webnovel

Petugas patroli

Keesokan paginya Risa membuka matanya, lalu melihat Vincent masih tertidur lelap. Dia beranjak menutupi tubuhnya dengan balutan selimut putih, lalu melangkah menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi, dia melihat Vincent sudah duduk di ranjangnya, lalu tersenyum menatapnya.

"Semalam kamu alasan lelah, padahal kamu mengharapkan sesuatu dariku," ucap Risa kesal dengan menatap balik Vincent.

Vincent tersenyum lalu mendekati Risa yang sudah rapi. "Tidak. Aku serius lelah, makanya aku mabuk semalam," jawab Vincent tersenyum lalu memeluk Risa dari belakang yang sedang berhias di kaca.

"Aku mencintaimu dari dulu, tapi baru sekarang aku bisa menjadi sangat dekat denganmu," ucap Vincent merasa senang dengan terus memeluk Risa.

"Sudahlah, aku begitu membencimu," jawab Risa melepas pelukan Vincent untuk keluar dari kamar.

Di rumah Adamma yang baru selesai memakai pakaiannya, seketika terkejut dengan suara klakson mobil seseorang.

"TIN…TIN…TIN…" suara klakson mobil, lalu Adamma melihat dari jendelanya. Melihat Arya melambaikan tangan ke arahnya.

"Dasar…!!!" gumam Adamma sambil tersenyum.

Setelah selesai dia mengambil tas selempangnya, lalu pergi untuk menghampiri Arya yang sudah menunggunya. Arya menyalakan api di rokoknya, sambil menunggu Adamma yang belum juga keluar. Seketika dia melihat mobil patroli melaju ka arahnya, lalu dia melihat Rama yang turun dari mobil itu.

"ISH…Dia lagi, ngapain dia disini pagi hari," gumam Arya melihat Rama tersenyum padanya.

"Apa kabar Bro?" sapa Rama berjabat tangan dengan Arya.

"Baik, lu sendiri?" tanya balik Arya dengan menyembunyikan rasa tidak sukanya dengan Rama.

"Baik, tumben disini pagi hari?" tanya Rama penasaran.

"Bukankah seharusnya aku yang bertanya, untuk apa seorang petugas patroli pagi hari di rumah seorang wanita?" tanya balik Rama dengan nada seperti menyindir.

"Aku hanya lewat, dan kebetulan ingin bertemu Adamma," jawab Rama yang menahan kesal dengan Arya yang sombong.

Adamma yang baru saja mengunci pintunya, melihat Arya dan Rama sedang berbincang, lalu dia berjalan cepat untuk menyapa Rama yang datang ke rumahnya.

"Ramaaaaaaa," panggil Adamma melambaikan tangannya sambil berlari menghampiri mereka.

Arya melihat Adamm tersenyum melihat Arya yang juga sedang tersenyum, membuat dia kesal dengan kedekatan mereka.

"Kenapa sih dia harus tersenyum dengan pria lain, ini lagi ngapain juga pagi hari sudah disini," batin Arya melihat Adamma.

Seketika Adamma berhenti, mendengar suara hati Arya yang tidak suka dengan kedekatan dirinya dengan Rama. Dengan sengaja Adamma lalu mendekati Rama dan memeluknya.

"Apa kabarmu?" tanya Adamma melepas pelukannya.

"Baik. Kamu sendiri bagaimana?" tanya balik Rama tersenyum senang di peluk oleh Adamma.

"Aku juga baik, ada apa ke rumahku?" tanya Adamma kepada Rama lalu melirik ke arah Arya yang sedang menatap kesal.

"Aku hanya ingin mengajakmu pergi ke pesta pernikahan senior Fadli malam ini. Apa kamu bisa?" tanya Rama penuh harap.

"Oh ya! Fadli menikah? Wah akhirnya dia tidak melajang lagi. Euhmmm nanti aku akan kabari kamu ya," jawab Adamma yang tidak bisa memberi kepastian.

"EHM…EHM…" suara berdehem Arya menghentikan mereka berbicara. "Kapan kita akan berangkat," desak Arya kepada Adamma.

"Rama aku sekarang harus bertugas, nanti akan aku kabari ya," pamit Adamma lalu melangkah menuju mobil Arya.

