webnovel

Kegelisahan Masing-masing

Suara langkah terdengar di sepanjang lorong sebuah mansion, gadis bersurai senja panjang dan bergelombang tengah melangkah kasar memasuki kediaman miliknya. Mata sembab dan juga raut kesal, gadis itu memasuki kamar dan langsung melepas aksesoris di tubuhnya, mengamuk dan memecahkan semua perabot di kamar mewah bernuansa merah muda itu. Pintu terbuka disana menampakkan seorang pria dengan surai rambut yang sama masuk dengan langkah yang tenang di belakangnya seorang pria muda rupawan mengikutinya masuk.

"Vero, tenanglah," ucap Fraud, ia mencoba menenangkan adiknya. Veronica segera menabrakkan diri pada tubuh sang kakak, melampiaskan kekesalannya. Fraud beberapa kali mengusap rambut sang adik hingga tenang dan kini mereka tengah berpindah pada ruang belajar milik Fraud.

"Bagus sekali … gadis itu mencari muka di hadapan semua orang, bahkan dia berakting sakit agar selalu menempel pada duke," gerutunya dengan tangan bersedekap, kemudian tangannya berpindah dan mengacak rambutnya pelan, ia mendengus kesal.

"Jennette, bagaimana kerjamu sampai-sampai Dracella tahu siapa yang menyebarkan rumor itu, apalagi yang dia tahu. Kakak, kakak juga kenapa kakak tidak menghabisi gadis itu saja, bukankah Felix bisa memberikannya." Veronica melirik pria di hadapannya yang sedang menuangkan secangkir teh untuk mereka. Pria bernama Felix dengan rambut berwarna perak dan iris mata emas tersenyum ramah.

"Dengarkan aku, coba gunakan otak kosongmu itu apa kau tahu? Yang akan kau singkirkan bukan bangsawan kecoa seperti biasanya. Kita akan menyingkirkan seorang earl dan terlebih lagi dia dalam naungan Salvador, kau pikir mudah jika memang mudah sudah sejak tahun pertama dia sudah mati," jelas Fraud masih dengan mimik yang tenang sembari membaca lembaran di meja miliknya.

"Nona muda, mohon tenang. Saya tidak dapat bertindak sembarangan karena saya merasa ada yang janggal dengan pelayan milik nona Silvester."

Ucapan Felix baru saja membuat gadis itu hampir menyemburkan teh miliknya, karena di otaknya sekarang melintas sebuah pemikiran gila yang bisa dibilang mungkin terjadi. Felix tersenyum dan mengangguk mengiyakan apa yang baru saja terlintas dalam benak adik tuan nya itu.

"Oh ya ampun! Benarkah itu?" tanya Veronica sembari menatap Felix masih tak percaya.

Fraud menghela nafas pasalnya ia pun tak percaya gadis yang dulu sempat sekarat karena siksaan yang pernah diterimanya masih hidup⸺selamat dengan luka yang sembuh total, dan yang jauh lebih membahayakan gadis itu mengenali dirinya di masa lampau.

"Saya memiliki rencana, namun saya harap Nona akan menunggu dengan sabar, saya mohon untuk tidak bertindak gegabah."

Setelah perbincangan hari itu Veronica Semakin tidak merasa tenang, karena jika memang benar Kieran adalah pelayan spesial yang sama dengan Felix serta Jennette maka hidupnya kini terancam, cepat atau lambat dibunuh atau membunuh dimangsa atau memangsa. Karena hidup hanya tentang itu.

"Jeanette, sudah kau bawa apa yang ku minta?" Gadis bersurai senja itu menatap wanita berambut brunette mahoni di belakangnya. Yang dipanggil tersenyum menunjukan sebuah botol kristal berwarna biru gelap ditangannya.

"Jalankan semuanya sesuai rencana, jangan sampai ada yang tau, termasuk Fraud dan Felix sekalipun," titahnya.

" Yes, my Lady."

Veronica memandang keluar jendela, ia tidak peduli sekalipun ia hancur. Si bungsu Linford itu bertekad membawa kehancuran tersebut bersama nona muda Silvester, dan meskipun jika memang terbukti benar, maka Kieran tak lebih dari seorang iblis kelas bawah tidak sebanding dengan Felix.

Sayangnya Veronica tidak mengetahui arti sebab dari kegelisahannya, karena dalam waktu dekat ia akan menggali kuburnya sendiri.

****

Kieran tengah merapikan tatanan sang nona muda pagi ini, berbeda dengan hari pada biasanya nona mudanya itu tidak mengenakan gaun atau dress seperti biasa. Sebuah celana dipadukan boots tinggi berwarna hitam dengan kemeja putih serta cravat.

Hari ini akan diadakan perburuan karena musim semi telah tiba. Tetapi sang butler menyadari sesuatu yang janggal pada sang nona, sarapannya tidak dihabiskan seperti biasa dan kini ketika mereka hendak berangkat nonanya itu hanya terdiam menatap sarung tangan hitam miliknya.

"My Lady, apakah ada yang salah? Anda tampak gelisah sejak pagi," tanya Kieran sembari memberikan pistol dan pisau pendek yang telah dimasukkan ke dalam tas kulit kecil yang akan diletakkan di sabuk pinggang Dracella.

"Kieran, jangan pergi menjauh seinci pun dari sampingku,"kata Dracella tiba-tiba. Setelah terdiam cukup lama nona mudanya itu memberikan perintah. Kieran yang merasa sang nona tidak terlihat seperti biasa memandang penuh tanda tanya. Dracella yang merasa ditatap akhirnya berjalan mendahului butlernya itu.

"Perasaanku tidak enak semenjak pagi, aku hanya merasa akan terjadi sesuatu pada kita."

Dracella yang telah menempatkan dirinya di dalam kereta menatap Kieran dalam. Iris merah senja sang butler tentu tahu nonanya mengatakan sebuah kejujuran. Dan dirinya juga dapat mendengar detak jantung sang nona yang berpacu tak teratur.

"Sudah lama sekali semenjak anda mendapatkan sebuah firasat nona."

Ya, Dracella memiliki firasat yang cukup kuat terkadang. Mungkin karena pada dasarnya manusia telah diberkahi Tuhan sebuah insting, hanya saja ia yang telah hampir menghadapi kematian membuatnya jauh lebih peka untuk menghindari bahaya. Kieran sendiri memilih untuk tidak meremehkan insting itu, meskipun insting kaum iblis jauh melebihi manusia, tetapi perasaan wanita jauh lebih peka mengenai hal semacam firasat.

" Baik, my Lady. Saya tidak akan mengijinkan siapapun mendekat."

Dan kereta kuda itu meluncur menuju area perburuan dengan suasana hening, mereka larut dalam benak masing-masing.

Bab berikutnya