webnovel

On The Starting Line

Bar tempat kami makan sekarang, mulai terlihat ramai. Dan ditengah pembicaraan kami, Rhea tiba-tiba menunjuk seseorang yang sedang memesan meminum segelas bir

"Gildart! Lihat, tanpa perlu dicari dia datang dengan sendirinya."

Aku menoleh ke belakang dan melihat seorang pria paruh baya yang cukup tinggi dengan jenggot dan rambut berwarna putih. Badannya terlihat cukup berotot meski sudah berumur. dan tepat seperti yang Oaurus bilang Gildart punya bekas sayatan di pipi sebelah kanan.

"Dia tidak seperti yang aku bayangkan..."

"Dia mantan prajurit bayaran dan pindah kesini beberapa tahun lalu"

"Pantas saja... Kenapa kau tidak minta dia saja untuk menolong kakakmu?"

"Aku sudah memintanya dan dia berkata "cari saja orang lain... Aku sudah tua dan tidak ingin melakukan hal berbahaya seperti itu" Dengan wajah menjengkelkan"

Jika hal kecil seperti mencari seseorang saja tidak mau, apalagi pergi ke revel's end? Kurasa membujuknya akan menjadi hal yang sulit.

"Aku akan berbicara dengannya"

Aku berdiri dan menghampiri Gildart yang sedang mencari tempat duduk.

"Mohon maaf mengganggu waktunya, tapi apakah kau orang yang bernama Gildart?"

"Siapa kau?"

"Aku Zero, aku dengar dari seseorang, katanya dia bisa membantuku"

"Pergilah, aku sudah cukup tua untuk membantu orang" Ucap Gildart dengan nada jengkel sambil berjalan melewariku.

"Kau tahu jalan menuju Revel's end, kan?"

"Apa maksudmu bocah?" Gildart menoleh ke arahku dengan wajah yang terlihat bingung.

"Aku ingin kau mengantar kami untuk pergi kesana, aku akan membayar dengan harga yang pantas"

"Pantas? Apakah nyawa seseorang bisa ditukar dengan uang?"

"Oaurus bilang kau akan membantu, dan aku membawa pesan dari Oaurus untukmu"

"Oaurus? Kenapa kau bisa mengenalnya?"

"Aku membantunya sewaktu di kota Termalaine"

"Apakah kalian adalah pahlawan yang terkenal itu?"

Aku mulai muak dengan panggilan itu.

"Kurasa memang begitu, ini akan menjadi pembahasan yang panjang. Kenapa kita tidak duduk sambil membahas ini"

Gildart mengangguk dan kami duduk bertiga untuk berdiskusi. Setelah Gildart membaca pesan yang Oaurus kirim untuknya, dia menatapku dengan wajah kebingungan.

"Kenapa kau ingin pergi kesana? Apakah kau tahu tempat apa itu?"

Apa yang Oaurus tulis sampai dia Gildart terlihat tidak bisa menolak permintaanku?

"Justru karena aku tidak tahu, aku membutuhkanmu untuk membawaku kesana"

"Kita bisa saja mati sebelum sampai kesana"

"Aku sedang mencari seseorang" Aku mengambil kertas buronan yang berada di tasku dan menunjukkannya kepada Gildart.

"Orang ini, bukankah orang yang membawa scimitar"

Bingo.

"Tepat sekali. Apa kau melihatnya?"

"Sekitar 3 hari yang lalu orang ini pergi ke bar dan makan disini. Tidak banyak yang tahu tentang dia, tapi orang itu terlihat begitu mencolok karena dia memberikan kesan misterius saat makan disini. Ahh, dan dia juga berkelahi dengan kelompok Luskan."

"Bagaimana kelanjutannya?"

"Dia menghilang sekitar 1 minggu yang lalu. Entah kenapa akhir-akhir ini banyak hal yang tidak biasa terjadi"

"Apa maksudmu?"

Dari jam yang tertempel di dinding bar tersebut menunjukkan pukul 14.30.

"1 bulan yang lalu ada sekelompok orang yang beranggotakan 5 orang. Orang-orang tersebut berpakaian layaknya petualang kelas atas jika dilihat dari peralatan yang mereka bawa dan mereka memberikan aura yang berbeda saat berada disekitarnya. Pemimpin mereka bernama Aaron, dia membawa pedang panjang layaknya katana." Ucap Gildart dengan nada serius.

"Yap, aku juga sempat berpapasan dengan mereka. Mereka luar biasa keren"

"Aaron Zekron"

"Bagaimana kau tahu nama lengkapnya?"