Arya merasa senang, lalu melirik ke arah Rama yang gantian cemburu padanya. Rama hanya bisa tersenyum melepas Adamma untuk pergi bertugas bersama dengan seniornya, dalam benaknya begitu cemburu dan ingin sekali melarang Adamma pergi.

"Seandainya saja aku yang disana, pasti akan senang sekali bisa bekerja sama dengan Adamma sepanjang hari. Aku sangat merindukannya," batin Rama melihat mobil Arya sudah melaju jauh pergi.

Rama kembali masuk ke dalam mobil patrolinya, untuk berkeliling menjaga keamanan kota yang menjadi tugasnya. Tidak lama saat berkeliling dia melihat sepasang suami istri yang sedang bertengkar di jalan, membuat sekelilingnya melihat dan membuat kemacetan di jalanan.

"BLUKKK…" Rama menutup pintu mobil patrolinya.

"Permisi…tolong jangan ribut di jalan. Ini sudah mengganggu aktifitas yang lainnya," tegur Arya mendekati sepasang suami istri yang sedang bertengkar.

"Berisik lu!" teriak suaminya pada istrinya yang sedang mengandung.

"Mas, sekarang aku minta kamu jangan tinggalkan aku, nanti siapa yang akan menjadi Ayah untuk bayi ini," ucap sang istri menangis dengan menarik baju suaminya.

"Sebentar…Sebentar! Ini sebenarnya ada apa, bisa tolong di jelaskan?" tanya Rama untuk melerai pertikaian mereka.

"Cewek ini sudah gila, masa dia bilang hamil sama saya. Jelas-jelas dia tidur dengan banyak lelaki dan bisa jadikan itu anak lelaki lain," jelas pria itu kepada Rama.

"Jadi anda bukan suaminya?" tanya Rama untuk memastikan.

"Gue sama perempuan kaya gini. Ya tidak mungkin!" jawab Pria itu dengan tatapan kebencian pada wanita yang sedang menangis di sampingnya.

"Tidak Pak ini itu anak dia, saya tidak pernah berhubungan dengan lelaki manapun. Dia hanya menuduh saya yang tidak-tidak, agar dia bisa lari dari tanggung jawabnya," sangkal wanita yang menangis sambil memegang perutnya yang sudah besar.

"Sekarang lebih baik ikut dengan saya ke kantor, nanti bisa kalian jelaskan disana," pinta Rama dengan memegang bahu pria itu.

Pria itu menepis tangan Rama, menolak untuk berurusan dengan polisi dan ingin pergi, tapi wanita itu menarik tangannya untuk menghentikan pria yang menjadi kekasihnya itu pergi meninggalkannya.

"Tidak! Saya tidak ingin berurusan dengan polisi," ucap Pria itu sambil menepis tangan Rama yang memegang bahunya lalu melangkah untuk pergi.

"Mas kamu harus tanggung jawab. Aku tidak bisa membesarkan anak ini sendiri," tangisan wanita itu pecah, sambil memegangi tangan pria itu.

"Lu jangan aneh deh! Lu minta tanggung jawab saja sana sama pria lain. Dasar pelacur!" hina pria itu kepada wanita yang memohon kepadanya, sambil mendorong wanita itu hingga tersungkur di tanah.

"Mas ini anak kamu," lirih wanita itu menangis.

Merasa kesal dengan tindakan kasar dari pria itu, Rama lalu mengeluarkan borgolnya untuk memborgol tangannya.

"Kenapa tangan saya di borgol," ucap Pria itu ketakutan tangannya di borgol oleh Arya.

"Anda terkena pasal 351 tentang kekerasan fisik di jalan dan mengganggu ketertiban lalu lintas, ayat 1 dan akan di kenakan sanksi pidana dua tahun delapan bulan penjara," jelas Rama selesai memborgol tangan pria itu, lalu menariknya untuk membangunkan wanita yang tersungkur di lantai. "Mari ikut saya ke kantor," ajak Rama dengan membantu wanita itu bangun.

Setelah itu Rama mengajak kedua orang yang bertengkar dan mengganggu lalu lintas. Masuk ke dalam mobil patrolinya, lalu dia melajukan kendaraannya untuk pergi ke kantor polisi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab berikutnya