webnovel

Revenge?

"Apa kau pikir kau akan menang menang melawan kami berempat?"

"Aku bahkan bisa mengalahkan kalian dengan tangan kosong"

"Si bedebah sialan ini! aku yang akan menghajar dia duluan! Kalian jangan menggangguku!"

Pria yang membawa kapak itu berjalan perlahan sambil mengambil kapak yang dia simpan di punggungnya.

"Akan kupotong-potong tubuhmu dan kujadikan cemilan untuk serigala salju!"

"Asal kau tahu saja, senjata besar seperti itu tidak akan mengenai apapun"

"Jangan sok berlagak Bangs*t!" Pria itu berlari sambil menyeret kapaknya membuat jejak di salju. Saat dia sudah berada di depanku, dia mengangkat kapaknya keatas. "Haaaa!"

Serangannya terlalu mudah untuk dibaca ditambah dia bergerak berdasarkan emosi sesaat, senjata besarnya membuat gerakannya sangat lambat.

"Lambat"

Swing! Brakk!

Begitu kapaknya hampir mengenai kepalaku, aku menghindari kapak tersebut sambil melayangkan serangan balasan. Aku menghajar tepat di bagian dagu.

Seranganku itu cukup membuat pria kapak itu pingsan.

Dalam duniaku dulu serangan ini bernama uppercut dan biasanya orang yang terkena serangan ini akan langsung K.O. kurasa dunia manapun, saat seseorang dihajar bagian dagunya, mereka bisa saja pingsan asal serangan tersebut sangat kuat.

"Bangsat! Kuhajar kau!"

"Meski kau kuat, kau tetap sendirian disini!"

Dua orang yang maju kah?

Aku mengambil pedangku yang aku tancapkan di tanah tadi.

"Ayo kita lihat seberapa hebat kalian"

X--X

Kukira aku akan sedikit kerepotan disini, tapi ternyata mereka semua lemah. Apa mereka selalu melawan monster dan tidak pernah bertarung dengan seseorang sebelumnya?

Ada jarak besar yang memisahkan antara bertarung melawan monster dengan bertarung dengan orang lain. Sebagian besar Monster bertindak berdasarkan insting mereka, berbeda dengan manusia sepertiku.

Serangan mereka hanya mengandalkan kekuatan saja, sangat mudah membaca gerakan mereka.

Kelompok tadi semuanya terbaring kesakitan dan hanya menyisakan satu orang yang berdiri sambil mengangkat pedangnya dengan tangan yang gemetar.

"Hei, kau pria sipit. Apa kau tahu Revel's End?"

"Ma-maksudmu penjara itu?"

"Apa kau tahu caranya kesana?"

"A-ku... Aku tidak tahu! Ka-kau.. Siapa kau sebenarnya!?"

"Apa kau yakin tidak tahu apapun tentang tempat itu?"

Aku berjalan ke arahnya. Dia terlihat panik dan mengayunkan pedangnya secara acak.

"A-ada seorang pria yang dulunya bekerja disana! Dia sekarang berada di Targos!"

Aku menghindari serangan itu dan menyentuh pundaknya.

"Kau harusnya bicara begitu sedari tadi"

X--X

Kata pemilik pandai besi disini, pedang es yang dipakai Sephek sebelumnya hanya bisa dibuat menjadi pedang berukuran kecil.

Kurasa itu sudah cukup karena pedang itu mengalirkan kekuatan sihir es, kurasa itu akan berguna nantinya.

Kata pemilik pandai besi, pedang itu akan jadi dalam 2 hari... Tapi sepertinya aku melupakan sesuatu.

Setelah dari toko pandai besi aku kini berjalan menuju tavern.

Saat aku kembali ke tavern, Delta dan Fiona sudah dikelilingi oleh orang-orang.

Bocah itu...pasti dia besar kepala sekarang.

"Hei, kenapa orang-orang berkerumun disana?"

Aku bertanya pada orang yang sedang duduk di dekat pintu masuk.

"Ah, mereka terpukau karena perkelahian tadi. Dia benar-benar hebat bisa mengalahkan salah satu kelompok itu.

Aku menarik kursi di sebelahnya dan duduk tepat disampingnya.

"Kau pikir kelompok itu kuat?"

"Kau tidak lihat senjata mereka, dari senjatanya saja mereka sudah terlihat kuat"

"Apa-apaan itu?" Biasanya orang yang benar-benar kuat tidak akan memperlihatkan persenjataan mereka. Kelompok itu hanyalah sekelompok orang bodoh yang menyombongkan diri mereka sendiri.

"Kau belum melihat ketua kelompok itu yah?"

"Oh, jadi waktu itu, ketuanya tidak ada?"

"Tidak, ketua kelompok selalu berada di penginapan"

"Paling dia sama seperti anggota kelompok itu"

"Tidak, Vector punya aura yang menyeramkan"

"Begitukah?"

Brughh!

Seseorang membuka pintu Tavern dengan sangat keras.

"BAJINGAN MANA YANG TELAH MENGHAJAR ANAK BUAHKU"

Orang itu bertubuh besar dengan otot-ototnya menonjol. Tingginya cukup tinggi untuk seukuran manusia, mungkin dia berasal dari suku barbarian atau viking.

