudah berada di puncak juga, perlahan memejamkan matanya. Lumatan bibir lembut Reno mulai ia rasakan dengan perasaan, serta kejantanannya yang semakin mengeras tepat di sela bokong Reno.

Tangan Reno yang tadinya melingkar di leher Sigit, kini mulai turun dan ia tempelkan di dada bidang milik Sigit. Semakin lama, tangannya itu semakin turun dan memegang gundukan besar yang berkedut-kedut yang dari tadi sudah ia rasakan di bokongnya itu.

Saat tangannya sudah menyentuh gundukan itu, Reno mulai meremasnya secara perlahan. Karena merasa kalau kejantanan milik Sigit belum sepenuhnya tegang, Reno memberanikan diri untuk menelusupkan tangannya masuk ke dalam celana dalam boxer yang dipakai Sigit.

Sigit semakin memejamkan matanya, merasakan tiap rangsangan yang ia terima dari permainan tangan dan juga mulut Reno. Namun ketika merasakan tangan Reno menelusup masuk, Sigit langsung melepaskan ciuman Reno dan tangannya memegang pergelangan tangan Reno untuk menahannya.

"Kamu mau ngapain Ren?" bingung Sigit.

Mengabaikan pertanyaan dari gurunya tersebut, Reno terus menelusupkan tangannya ke celana dalam yang dipakai oleh Sigit. Setelah menyentuh kejantanan milik Sigit yang terasa hangat itu, tiba-tiba saja jantung Reno berdebar tidak karuan. Semua itu karena ia tau, ukuran kejantanan milik Sigit sangatlah besar.

Namun nafsu yang sudah menguasainya, membuat akal sehat Reno hilang. Secara perlahan ia memejamkan matanya lalu menggenggam kejantanan Sigit dengan mantap, kemudian ia mulai mengocok pelan kejantanan Sigit yang sudah menegang keras dan berkedut-kedut di tangannya.

Hal yang sama pun terjadi kepada Sigit. Nafsu yang sudah berada di ubun-ubun, membuat akal sehatnya hilang. Pria lajang berumur 30 tahun itu tidak bisa membohongi dirinya sendiri, kalau apa yang dilakukan Reno benar-benar membuatnya terangsang. Ditambah di umurnya yang sudah tidak muda, Sigit belum pernah melakukan hubungan badan, makanya nafsunya dengan cepat naik ke puncaknya.

Dengan sadar, Sigit mencium bibir Reno yang sudah ia lepaskan tadi. Tangannya kini beranjak ke bokong Reno, meremasnya secara kasar penuh gairah. Lidahnya bermain menjelajah seisi mulut Reno, hingga membuatnya kewalahan dan kesulitan bernapas.

Masih dengan keadaan seperti itu, Sigit bangkit lalu menggendong Reno ke arah kasur. Kemudian ia melempar Reno ke atas kasur, lalu disusul oleh Sigit yang berposisi tepat di atas tubuh Reno.

Reno menelan ludahnya, jantungnya berdebar dengan sangat cepat seperti sedang berlari marathon. Wajah Sigit yang garang dan bernafsu benar-benar membuatnya ciut dan ketakutan, namun matanya masih saling tatap dengan gurunya itu.

Tangan kekar Sigit merobek singlet yang dipakai Reno dan membuangnya ke sembarang arah. Lalu dengan jantannya, Sigit menggenggam kedua tangan Reno dan menaikkannya ke arah atas. Seketika saja tubuh dan ketiak mulus Reno yang tidak ada bulunya itu terekspos dengan jelas, membuat nafsu Sigit semakin menjadi-jadi.

Sigit menundukkan tubuhnya, lalu mulutnya langsung menggigit kecil puting berwarna pink muda milik Reno. Sesekali Sigit mencium, menyedot, dan tentu menggigit puting mungil itu. Hingga membuat tubuh pemilik puting itu menggeliat tidak karuan karena merasa geli dan juga nikmat.

"Engh... emh..." desah Reno pelan. Reno memejamkan matanya, merasakan setiap permainan dari mulut pria gagah itu di dadanya yang rata.