"Ada serikat bernama sayap pegasus yang berada di kota Eberron. Disana terdapat kelompok petualang yang terkenal. Mereka petualang tingkat atas dan kalau tidak salah pemimpin mereka bernama Aaron Zekron. Kurasa kelompok yang datang kesini adalah kelompok mereka"

Aku tidak tahu apa yang mereka lakukan di tempat ini, tapi aku yakin mereka ditugaskan kesini oleh serikat.

"Jujur saja, dibanding kau, kelompok mereka terlihat seperti pahlawan sungguhan."

"Sejak awal aku memang bukan pahlawan. Rumor yang tersebar selalu melebih-lebihkan. Sudahi pembicaraan konyol masalah pahlawan ini, yang jelas apakah kau mau membawa kita ke Revel's End atau tidak?"

"Karena Oaurus yang memintanya, aku akan membawa kalian kesana, tapi aku punya syarat"

"Syarat?"

"Beri aku uang untuk mempersiapkan peralatan untuk membawa kalian kesana. Ini akan menjadi perjalanan yang penuh rintangan. Jika tidak mempersiapkan segala sesuatunya, kita hanya akan mati konyol. Dan satu lagi, saat keadaan menjadi buruk, aku tidak akan segan meninggalkan kalian. Aku tidak mau mati ditempat semacam itu, aku akan mati di tempatku dilahirkan"

"Tidak masalah"

Aku mengambil kantong yang berisi 20 koin emas yang tadinya akan aku pakai untuk taruhan di pacuan kuda nanti setelah semuanya selesai.

Aku mengambilnya lalu mengeluarkan semua isi kantong itu di atas meja.

"20 koin emas cukup, bukan"

"Kurasa ini akan cukup. Aku butuh 2 hari untuk mempersiapkan peralatan yang aku butuhkan"

"Tidak masalah karena besok aku harus menyelematkan keluarga gadis ini"

"Sepakat"

Sore hari itu kami menghabiskan waktu dengan makan dan minum seharian di bar. Dan kami beranjak pergi saat menjelang malam.

Saat kami keluar dari bar, Rhea menyentuh dan menarik mantelku.

"Rhea, apa kau punya keahlian tertentu?"

"Aku bisa menggunakan sihir penyembuhan"

"Bagus, itu akan berguna nantinya"

X--X

Perjalanan kami akhirnya membuahkan hasil. Aku sudah bisa melihat bagaimana perjalanan ini berakhir.

Setiap orang yang berada di dunia ini menjalankan perannya masing-masing. Entah itu aku, Gildart, Rhea, atau bahkan Darius sekalipun. Meski begitu... tiba-tiba aku teringat sebuah kalimat yang dulu aku baca dalam sebuah buku, "apa yang telah digariskan tidak akan bisa dirubah"

Entah kenapa tiba-tiba aku berpikir tentang hal tersebut.

Aku mempersiapkan barang bawaanku dan hanya membawa barang-barang yang kurasa perlu untuk mendaki.

Ini ketiga kalinya aku mendaki bukit. Dan kurasa ini adalah pendakian yang paling berbahaya dan aku punya dua orang yang harus dilindungi. Kurasa ini akan benar-benar menjadi perjalanan yang cukup sulit.

Sayangnya Gildart tidak mau membantu kami dalam perjalanan kali ini. Meski begitu, kurasa kami akan baik-baik saja.

Saat aku sedang memakai sarung tanganku, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dan seseorang membuka pintu.

"Cepat, dua gadis itu sudah menunggu kita di bawah"

"Bersemangat sekali mereka"

Aku mengambil pedangku dan menyarungkan di pinggang kemudian berbalik dan menatap Delta.

"Kuharap ini akan berakhir dengan bahagia." Karena bagaimanapun juga orang yang menghilang di gunung sangat kecil kemungkinannya untuk hidup.

Kami berdua pergi menuju lantai dasar dan saat menuruni tangga, aku bisa melihat Rhea dan Fiona sudah bersiap dengan perlengkapan mereka. Dan disamping mereka terlihat Keegan sedang menatap kami penuh harapan.

Fiona melambaikan tangannya ke arah kami dan Rhea hanya tersenyum yang dipenuhi oleh harapan.

Aku tidak tahu perjalanan seperti apa yang menanti nanti, tapi harapan yang mereka berikan padaku, terasa begitu berat.

Sungguh.... Kuharap ini akan berakhir dengan bahagia.