webnovel

Perkara Mobil Juno

"Tuan Juno!"

Teriak pak Han yang mengejutkan dua kembar yang sedang menaiki tangga.

"Ada apa Pak Han? Anda seperti meneriaki pencuri," keluh Juno yang merasa tidak nyaman.

"Ah maaf, saya hanya sangat bersemangat," ujar pak Han sambil tertawa samar. "Emm begini, Tuan. Tuan besar bilang, mulai sekarang anda tidak boleh lagi mengendarai mobil." Kalimat pak Han tidak begitu jelas untuk Juno dan Joni.

"Gimana?" Juno mengerutkan keningnya.

"Tuan besar bilang, mulai sekarang anda tidak boleh lagi mengendarai mobil karena tuan Juno harus belajar hidup hemat," kata pak Han memperjelas.

Joni terdiam, dia sangat terkejut dan segera menatap kembarannya yang seketika berwajah masam.

"Kenapa?" tanya Juno singkat.

Pak Han terdiam, pertanyaan Juno sudah terjawab dengan kalimatnya tadi.

Juno mehela napas panjang. "Lalu bagaimana selanjutnya? Aku harus berjalan kaki? Mobilku akan dijual?" nada suara Juno seketika berubah.

"Mobil anda akan menjadi milik tuan Joni," jawab pak Han.

Juno mengerutkan dahi, begitupun dengan Joni yang segera mehela napas panjang. Rumit.

"Tapi dia kan sudah punya mobil sendiri? Lagipula, mobil itu adalah hadiah dari Papa saat ulang tahun ke tujuh belas." Urat leher Juno nampak menegang.

"Benar, Tuan. Tapi begitulah keputusannya. Mulai sekarang mobil itu milik tuan Joni. Jadi, anda bisa menyerahkan kunci serta surat menyuratnya sekarang pada tuan Joni." Pak Han bersikeras.

Juno berdecak, jelas dia sangat marah karena hal ini. "Enggak mau." Ucapnya singkat.

"Maafkan aku, tapi ini perintah Tuan Besar," ujar pak Han lagi.

"Pak Han bilang ke Papa kalau aku enggak mau memberikan mobil ini kepada siapapun. Mobil itu jelas milikku, surat menyurat dan semuanya atas namaku. Jadi tidak akan kuberikan." Juno menatap lekat pria tua itu dengan tajam.

Joni diam, dia sama sekali tidak memiliki pilihan untuk memberikan respon seperti apa dalam situasi ini.

"Saya akan segera mengurusnya, Tuan." Pak Han merendahkan suaranya. "Mobil itu, semua surat menyuratnya akan segera saya urus untuk balik nama."

Juno mengalihkan pandangan. Dia merasakan ujung dahinya berkedut dan kepalanya mulai pening.

"Pak Han. Aku enggak mau …." Joni membuka suara, namun kalimatnya belum selesai saat pak Han sudah menyelanya.

"Maaf, Tuan. Untuk saat ini anda tidak diperkenankan untuk berbicara," ujar pak Han dengan sedikit menganggukkan kepala.

"Aish bisa-bisanya!" geram Joni.

Cukup lama diam, akhirnya Juno merogoh saku dan mengambil kunci mobil juga surat mobil dari dompetnya.

"Nih!" Juno menyerahkan dua benda itu pada kembarannya.

"Apaan? Enggak! Aku sudah tidak butuh dua mobil, satu saja sudah lebih dari cukup," elak Joni.

"Ah enggak usah menolak. Apapun alasannya aku tetap tidak layak mengendarainya sekarang. Anggap aja aku sedang memberi hadiah kepada Papa karena menuruti keinginan beliau, suapaya Papa senang."

Juno segera meraih tangan Joni dan meletakkan kunci serta surat mobil pada telapak tangan saudaranya itu. Juno sempat menatap Joni, namun dia segera pergi melanjutkan langkah menuju kamarnya dengan diam.

"Juno!" Joni memanggil nyaring, namun sma sekali tidak dihiraukan oleh si bungsu.

Huhh. Joni mehela napas panjang.

"Pak Han …."

"Selamat malam, Tuan. Selamat beristirahat. Aku hanya menjalankan tugas dari tuan Besar, untuk selebihnya anda bisa bicarakan langsung dengan beliau." Pak Han segera berpamitan dengan meninggalkan Joni dengan perasaan tidak nyamannya.