"Pasti dia ketuanya...kan?"

Saat aku menatap ke arah orang yang sedang mengobrol denganku tadi, orang itu sudah menghilang entah kemana.

Kenapa dia begitu takut?

"MENYINGKIR KAU BANGSAT"

Bragg!

Vector menghempaskan orang yang berada di depannya dan membuatnya tersungkur.

Dia lebih bajingan daripada anak buahnya.

Orang-orang yang berkerumun di sekeliling Delta menjauh.

Delta dan orang itu saling bertatap mata.

"Kau kan yang menyerang anak buahku!?"

"Jadi kau ketua para pecundang itu!?"

Delta berdiri dari kursinya dan menghampiri Vector.

Keduanya kini saling berhadapan dan saling bertatapan.

Saat mereka berhadapan begitu, perbedaan tinggi mereka terlihat cukup jelas.

Vector sedikit lebih tinggi dari Delta. Meski begitu, kurasa dalam tingkat kekuatan, Delta lebih unggul.

Disamping itu Fiona menarik mantel Delta dari belakang.

"Hei, apa yang kau lakukan!? Jangan berkelahi disini!"

"Jadi kalau di luar boleh ya?"

"Ya jangan juga!"

"Kalian begitu tenang yah!? Setelah kuhajar dirimu! Pacarmu yang akan kuhajar!"

"Kami tidak pacaran!"

"Kami tidak pacaran!"

"Terserah kalian, kemari kau pria rumahan!"

"Siapa yang kau panggil pria rumahan!?"

Keduanya mulai melayangkan pukulan ke arah wajah.

Kedua serangan itu tepat mengenai wajah mereka berdua.

Darah keluar dari hidung Delta, tapi Vector terlihat baik-baik saja.

Ini jarang terjadi... Apa pukulannya sangat kuat?

"Kau lumayan juga yah, pantas saja anak buahku kalah"

"Kau juga sama"

"Kalau begitu, tahan yang ini!!"

Vector menarik tangannya kebelakang dan melayangkan serangan ke wajah Delta.

Braghh!

Serangan tersebut mengenai wajah Delta dengan telak, membuat lubang hidung yang satunya mengeluarkan darah.

Tanpa jeda sedikitpun, Delta menabrakkan dahinya ke wajah Vector.

Aku hanya menikmati pertarungan itu.

Jika kau bertanya alasan kenapa aku tidak ikut bertarung adalah karena Delta benci diganggu saat sedang berduel.

"Kau juga lumayan!"

"Haha, ini menjadi semakin menarik!"

Keduanya saling melayangkan pukulan lagi, mereka berdua tidak ada yang menghindari serangan. Mereka bertarung layaknya hewan buas.

Beginilah cara orang bodoh berkelahi.

Padahal aku sudah mengajari Delta beberapa gerakan bagus.

Disamping itu, Fiona terlihat sangat panik. Aku tahu dia ingin mencoba melerai perkelahian itu, tapi pastinya tidak mungkin setelah melihat pertarungan ini.

Jadi aku memutuskan menghampirinya.

"Ah... Hentikan kalian berdua! Heiiii!"

"Suaramu tidak akan menghentikan pertarungan ini"

"Darimana kau! , Zero! Hentikan mereka!"

"Buat apa?"

"Delta kan temanmu! Ayo hentikan pertarungan ini!"

"Biarkan saja, dia itu seorang pria. Ngomong-ngomong apa yang ibumu katakan?"

"Aku sudah menjelaskan semuanya dan aku tidak menya- tunggu! Ini bukan saatnya membahas hal itu!"

"Hei, apa kalian teman dari salah satu orang itu?"

Orang bartender tiba-tiba bertanya kepada kami.

"Kurang lebih begitu"

"Asal kau tahu saja ya, biaya kerusakan Tavern, kalian yang bayar"

"Begini saja, jika temanku menang si Vector yang akan membayarnya"

"Dia tidak akan mau membayar, lagipula dia tidak akan kalah"

"Berani taruhan?"

Alasan aku mengakui Delta sebagai orang yang cukup kuat adalah, kegigihannya membuatku takjub. Dia ini layaknya pemeran utama dalam suatu film, meski sudah babak belur, dia terus bangkit. Itulah kehebatan dari sosok pria bernama Delta itu.

Lihat saja sekarang, hidungnya sudah mengeluarkan darah lagi tapi masih bangkit dan bersemangat... Tunggu sebentar, berdarah lagi?

Mungkin Vector lumayan kuat, setidaknya bisa membuat Delta kesusahan.

"Lihat itu, sudah kubilang Vector tidak akan kalah"

Jika ini pertarungan dengan senjata, mungkin Delta tidak akan kesulitan seperti ini.

"Daripada lihat siapa yang kalah, lebih baik hentikan mereka berdua, kenapa sih, tidak ada yang ingin menghentikan mereka berdua!?"

"Kau hanya belum tahu Delta"

Seraya aku berkata itu, Delta menyerang tinju yang cukup keras sampai membuat Vector tersungkur.

