webnovel

Pintu terkunci

Dikantin sekolah kita memesan makanan masing-masing. Aku hanya memesan makanan ringan.

Selesai dari kantin aku diajak Arkan duduk dibawah pohon beringin depan perpustakan. Dini nggak ikut karena masih ada tugas yang belum dikerjakan, jadinya dia pamit untuk masuk kelas duluan.

"Amaira." Panggil Arkan pelan.

Aku menoleh. Seketika Arkan berjongkok didepanku dengan membawa sekuntum bunga mawar ditangannya dan diberikannya untukku.

Ihhhh sosweet.

Aku tau dari mana Arkan mendapat bungan mawar itu. Pasti didepan kantin sekolah. Isshhh. Nggak modal banget sih si Arkan.

Tapi nggakpapa lah, gini aja aku udah senang banget loh. Karena baru kali ini aku dikasih bunga sama cowok, ngasihnya sambil jongkok lagi. Berasa kayak tuan putri. Hihi

Setelah aku terima bunga darinya, Arkan segera duduk kembali disampingku.

"Pak Arkan, Amaira, lagi ngapai kalian?" Tiba-tiba suara seseorang mengagetkan.

Aku sangat tahu suara siapa itu. Siapa lagi kalau bukan bedak yang super tebal.

"Pak Arkan, Amaira, lagi ngapain kalian?" Tanya Bella yang tiba-tiba muncul dari belakang.

"Kamu nggak lihat kita lagi ngapain?" Bukannya menjawab Arkan malah nanya balik ke Bella.

"Saya lihat lagi duduk sih." Jawab Bella.

"Nah, itu tau. Ngapain masih nanya." Ucap Arkan cuek.

"Emm.. Pak Arkan. Saya mau bicara sebentar sama Pak Arkan." Ucap Della memelas.

"Yaudah bicara aja kali, Del. Gratis. Tanpa dipungun biaya seperserpun." Ucapku pada Della.

Sebenarnya lagi sebel aja sama Della. Suka gangguin orang yang lagi berduaan aja.

Kuteguk minuman yang tadi aku bawa, tanpa peduli dengan Bella.

"Pak Arkan beneran mau nikah?"

Uhuuukkkk.

Tiba-tiba aku tersedak minuman saat mendengar pertanyaan Della.

Arkan mau menikah? Sama siapa?

Ku tatap mata Arkan untuk mencari jawaban atas pertanyaan Della. Arkan tersenyum sambil menatapku. Seolah tau apa yang sedang aku fikirkan.

"Iya." Jawab Arkan. Jawaban Arkan membuatku tak percaya. Arkan beneran mau nikah? Terus aku gimana dong. "Kamu ingin tau siapa calonnya?" Lanjut Arkan bertanya pada Bella.

Bella hanya mengangguk. Tersirat kesedihan dimatanya. Begitu dalamkah cinta Bella pada Arkan? Bukannya Bella itu berpacaran sama Ferdi? Entah lah. Aku juga bingung dengan tingkah Bella.

"Ini dia calon istri saya." Jawab Arkan sambil merangkul pundakku dan tersenyum.

Ihhh Arkan.. udah pasti pipiku kayak kepiting rebus nih. Arkan memang pintar banget bikin hatiku berbunga-bunga seperti bunga mawar yang kupegang saat ini. Walaupun tangkainya banyak durinya, tapi aku suka karena bunganya indah dan harum.

Bunga mawar itu ibarat hubunganku dengan Arkan. Semakin menuju pelamina nanti akan semakin banyak rintangan. Aku yakin itu. Tapi, semoga saja rintangannya nggak terlalu sulit. Jadi aku gampang lewatinnya.

"Pak Arkan lagi bercanda kan?" Tanya Della tak percaya.

"Ya nggak lah. Nggak ada gunanya juga saya bohong sama kamu." Jawab Arkan tegas.

Tiba - tiba bel berbunyi.

"Sayang, kamu masuk kedalam kelas ya? Nanti pulangnya aku tungguin diparkiran." Ucap Arkan padaku. Aku hanya mengangguk kikuk.

Dini yang melihat hanya melongo tak percaya.

Aku pun sebenarnya nggak percaya dengan sikap manis yang Arkan tujukan padaku. Itu semua seperti mimpi. Apalagi pakei dipanggil sayang segala lagi. Ihhhh Arkan. Jantungku kayaknya butuh dinetralisir deh. Biar berdetak dengah normal. wkwk

Dalam kelas aku melihat Della yang juga melihat kearahku. Tatapannya menyiratkan sebuah kebencian, seperti ada dendam.