Joni kembali mehala napas panjang. Dia tahu, Papa melakukan ini dengan tujuan baik untuk si bungsu. Namun Papa sama sekali tidak memikirkan bagaimana perasaan kedua putranya setelah hal ini. Baru saja mereka memutuskan untuk berbaikan, lebih tepatnya Juno yang memutuskan untuk berbaikan dengan Joni. Namun sekarang, apakah dia akan kembali bersikap baik?

*

*

"Iya, Pa. tapi Joni rasa itu terlalu jahat, Pa. Papa tahu kan kalau dia itu enggak bisa pisah sama mobilnya itu? Meskipun itu bukan uang dia, tapi dia merawatnya dengan baik. Lagipula … Joni sudah punya mobil sendiri, Joni enggak butuh mobil dari Juno. Emm … Papa kenapa selalu berpikiran jelek tentang dia sih? Ah Papa … emm. Joni mendengar dia sedang menabung untuk membeli apartemen yang … Ah mungkin dia bekerja di luar sana. Ah ya ampun Papa!"

Joni kesal sekali. Dia menelepon untuk melakukan protes namun selalu mendapat jawaban yang membuatnya semakin bingung. Papa tidak mempercayai semua ucapan Joni mengenai beberapa kebaikan Juno, hal itu membuat si sulung merasa frustasi dan kehabisan kata-kata untuk membela adik bungsunya.

Joni berjalan menuju kebun strawberry mini di halaman belakang. Cahya matahari pagi menyapanya dengan hangat.

Langkahnya terhenti saat pandangannya menangkap sosok Juno yang sedang bermain gitar dengan mengenakan headset duduk di saung dekat kebun.

"Pa, nanti Joni telpon lagi. Tapi intinya Joni enggak suka dengan cara Papa ini. Ini terlalu tidak adil." Tanpa basa basi lagi Jon menutup panggilan teleponnya.

Segera saja dia menghampiri adik bungsunya dengan membawa dua minuman soda kaleng.

Joni memberikan minuman itu pada Juno yang sedang sedikit melamun. Juno terkejut, dia lalu menatap Joni beberapa saat dan segera mengambil minuman itu. Segera saja Juno melepas headset serta meletakkan gitar di samping tubuhnya, membiarkan sang kakak untuk dapat bergabung dengannya.

"Ah nyaman sekali menikmati udara pagi disini … huuhhh …." Joni meregangkan ototnya lalu duduk di samping Juno dengan menghirup dalam-dalam udara segar.

"Ini untukmu. Acting kamu keren banget tadi malam, aku yakin pak Han akan mengira kamu benar-benar marah," ujar Joni seraya menyerahkan kembali kunci dan surat mobil.

Juno hanya meantapnya tanpa minat. Dia memilih untuk menenggak minuman kaleng dan memandang ke sekitar kebun.

"Aku bukan actor, jadi aku enggak pernah acting," jawab Juno tanpa mengalihkan pandangannya. "Ambil saja, aku sudah memutuskan untuk melupakan itu," imbuhnya.

"Ehh? Enggak mau lah. Ini mobilmu. Dan aku sudah punya, jadi untuk apa mengambil milikmu lagi," sahut Joni. Ia meletakkan kunci itu di dekat gitar si bungsu.

"Enggak usah jaim deh, Jon. Aku tahu kamu sejak awal memang menginginkan mobilku itu kan karena lebih keren dan lebih mahal," celetuk Juno dengan tawa ringan. Mata sipitnya Nampak bersembunyi dibalik tawanya itu.

"Tapi, Jun …."

"Mau ngomong apa lagi?" Juno menatap kakaknya.

"Papa melakukan ini karena Papa mau kamu hidup hemat dan enggak buang-buang uang untuk membeli barang mahal yang tidak kamu butuhkan. Jadi, kita bisa melakukan sedikit acting untuk situasi ini. Kita berpura menyetujui permintaan Papa dengan seolah mobil ini jadi milikku padahal belum."

Juno mengerutkan dahinya. "Kakak berpikir pendek sekali," ucapnya. "Misal kita berpura-pura, lalu pada akhirnya ketahuan Papa. Itu akan menimbulkan masalah baru dong. Males banget kalau disalah-salahkan terus."

***