"Jadi bagaimana tentang kesepakatan kita?"

"Sulit dipercaya" Ucap Bartender terkejut.

"Arrrghhh!"

Tiba-tiba Vector berteriak.

"Ah sial, aku sudah muak! Cab! Ambilkan morning star milikku!"

"Terima ini boss"

Senjata yang dilempar oleh anak buahnya adalah tongkat yang terbuat dari besi dan ujungnya terdapat rantai yang tersambung dengan bola besi berduri.

"Baiklah, pertarungan ini sudah tidak adil" Aku berdiri dan datang menuju perkelahian itu.

"Hei! Jika ingin berkelahi pakai senjata, lebih baik di luar!" Kataku.

"Berisik kau bangsat!" Vector melotot ke arahku dengan wajah merah padam.

"Zero! Jangan mengganggu perkelahian kami!"

"Aku tidak sedang menganggu. Aku hanya sedang melindungi uang milik kita"

"Berisik! Ini urusanku!" Delta terlihat marah.

"Bos, dia yang menghajar kami semua, sedangkan bocah rumahan itu hanya menghajar Yolan"

"Oh ternyata kau bangsat! Kau yang akan kuhabisi duluan!"

Vector mulai mengayunkan senjata bulat berduri yang diikat rantai itu.

Swing! Brakk! Brakk!

Serangan dari senjata itu sangat mudah untuk di hindari. Aku dengan santai Menghindari serangan itu.

Meski itu tidak mengenaiku, tapi senjata tersebut mengenai barang-barang yang ada di tavern.

"Hei, Hati-hati bodoh. Apapun yang terjadi, aku tidak akan mengganti uang rugi!"

Serangan kedua mulai dilancarkan oleh Vector.

Saat morning star itu melayang ke arahku, ada seseorang yang menepis senjata itu dengan pedang besarnya.

"Hei! Kau bisa melukai orang-orang di tavern!" Delta menunjuk Vector dengan pedang besarnya "jika itu yang kau mau, akan aku ladeni!"

"Dasar keras kepala! Baiklah, kau pria bajingan yang disana, kau tunggu giliranmu!"

Pria ini juga bodoh.

Sudah kuduga hal semacam ini akan terjadi.

"Ah sial, untung saja persediaanku masih banyak"

"Persediaan apa?"

Tanpa membalas pertanyaan itu, aku mengambil blowpipe yang aku simpan di sebelah pahaku. Aku sengaja membawa ini untuk situasi tertentu. (Blowpipe adalah senjata primitif yang terdiri dari tabung panjang di mana panah atau anak panah didorong oleh kekuatan nafas)

"Tunggu, serius kau punya itu? Apa kau benar-benar Ksatria?

"Kau meragukanku?" Kataku sambil mengisi blowpipe dengan anak panah yang sudah diisi oleh ramuan tidur.

"Apa anak panah itu berisi racun?"

"Hanya ramuan tidur"

Setelah blowpipe itu terisi, aku menargetkan Vector dan menunggu momen yang tepat.

Saat Vector mencoba menyerang Delta dengan mengangkat morning star-nya. Aku bisa melihat ada celah untuk menyerangnya.

Aku dengan teliti menembak tepat di lehernya.

Vector tidak berekspresi dan hanya menyentuh leher yang terkena anak panah itu.

"Hei, jangan ganggu pertarunganku!" Delta menatap sinis ke arahku.

"Terserah"

Seharusnya sekitar 5 menit lagi dia akan pingsan.

Vector kini menatapku dengan tatapan yang jengkel "Dasar pengecut! Kemari kau kalau berani bangsat!"

"Hei,Lawanmu itu aku!" Delta menghunuskan pedang besarnya.

"Lah?Kenapa dia belum tidur juga?" Ucap Fiona dengan wajah terkejut.

"Ramuannya belum menyebar ke tubuhnya"

"Kau! Kau menyingkir dari sana, dasar pria rumahan!"

Mereka berdua melayangkan senjata mereka.

Brakk! Brughh! Blamm!

Serangan mereka merusak berbagai macam benda yang ada disini.

Sial, pokoknya aku tidak akan membayar uang ganti rugi.

Flush!

"Hei! Kenapa kau menembak Delta juga!?" Ucap Fiona sambil menggebrak meja.

"Adil, bukan? Lagipula si bocah bodoh itu terus merusak barang-barang tavern.

"Adil sih, tapi bukankah ada cara yang lebih baik?"

"Ini cara paling efisien"

Vector yang tadinya terlihat marah kini mulai bergerak sempoyongan. Dia berkedip beberapa kali dan tidak lama kemudian, dia terjatuh.

"Apa sudah selesai? Apa aku menang?" Ucap Delta yang terlihat mengantuk juga.

"Hei bajingan! Apa yang tadi kau tembakkan!?" Salah satu anak buahnya menunjuk ke arahku.

"Apa?" Aku menatap ke arah kelompok itu.

Dia yang tadinya menunjuk ke arahku, kini menurunkan tangannya, dan terdiam.

Brughh!

Delta kini ikut tertidur.

Bab berikutnya