webnovel

Hubungan satu malam 3

Diana menautkan kedua jari-jarinya, menekan gejolak rasa sakit di hatinya. Antara rasa bersalah dan tekad yang dia tau akan menimbulkan resiko yang besar bagi semua orang jika sampai itu terjadi.

Tak berapa lama, sebuah cahaya muncul dari mobil sedan yang memasuki halaman saat gerbang terbuka secara otomatis, menimbulkan perasaan gugup di hati Diana. Ada ketakutan dan ke khawatiran jika nanti Danny akan marah dan malah mengusirnya.

Pria dengan postur tubuh tinggi tegap, berkulit putih dan berwajah sangat tampan tampak turun dari mobil, lesung pipitnya muncul bahkan hanya dengan mengatupkan bibirnya saja menimbulkan pesona bagi Diana, wajah ini yang telah diam-diam dicintainya bahkan sebelum Maira menerima pernyataan cinta darinya.

Danny belum menyadari keberadaan Diana karena gadis itu terhalang oleh bunga yang Diana tau di tanam oleh Maira, karena dia ikut membantu beberapa kali saat berkunjung kerumah ini, rumah yang di bangun Danny dengan hasil jerih payahnya sebagai persiapan dia dan Maira tinggal setelah mereka resmi menikah.

"Dian..?" Danny berseru kaget melihat Diana sudah berdiri di teras rumahnya" Kamu ngapain malam-malam kesini di tengah hujan?"

"A..aku.." Diana terbata, tak tau harus menjawab apa, dia menunduk gugup.

"Kamu.. nggak kenapa-napa kan?" Tanya Danny khawatir.

Mendengar nada khawatir Danny, seketik Diana merasakan matanya panas, emosinya bergejolak hingga dia mulai gemetar dan terisak.

"A..Aku.."

"Masuklah dulu, kamu basah kuyup"Ajak Danny yang segera membuka pintu dan meminta Diana agar masuk. Bagaimanapun Diana adalah sahabat karib Maira, dia tidak mau membuat Maira sedih dan khawatir dengan keadaan Diana saat ini.

Bersama dengan Maira selama tujuh tahun ini, Danny cukup tau dengan kondisi Diana yang selalu menjadi korban dari ayah kandungnya yang seorang pemabuk dan penjudi. Dia juga tau, bagaimana perhatian dan pedulinya Maira pada Diana.

Diana berdiri di ruang tamu, dan masih mengusap air matanya yang tak mau berhenti, setelah merasa aman dari Tuan Ramon, dia malah merasa sangat sedih dan dadanya menjadi sangat sesak.

"Kenapa tidak duduk?" Tanya Danny setelah masuk dari arah dapur dan menyerahkan segelas teh hangat kepada Diana.

"Bajuku basah.." Jawab Diana dengan suara rendah, Danny menatap kasihan pada gadis yang tampak menyedihkan ini.

Dengan cepat Danny naik ke kamarnya untuk mengambil baju yang bisa dipakai Diana. Setelah menemukan kemejanya yang sedikit longgar dan belum pernah di pakainya, Danny kembali turun dan menyerahkannya kepada Diana.

"Pakailah ini dulu, maaf tidak ada baju perempuan di sini"Ucap Danny dengan canggung. Dia sedikit menyesal karena mengikuti keinginan Maira yang belum mau meletakkan pakaiannya di rumah ini sebelum mereka sah sebagai suami istri.

Diana sedikit terkejut dengan pernyataan Danny. Bagaimana bisa tidak ada pakaian Maira di rumah ini? bukankah mereka tidak lama lagi akan menikah? ataukah Danny yang hanya mengatakannya asal saja karena tidak ingin Diana memakai baju Maira?.

"Tidak apa-apa Kak, ini sudah lebih baik" Ucap Diana dengan nada lemah, dia tidak mengungkapkan tanya dihatinya.

"Masuklah ke kamar tamu "Danny menunjuk kamar yang tak jauh dari mereka berdiri. Diana dengan pelan berjalan masuk, saat dia hampir mencapai pintu, dia tak mampu menahan guncangan di tubuhnya karena rasa sakit di punggungnya dan juga dingin yang begitu menusuk.

"Sebentar.."Danny menahan Diana membuat gadis itu berhenti"Punggungmu berdarah "Ucap Danny penuh perhatian, membuat air mata Diana kembali meleleh.

Diana menundukkan kepalanya "Aku.. tidak apa-apa"Gumam Diana. Setidaknya dia sudah aman sekarang karena sudah berada di rumah Danny, tak ada lagi yang perlu dia khawatirkan.

Diana membuka pintu dan masuk dengan hanya menutup sedikit pintu yang dibukanya, Danny yang mengikuti langkah Diana masuk ke kamar, hanya mampu menatap iba pada Diana, entah kekerasan macam apa dan siapa yang melakukannya hingga kondisinya jadi seperti itu.