Tubuh mungil Reno terus menggeliat, apalagi saat Sigit menggigit putingnya hingga terasa sedikit perih. Namun tangannya yang sudah dikunci oleh Sigit, membuatnya pasrah dan membiarkan pria gagah itu menjalankan aksinya.

Dari puting dan dada, kini mulut Sigit beranjak ke arah leher Reno yang terlihat jelas sekali. Sigit melepaskan genggaman tangannya dari tangan Reno, lalu tangan kanannya melingkar di leher Reno dan tangan kirinya menjambak kecil rambut Reno.

Reno terkejut saat mengetahui Sigit sedang menggigit lehernya seperti vampir. Terasa juga kalau Sigit tak ragu untuk menyedot leher Reno dengan kuat. Tangan Reno otomatis ikut melingkar di tubuh kekar Sigit, kepalanya menyamping membiarkan Sigit merasakan lehernya itu.

Setelah terlihat ada dua bekas biru di leher bagian kiri dan kanan Reno, Sigit menyudahi permainan mulutnya itu. Napas Reno tersengal, karena tidak bisa mengatur napasnya yang memburu.

Puas dengan bagian dada dan leher Reno, Sigit bangkit lalu melepaskan celana dalamnya itu. Tubuh kekar dengan kulit sawo matang itu kini benar-benar terlihat dengan jelas. Napasnya memburu, dadanya naik turun, terlihat dengan jelas kalau Sigit sudah bernafsu dengan Reno.

Reno tidak berkedip melihat guru olahraganya itu sudah telanjang bulat. Kini, benda yang dari dulu membuatnya penasaran sudah bisa dilihat dengan sangat jelas oleh matanya sendiri. Namun ada ketakutan saat mengetahui kalau ukuran penis Sigit besar dan juga tebal, ditambah urat-urat mencuat yang membuat penis Sigit semakin mengerikan.

Sigit mendekatkan dirinya kepada Reno yang duduk sambil menatapnya tanpa berkedip. Penisnya yang sudah basah oleh precum itu kini berada tepat di depan wajah Reno, yang masih melamun karena tidak percaya dengan ukuran penis yang besar itu.

Tangan Sigit meraih bagian belakang kepala Reno, lalu menempelkan penisnya di wajah Reno. Dengan memejamkan matanya, Reno menghirup aroma penis Sigit yang sangat jantan itu.

Tanpa ragu, Reno mencium kecil penis yang sudah tegang itu. Mulai dari buah zakarnya, lalu ke batang, dan berakhir di kepala penis. Ada rasa asin saat lidah Reno menyentuh lubang penis milik Sigit, namun entah mengapa Reno menyukainya.

Setelah mulut Reno terbuka, Sigit langsung memasukkan penisnya ke mulut Reno. Ia sengaja mendiamkan bagian kepala penisnya di mulut Reno, merasakan lidah Reno yang menjilati kepala penisnya itu.

"Aaaahhh..." desah Sigit. Ia menikmati saat Reno mengulum penisnya itu, rasanya luar biasa nikmat.

Reno yang baru pertama kali mengulum penis pun kewalahan, apalagi penis yang dikulumnya berukuran besar dan tebal. Ditambah kepalanya yang dikontrol oleh Sigit, membuatnya tidak bisa berontak karena kalah tenaga.

"Oouhhh...." desah Sigit lagi, saat setengah penisnya sudah masuk ke dalam mulut Reno. Ia semakin mendorong pinggulnya serta menekan kepala Reno ke arah pangkal penisnya.

Tangan Reno yang tadinya diam, kini beranjak ke paha bagian atas milik Sigit. Ia mencoba menahan gurunya itu, namun tentu saja sia-sia. Sigit malah menekan lagi hingga penisnya merojok ke tenggorokan Reno.

"Uaaaahhhh..." desah Sigit, ketika kepala penisnya seperti dijepit oleh tenggorokan Reno. Dengan sengaja ia menahan kepala Reno dengan dua tangan, membiarkan penisnya di tenggorokan Reno selama beberapa menit.

