webnovel

Bab 16

Dua hari setelah kematian Leon, suasana sekolah kembali kondusif, tidak ada lagi yang mengungkit kejadian itu, seperti tidak pernah ada kejadian yang terjadi di sekolah. Pihak sekolah menutup kasusnya, karena tidak ada orang yang keberatan dengan meninggalnya Leon, kematian Leon di anggap sebagai aksi bunuh diri.

"Kamu kenapa melakukan semua itu, aku kan sudah bilang jangan membunuhnya, tapi kenapa kamu membunuhnya?" tanya Dyanra sedang berdiri di depan cermin. Gadis itu seperti berbicara dengan seseorang di balik cermin.

"Aku kan sudah bilang, penghianat sepertinya tidak pantas hidup, kamu itu terlalu lemah Dyanra, sehingga dia bisa membodohimu sebegitu lama, jadi biarkan aku yang mengambil ragamu, dan aku balaskan semua dendammu," ucap sosok orang di balik cermin.

"Tidak jangan membunuh orang lagi tanpa seizinku, kamu bisa menghancurkan semua rencanaku jika seperti ini, jadi biarkan aku mengatasi masalahku sendiri," ucap Dyanra, pada sosok itu.

Namun sosok itu hanya menyeringai lebar mendengar ucapan Dyanra."Baiklah, tapi jika aku mengetahui kamu terluka lagi, aku akan mengambil ragamu, dan aku yang akan membalas dendammu, sampai tidak ada belas kasihan sedikit pun," ucap sosok itu, setelah itu dia menghilang dari balik cermin.

Sosok itu adalah Alter ego Dyanra, sosok itu muncul jika Dyanra dalam keadaan depresi atau tertekan, dia akan muncul ketika ada orang yang melukai Dyanra, dan yang membunuh Leon kemarin ada sosok itu, dan sosok itu bernama Dara.

Dyanra sendirilah yang memunculkan sosok Dara dalam dirinya, karena gadis itu sudah tidak sanggup menahan beban sendiri, dia membutuhkan teman, sehingga muncullah sosok Dara sebagai Alter ego dari Dyanra, dan tidak ada seorangpun yang tau, tentang itu.

"Dyanra!" panggil Raihan, dari depan pintu kamar gadis itu.

Mendengar panggilan Raihan gadis itu segera mengubah ekspresinya, kemudian membuka pintu kamarnya.

"Ada apa mas?" tanya Dyanra, saat melihat Raihan berdiri di depan pintu kamarnya dengan membawa nampan berisikan makan.

"Kamu sudah tidak apa-apa kan?" tanya Raihan yang masih khawatir dengan keadaan Dyanra, karena sejak pulang dari pemakaman Leon, gadis itu mengrung dirinya di kamar, ketika ingin makan pun, Raihan harus mengantarkannya dan menyimpannya di depan pintu, karena Dyanra tidak mau membuka pintu kamarnya, dan baru kali inilah dia membuka pintu kamar itu.

"Aku sudah tidak apa-apa mas," ucap Dyanra tersenyum manis, sehingga membuat Raihan lega.

"Ya sudah, kamu makan dulu," ucap Raihan menyerahkan nampan itu, ke tanga Dyanra.

"Aku mau makan di bawah saja mas," ucap Dyara, berlalu dari sana dengan membawa nampak yang di berikan Raihan tadi.

Raihan yang melihat sikap Dyanra yang sudah kembali ceria akhirnya bisa bernapas lega, dia pun mengikuti Dyanra untuk turun ke bawah.

Raihan menatap Dyanra yang sedang lahap menikmati makanannya. "Kenapa mas melihatku seperti itu?" tanya Dyanra karena merasa sedari tadi di perhatikan oleh Raihan.

"Ah tidak apa-apa, hanya saja mas merasa kamu tambah cantik," ucap Raihan, menggoda Dyanra. Sehingga membuat gadis itu tersipu malu. "Oh iya, mas lupa memberitahumu, hari ini Dewa dan teman-temannya akan ke sini, katanya mereka ingin menjengukmu, mungkin sebentar lagi mereka datang."

Ting tong....Ting tong.....Ting tong...

"Mungkin itu mereka, mas buka pintu dulu ya," ucap Raihan berlari keluar, untuk membuka pintu.