Danny berjalan menuju meja di mana ponselnya berada, dengan pelan dia duduk di sofa dan menekan sebuah panggilan dengan wajah di penuhi rasa cinta dan rindu.

"Assalamu'alaikum Bunda"Sapa Danny dengan nada manja dan sedikit bercanda.

"Wa'alaikumsalam.. Sudah sampai rumah?" Tanya suara lembut di seberang.

"Iya.. barusaja"Ucap Danny "Apa Bunda sudah selesai memberi materi?" Tanya Danny.

"Emm.. baru saja selesai. Sekarang sudah mau istirahat"

"Apa tidak sholat malam sebelum tidur?"

"Tidak, peserta nantinya akan bangun pada pukul setengah tiga untuk sholat tahajud"Danny mengangguk tanda mengerti "Buatlah teh hangat dan minumlah sebelum tidur, cuaca sedang hujan dan kakak barusaja pulang dari tempat kerja, pasti dingin" Danny tersenyum mendengar kata-kata penuh perhatian calon istrinya.

"Jadi tak sabar menunggu tiga bulan lagi.."Gumam Danny.

"Apaan sih.. selalu saja itu yang di katakan"Sela Maira namun dengan nada senang.

"Aku tak sabar lagi sayang.. pengennya di saat malam seperti ini, dengan hujan yang turun begitu lebat, ada istri yang dipeluk.."Danny masih menggoda.

"Mulai deh mesumnya.."

"Mesum sama calon istri boleh dong"

"Kak Danny..!"Terdengar nada Maira sedikit merajuk, Danny tersenyum senang, nada manja Maira selalu membuatnya ingin memeluk wanita itu, tapi selama tujuh tahun ini dia tidak pernah melampaui batas.

Bukan karena dia tidak ingin melakukan lebih untuk gadisnya, tapi karena Maira yang sudah mendalami agama dan berhijab sejak kelas satu SMA, sehingga dia berusaha menghormati gadis itu.

Dia menahan hasratnya untuk memeluk dan menciumnya karena dia tidak ingin Maira sampai membencinya. Gadis kecilnya itu, telah dijaganya seperti menjaga sebutir telur emas, siapapun tau jika dia Maira adalah calon istrinya dan tidak siapapun yang berani mengganggunya.

Pernah saat kuliah Maira di dekati seorang pria blasteran Jerman Manado, dia sangat tampan hingga membuat Danny uring-uringan, tapi Maira meyakinkannya untuk percaya padanya dan cinta mereka.

Meskipun demikian, Danny memutuskan untuk menjaga Maira. Menjemput dan mengantarnya ke kampus serta menemaninya saat membuat tugas, dia tidak mau ada orang yang nekat mencuri Maira darinya.

Dia cinta mati padanya sejak pandangan pertama.

"Kakak masih disana kan?" Maira memecah keheningan.

"Hmm.." Jawab Danny lirih.

"Kakak kenapa?" Tanya Maira khawatir.

"Aku.. benar-benar berharap pernikahan kita besok saja.." Ujar Danny dengan nada lemah.

"Sabar kak, tiga bulan bukan waktu yang lama, bukankah selama ini kakak sudah dengan sabar menunggu?" Nada Maira terdengar sangat lembut. "Mintalah pada Allah agar jodoh kita kali ini tidak akan tertunda lagi, sama seperti yang Maira selalu lakukan"

Danny menunduk dengan senyum lembutnya, Mairanya adalah wanita paling lembut dan pengertian di dunia, dia sangat mencintainya.

"Hahh.. mengapa akadnya tidak kita dahulukan?"

"Kakak.. kakak kenapa sih?"Di seberang sana Maira mengerutkan keningnya, heran dengan Danny yang tiba-tiba sangat cengeng.

"Aku sudah ingin memelukmu.." Rengek Danny lagi dan Maira tertawa di ujung sana,"Jangan tertawa atau aku akan kesana dan menculikmu dari lokasi training, kemudian aku akan menguncimu didalam kamar, dan baru akan mengijinkanmu keluar saat akad nanti"

"Ihh.,.. kakak, mulai mesum, istighfar kak istighfar.."

"Nggak, bukan mesum. Aku tidak akan melakukan apa-apa padamu meskipun menguncimu di dalam kamar, aku hanya ingin menghindari hal-hal yang tidak di inginkan saja. Yang bisa menghalangi pernikahan kita seperti yang lalu-lalu".

Jelas saja Danny tidak akan berani macam-macam dengan Maira, atau ibunya akan merebusnya hidup-hidup karena menyakiti menantu kesayangannya..

Sering kali Danny berfikir apakah sebenarnya anak kandung orang tuanya adalah Maira? mereka begitu menyayanginya bahkan sangat memanjakannya.

Bab berikutnya