"Ya ... jangan gitu dong Ma. Tahu sendiri aku nungguin saat-saat mendaki itu udah dari dulu," rengek Claretta manja kepada ibunya. Bibirnya cemberut pura-pura merajuk.
"Iya, makanya makan yang bener. Tinggal nunggu satu malam ini aja. Enggak akan lama, kok," ucap Allice sambil menggandeng lengan putrinya.
Sesampainya di ruang makan mereka langsung duduk di kursi yang berada di meja makan tersebut. Mereka duduk dengan berhadapan.
Allice mengambil nasi dan lauknya, sementara clareta mengambil roti dan selai cokelat.
"Loh, kamu makan roti lagi? Nasi dong ... dari siang enggak makan nasi kamu," cerocos Allice pada putrinya. Ia khawatir kalau Claretta kekurangan makanan.
Seperti ibu-ibu Indonesia lainnya yang mengatakan kalau belum makan nasi maka belum makan. Begitupun Allice yang kadang terbawa dengan semboyan tersebut. Padahal dirinya telah berpindah-pindah negara dan lama tinggal di Geneva setelah menikah.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com