"Oh! Kalian sudah datang silahkan masuk," ucap Raihan, menyuruh teman-teman Dyanra untuk masuk. "Kalian duduk dulu ya, saya panggilkan Dyanra dulu," ucap Raihan berlalu dari sana. "Dy, teman kamu sudah datang," ucap Raihan, memanggil Dyanra.

"Iya tunggu sebentar mas, aku selesaikan cucian piring dulu," ucap Dyanra, yang sedang berada di dapur. "Di mana mereka mas?" tanya Dyanra menghampiri Raihan yang sedang duduk di ruang keluarga.

"Mereka ada di ruang tamu," tunjuk Raihan, ke arah ruang tamu.

"Mas Dy boleh minta tolong nggak, bikin minuman untuk mereka ya," ucap Dyanra tersenyum manis melihat Raihan.

"Ok!" ucap Raihan beranjak dari kursi.

"Kalian sudah menunggu lama?" tanya Dyanra, sembari mendudukkan dirinya di samping Bella.

"Belum kok Dy, baru saja," jawab Bella.

"Oh iya Dy, ini oleh-oleh dari kami," ucap Dewa memberikan bingkisan pada Dyanra, yang dengan senang hati di terima oleh Dyanra.

"Kamu sudah tidak apa-apakan?" Tanya Dewa lagi, karena dirinya merasa khawatir dengan Dyanra, kata dokter Raihan, satu hari Dyanra mengurung diri di kamar dan menangisi kepergian Leon.

"Aku sudah tidak apa-apa, kalian tidak perlu khawatir," ucap Dyanra, menampilkan senyum cerianya.

"Aku, Dewa dan Rio, hari ini mau jalan-jalan, apa kamu mau ikut, sekalian kita refresing kan, pasti kamu bosan di kamar terus selama satu harian kemarin, jadi kami sengaja datang ke sini untuk mengajakmu," celetuk Bella.

"Iya aku mau ikut, tapi aku izin mas Raihan dulu ya," ucap Dyanra senang.

"Ini dia minumannya, silahkan di minum," ucap Raihan, datang dengan membawa minuman segar di tanganya.

"Wahhh....tau saja dok, kalau kita lagi haus ...hehehe," celetuk Rio.

Plak!

"Aduh sakit sayang, jangan di pukul di elus-elus aja," ucap Rio, menggoda Bella.

"Kamu sih, kalau ada makanan saja baru ngomong," kesal Bella pada pacarnya itu.

"Yah, ngomongkan butuh tenaga sayang..hehehe," ucap Rio cengengesan.

"Loh kalian pacaran?" tanya Dyanra, yang tampak kaget melihat tingkah ke dua temannya.

"Iya dong, satu minggu yang lalu resminya," celetuk Rio.

"Berarti tinggal Dewa dong yang nggak punya gandengan, cepat cari Wa," goda Dyanra, yang membuat Dewa mendengus kesal.

"Entar juga datang sendiri tuh jodoh, jadi nggak perlu di cari, gue kan ganteng, jadi pasti banyak yang mau," sombong Dewa.

"Sudah! Sudah! Lebih baik kalian minum dulu, dari pada minumannya nanti sudah tidak segar lagi, karena di anggurin," ucap Raihan menengahi.

.................

Saat ini mereka berempat sudah berada di dalam mall, Raihan tidak ikut, karena katanya dia harus ke rumah sakit.

"Dy kamu mau main nggak? Tanya Dewa, yang saat ini jalan berdua dengan Dyanra, sementara kedua orang yang sedang di mabuk asmara itu sudah tidak kelihatan.

"Boleh, mau main yang mana?" tanya Dyanra.

"Itu!" tunjuk Dewa pada permainan, Zombie War.

"Ayo!" ajak Dyanra menarik tangan Dewa.

Setelah selesai bermain, mereka pun memelih pulang, karena hari sudah menjelang sore, di tambah sedari tadi Raihan sudah menghubungi Dyanra, dan menyuruh gadis itu pulang.

Mereka berempat telah berada di dalam mobil, denga Dewa yang menyetir dan Dyanra yang sedang duduk di sampingnya dan jangan lupakan ke dua orang yang sedang bermesraan di kursi belakang. Di dalam mobil itu mereka bersenda gurau sampai tidak menyadari bahwa ada mobil yang mengikuti mereka dari belakang.