"Selamat siang anak-anak". Ucap Pak Kepsen yang tiba-tiba masuk kedalam kelasku. Pak Kepsek masuk kelas ditemani Arkan dan satu orang cowok. Yang tak aku ketahui namanya. Guru baru mungkin.

"Selamat siang, Pak." Jawab semua murid serempak.

"Bapak cuma mau menyampaikan sesuatu sama kalian. Mulai besok sekolah kita akan mengadakan program #JelajahiLaluLindungi#." Ucap Pak Kepsek yang membuat semua murid bingung.

"Maksudnya gimana ya Pak?" Tanya salah satu teman kelasku.

"Pak Zain yang akan menjelaskan semuanya. Oh ya, perkenalkan Pak Guru yang disebelah saya ini namanya Pak Zain. Beliau yang akan mendampingi kalian mulai besok." Ucap Pak Kepsek memperkenalkan.

"Perkenalkan Nama saya Zainal. Biasa dipanggil Zain. Saya akan menjelaskan sedikit tentang #JelajahiLaluLindungi# Jelajahi adalah bagian dari Lindungi Hutan. Untuk belajar mengenal Alam lebih dekat. Kita nanti akan belajar untuk melindungi Ekosistem Hutan sekaligus menikmati wisata Alam." Ucap Pak Zain panjang lebar yang membuatku takut. Aku takut tersesat seperti waktu itu. Sudahlah itu hanya masa lalu, yang nggak akan pernah terjadi dimasa depan.

Semua murid memperlihatkan expresi yang berbeda. Ada yang diam tak peduli, ada yang sangat senang, ada yang takut yaitu aku.

"Suduah paham semuanya?" Tanya Pak Kepsek.

"Paham, Pak." Jawab semua murid.

"Sekarang kalian boleh pulang lebih awal, untuk menyiapkan segala perlengkapan buat dibawa besok. Jangan lupa bawa apa saja yang diperlukan saat didalam hutan ya. Kalian pasti sudah tau semua kan? Karena ini bukan pertama kalinya kalian mengikuti program jelajah hutan. Kalau gitu kami permisi dulu. Hati-hati dijalan saat pulang." Ucap Pak Kepsek panjang lebar.

Seketika kelas menjadi ricuh. Semuanya saling mendahului untuk segera pulang.

Aku dan Dini pulang belakangan. Males kalau harus berdesakan saat diparkiran. Nggak ada satupun yang mau mengalah. Udah mirip anak SD waktu pulang sekolah.

Sampai diparkiran aku nggak lihat Arkan sama sekali. Apa semua guru belum waktunya pulang ya.

Kuambil handponku didalam tas, berniat untuk menghubungi Arkan. Tapi ternyata Arkan sudah mengirimiku pesan. Aku disuruh pulang duluan, karena dia masih banyak pekerjaan untuk persiapan buat besok.

Kulangkahkan kakiku menuju motor dengan langkah gontai. Sama sekali nggak semangat, karena nggak bisa pulang bareng Arkan. Kalau aku nungguin pasti kelamaan.

Diperjalanan aku hanya diam, dan anehnya Dini pun ikutan diam. Apa yang membuat Dini juga ikut terdiam.

"Lo besok ikutan, Ra?" Tanya Dini mengawali pembicaraan.

"Ya ikutlah." Jawabku.

"Lo nggak takut tersesat lagi?" Tanya Dini lagi.

Sebenarnya aku juga ragu mau ikut atau enggak. Kalau nggak ikut, aku nggak bisa bersama Arkan dong, lagian ngapain juga nanti aku dirumah. Pasti bakal bosen banget. Kalau ikut, aku masih trauma dengan kejadian masa lalu.

Aku menggeleng.

"Aku nggak takut. Kan ada Arkan nanti yang jagain aku." Ucapku sedikit lega karena ada Arkan nanti.

Sampai rumah pintu dalam keadaan tertutup. Nenek kemana? Tumben pintu tertutup.

Kumasukkan motorku masuk kedalam bagasi.

"Ra, pintunya dikunci." Ucap Dini sambil berusaha membuka pintu rumah Nenek.

"Masa sih?" Tanyaku nggak percaya.

Kucoba buka pintunya ternyata benar apa yang dikatakan Dini. Pintunya dikunci.

"Nek... Nenek.... Amaira sudah pulang, Nek." Panggilku dengan suara keras.

Tak ada sahutan apapun dari dalam.

Asemm, mana perut terasa lapar lagi.

Bab berikutnya