Tubuh Reno menggeliat, tangannya mendorong paha Sigit dengan susah payah. Namun perbedaan tenaga membuatnya tidak berdaya, membuat napasnya hampir habis karena ada penis di tenggorokannya.

Reno memejamkan matanya, air matanya keluar dengan sendirinya. Saat itu juga, ia merasakan ada cairan yang mengalir masuk ke tenggorokannya. Setelah itu, Sigit melepaskan penisnya.

Tidak puas dengan tenggorokan Reno, Sigit pun mulai mencari lubang yang lebih sempit lagi. Ia mendorong Reno hingga terjatuh di kasur, lalu meloloskan celana dalam yang dipakai Reno.

Kini bokong bulat berukuran sedang cenderung kecil milik Reno terlihat dengan jelas. Dengan kuat Sigit menarik kaki Reno, lalu meletakkan di pundaknya. Kepala penisnya otomatis menempel tepat di bibir anus Reno.

Hanya bermodalkan ludah, Sigit mencoba melumuri lubang anus Reno sebanyak mungkin. Jarinya bermain-main di lubang anus Reno, sesekali memasukkan jarinya agar otot anusnya tidak tegang.

Reno memejamkan matanya, menahan sakit sekaligus menikmati sentuhan dari jari Sigit. Tangan Sigit yang lain mulai melumuri penisnya sendiri sambil mengocoknya pelan.

"Pak, pelan-pelan ya?" ucap Reno gugup, karena ini pertama kali baginya.

"Ya..." sahut Sigit datar.

Dengan bantuan tangan yang memegang penisnya, perlahan tapi pasti Sigit mendorong pinggulnya. Penisnya pun ikut terdorong, menerobos masuk ke lubang anus Reno yang berukuran sangat kecil itu.

"Aaaakhhh..." pekik Reno, ketika lubang anusnya diterobos masuk. Tangannya mencengkram keras pergelangan tangan Sigit, bukti kalau Reno sedang menahan rasa sakitnya.

Lubang Reno yang sangat sempit membuat Sigit mencabut penisnya. Ia kembali melumuri penisnya serta lubang anus Reno dengan ludah, setelah cukup banyak barulah Sigit bersiap menusuk lagi lubang sempit itu.

Setelah bersusah payah dan mengeluarkan banyak keringat, akhirnya seluruh penis Sigit masuk secara keseluruhan. Ia mendiamkan penisnya sejenak agar Reno bisa beradaptasi.

"Pak, sakit banget. Jangan didorong dulu" rintih Reno, saat Sigit mulai mendorong lagi penisnya lebih dalam.

Reno memejamkan matanya, menahan rasa sakit yang luar biasa. Anusnya terasa seperti disobek, rasanya perih dan juga panas. Ia tidak menyangka kalau rasanya sakit seperti ini.

Tanpa mempedulikan Reno yang kesakitan, Sigit perlahan mengeluarkan lalu memasukkan lagi penisnya itu secara berulang. Lubang anus Reno yang sangat sempit, membuatnya tidak bisa mengontrol nafsunya yang sudah berada di puncak.

Reno hanya bisa pasrah, menerima semua rasa sakit itu. Ini semata-mata dilakukan untuk membuktikan cintanya kepada Sigit, sampai ia rela memberikan tubuh serta keperawanannya itu.

Kurang suka dengan posisi itu, akhirnya Sigit menurunkan kaki Reno yang berada di pundaknya. Lalu dengan kuatnya Sigit membalikkan tubuh Reno hingga tengkurap. Tangannya menarik pinggang Reno, agar bagian bokongnya sedikit terangkat dan posisi Reno menjadi sedikit menungging.

"Engh... sakit..." rintih Reno lagi, ketika Sigit memasukkan kembali penisnya. Pinggulnya pun mulai maju-mundur untuk menusuk-nusuk lubang anus Reno.