Brak! Brak!

Mobil yang sedari tadi mengikuti mereka, sengaja menabrak mobil bagian belakang Dewa, sehingga membuat ke empat orang itu terkejut ."Sepertinya mobil yang di belakang ingin berbuat jahat deh Wa, tambah kecepatan mobilnya," ucap Dyanra.

Sedari tadi Dyanra sudah sadar akan keberadaan mobil yang mengikuti mereka, tapi dia hanya mengamatinya lewat spion, Dyanra kira mobil itu tidak akan berbuat macam-macam tapi ternyata dirinya salah, mobil itu sengaja menabrak bagian belakang mobil Dewa.

Dewa yang bingung dengan ucapan Dyanra segera menoleh ke belakang, dan ternyata memang benar ada mobil yang mengikuti mereka. Dewa kira, mobilnya yang bermasalah tadi. Dewa pun segera menaikkan kecepatan mobilnya, namun sebelum itu mobil di belakang segera menyalip mobil pria itu dan berhenti di depannya.

Pengemudi mobil itu pun turun, terlihat tiga orang laki-laki bertopeng, menghampiri mereka, dan menggebrak kaca mobil Dewa dari luar. "Keluar kalian, cepat!" teriak ketiga orang itu, yang membuat orang di dalam mobil ketakautan, kecuali Dyanra.

"Mereka mau ngapain sebenarnya?" tanya Bella yang ketakutan di pelukan Rio.

"Aku juga tidak tau sayang," ucap Rio, mencoba menenangkan sang kekasih di tengah ketakutannya juga.

"Keluar kalian semua atau saya pecahkan kaca mobil ini!" teriak orang itu lagi.

Mau tidak mau, akhirnya Dyanra keluar. " kamu mau ke mana Dy, jangan macam-macam ya, dokter Raihan sudah menitipkanmu padaku, aku tidak mau di gorok dokter Raihan, jika membawa dalam keadaan sudah tidak bernyawa," ucap Dewa, melantur.

"Bisa diam tidak, kalau kamu tidak mau keluar biar aku saja," ketus Dyanra, keluar dari dalam mobil.

"Mau apa kalian?" tanya Dyanra, yang membuat ke tiga orang itu menyeringai

"Bawa dia!" perintah salah satu orang dari mereka. ke dua orang itu pun menghampiri Dyanra, namun baru saja mereka berdua ingin memegang gadis itu. Dyanra sudah menendangnya dan terlempar jauh.

"Ayo maju, jika kalian ingin mati," ucap Dyanra. Tiga orang yang sudah tersulut emosi, segera mengahampiri Dyanra dan hendak memukulnya, perkelahianpun terjadi ketiga orang itu, Dyanra seperti orang kesetanan menghajar mereka. matanya berkilat marah, Dyanra menusuk satu persatu dada dari ke tiga orang itu dengan pisau beracun yang di bawanya hingga membuat ke tiga orang itu langsung mati mengenaskan.

Sedangkan ke tiga orang di dalam mobil, hanya Dewa yang sadar dan melihat Dyanra membunuh ke tiga orang itu. sedangkan dua Bella dan Rio karena ketakutan.

Selesai membereskan ke tiga orang itu, Dyanra pun masuk kembali ke dalam mobil Dewa, dan melihat pria itu sedang mematung. "Anggap saja kamu tidak melihatnya, tapi jika kamu ingin melaporkan perbuatanku silahkan, aku tidak apa-apa," ucap Dyanra, yang membuat Dewa tersadar.

"Dy, kamu sebenarnya siapa?" tanya Dewa, yang sudah mulai menguasai dirinya.

"Aku Dyanra," ucap Dyanra singkat, setelah itu tersenyum menatap Dewa.

"Kamu bukan Dyanra. Dyanra tidak mungkin mau melukai orang, tidak seperti dirimu."

"Jalankan mobilnya antar aku pulang, besok aku akan menjelaskan padamu," ucap Dyanra menyuruh Dewa. Dewa pun segera menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi, di sepanjang jalan pria itu masih memikirkan kejadian yang tadi. Di mana dia melihat Dyanra seperti orang yang berbeda, dia seperti melihat sosok lain dalam diri gadis itu.

Bab berikutnya