Sigit perlahan menempelkan tubuhnya dengan tubuh Reno yang menungging itu. Kedua tangan kekarnya memeluk tubuh kecil Reno, tangannya pun meremas dan juga mencubit kasar dada serta puting Reno. Mulutnya juga ikut bermain di leher Reno untuk memberikan tanda tepat di bawah daun telinganya, sambil pinggulnya terus maju-mundur menusuk anus Reno dengan penisnya.

Keringat mereka berdua bercucuran dan menjadi satu, mulut mereka terus mengeluarkan desahan yang tak kunjung berhenti. Mereka berdua sedang berada di puncak kenikmatan, tanpa mempedulikan kalau yang memberikan kenikmatan itu memiliki jenis kelamin yang sama.

Penis Reno yang tadinya lemas, perlahan mulai bangun karena rangsangan dari Sigit. Ia juga merasakan penis Sigit menyentuh sesuatu di dalam anusnya sehingga penisnya bangun, namun ia tidak tau apa itu.

"Aaahh... akh... ahh..." desah Sigit, sambil terus menusukkan penisnya secara kuat. Saking kuatnya, tubuh kecil Reno sampai terlonjak karena tidak kuat menahannya.

Tanpa Sigit ketahui, penisnya menusuk tepat di titik rangsang Reno. Hingga membuat Reno kewalahan dan desahannya semakin menjadi karena itu.

"Emh... ja-jangan disitu Pak... ouhh... aaaahhh" desah Reno.

Tangan yang ia gunakan untuk menopang tubuhnya mulai melemas, karena titik rangsangnya terus dihajar oleh Sigit. Hingga saat itu juga, Reno merasakan akan klimaks meski tidak ada yang menyentuh atau mengocok penisnya.

"Engh... aaahhh..." Reno mendesah panjang, saat spermanya menyembur keluar dari lubang kencingnya.

Klimaks Reno membuat ototnya berkontraksi, sehingga otot lubang anusnya menegang dan penis Sigit terasa seperti dijepit sangat kuat.

"Akh... akh... akh..." Sigit semakin menguatkan tenaganya dan membuat tubuh Reno yang sudah lemas semakin terguncang.

Beberapa saat kemudian, Sigit memeluk Reno dengan sangat erat. Ia menekan kuat bokongnya hingga penisnya menusuk sangat dalam. "Aaaaaahhhhh..." Sigit mendesah panjang saat mengeluarkan spermanya di dalam lubang anus Reno.

Reno menahan sakit, terlebih saat sperma hangat Sigit membanjiri lubang anusnya. Ada rasa perih, dan juga perutnya terasa seperti penuh, sedikit mual karena itu semua.

Dengan posisi yang masih berpelukan erat, Sigit menjatuhkan tubuhnya ke kasur. Mereka tidur menyamping, dengan Reno yang dipeluk erat oleh Sigit dan juga penis Sigit yang masih ada di dalam lubang anus Reno. Sigit menggoyangkan pinggulnya pelan, merasakan sisa-sisa kenikmatan yang masih ada.

Tanpa melepas penisnya, tangan Sigit memutarbalikkan tubuh Reno. Lalu ia tidur terlentang, dengan Reno yang tiduran di atas tubuhnya. Sigit memeluk Reno sambil mengelus lembut punggungnya, sesekali mencium kepala Reno lembut. Sementara Reno mengalungkan tangannya di leher Sigit, dan membenamkan wajahnya di leher Sigit.

Reno terdiam setelah ia sadar kalau ia baru saja melakukan hubungan badan dengan guru olahraganya itu. Ketika Reno memejamkan mata, air matanya mengalir begitu saja, sehingga ia semakin mengeratkan pelukannya itu.

Entahlah, ia tidak tau bagaimana mengatur perasaannya setelah berhubungan badan dengan Sigit.

Sejujurnya Reno senang, karena ini memang hal yang membuatnya penasaran. Ia senang, karena akhirnya bisa melakukan hubungan badan, terlebih dengan orang yang dicintainya.

Namun Reno juga menyesal, karena tau kalau Sigit akan marah besar setelah sadar dari semua ini. Hal yang lebih buruk lagi, mungkin Reno tidak akan pernah bisa bersama dengan Sigit lagi.

* * * 

Bab berikutnya