webnovel

Paviliun Barat

Hari ini Tiara bagun kesiangan lagi dan itu semua gara-gara Dante yang tidak pernah puas. Seluruh tubuhku terasa akan remuk. Tiara menarik selimut menutupi tubuh telanjangnya. Jam berapa ini?. Kenapa matahari terlihat sudah sangat terang, ooh Tuhan jangan sampai aku terlambat ke tempat kerja. Tiara mencari-cari handphonenya. Dimana aku meletakkannya semalam krukk… suara perut Tiara yang kelaparan. Ooh Sial. Aku sangat kelaparan.

Jam dua belas Tiara berteriak ngeri melihat phonselnya yang menunjukan pukul dua belas siang. Dimana pria brengsek itu sekarang maki Tiara melihat sekeliling kamar yang terlihat sudah rapi, entah kemana pakaian mereka yang semalam berserakan di lantai. Tiara melilitkan selimut disekeliling tubuhnya melangkah masuk ke dalam kamar mandi

Kau sudah bangun dan belum berangkat kerja?. Hampir saja Tiara meneriakkan kata-kata itu saat melihat Dante keluar dari ruangan walk in closet. Bodoh maki Tiara dalam hati. Pertanyaan apa itu?.

"Aku bukan pemalas sepertimu Tiara yang tidur seperti babi". Ya ada yang harus aku urus terlebih dahulu, lagipula aku bosnya, aku tidak perluh datang sesuai jam kerja sepertimu ucap Dante arrogant.

"Benar-benar pagi yang suram batin Tiara". Kalau bukan karena kau yang tidak pernah puas, aku tidak akan bangun kesiangan Dante!". Tiara berusaha tidak berteriak menjawab hinaan santai Dante. Aku salah satu karyawati telandan yang selalu memenangkan tropi ditiap tahunyna

"Itu hanya alasanmu saja Tiara. Kau mau kemana dengan selimut itu?". Dante menghentikan Tiara yang akan masuk ke dalam kamar mandi.

"Tentu saja mandi tuan muda". Aku butuh mandi untuk membersihkan tubuhku yang terasa lengket dan beraroma khas percintaan. Aku tidak mau dikatakan bau olehmu karena tidak segera membersihkan diri. Jadi saya permisi dulu tuan muda, Tiara melewati Dante

"Bagaimana kalau aku ikut mandi bersamamu?. Aku bisa membantu menggosok pungungmu?. Dante menatap Tiara dengan tatapan jahil

"Tidak terima kasih untuk kebaikanmu yang harus aku tolak. Karena aku sangat yakin pungungku masih bersih saat ini!". Lagipula anda terlihat sudah sangat rapi tuan. Saya tidak ingin merusak penampilan anda yang sudah sempurna

Dante menatap tajam Tiara. Aku memaksa Tiara!". Aku tidak masalah harus kembali kedalam sana bersamamu.

"Aaahhh…". Tiara terkejut saat tubuhnya melayang dalam gendongan Dante.

"Akan Lebih efesien kalau kita mandi bersama karena kita bisa saling membantu mengosok pungung". Dante manarik selimut yang menutupi tubuh telanjang Tiara dan membuangnya sembarangan.

"Tidak Tiara berusaha turun dari gendongan Dante. Aku tidak mau, turunkan aku Dante kau akan…."

"Akan apa Tiara?". Dante menatap tajam Tiara

"Turunkan aku Dante, kau bisa mandi duluan aku akan menunggu di luar".

"Tapi Aku butuh kau untuk mengosok pungungku!". Dante menahan Tiara dalam gendongannya.

"Aku tidak mau, kau bisa mengosok sendiri pungungmu, kau tidak memerlukan bantuanku!".

"Jangan membantahku Tiara?". Mari kita buat semua menjadi mudah. Aku sangat benci dengan kecerewetanmu.

Tiara mengeleng. Aku tidak akan cerewet kalau kau melepaskanku sekarang juga. A…ku malu, aku tidak pernah mandi dengan orang asing. Jadi silakan gunakan kamar mandinya sepuas anda.

Dante mengigit telinga Tiara. Aku suamimu Tiara dan kau tidak perlu malu. Kita bahkan sudah melakukan banyak hal dengan tubuh saling menyatuh.

******

"Sialan kau Dante sejak awal aku tahu itu hanya akal bulusmu saja". Napas Tiara terengah-engah akibat permainan panas mereka barusan. Tubuhku bahkan belum pulih suara Tiara terdengar sangat pelan.

Dante tidak mempedulikan protesan Tiara. Apa yang Dante inginkan sudah ia dapatkan. Aku sudah minta mbok Surti membawa makan siangmu ke atas, bukankah aku suami yang sangat pengertian sayang?. Dante memuji dirinya sendiri.

Tiara melotot.

"Pakailah ini!". Dante menyerahkan kameja putihnya. Aku tahu kau belum mengenakan apapun di balik selimut itu.

Tiara membuang muka.

Dante mendekati Tiara yang sekarang terbaring lemas di sofabed. Usai permainan panas mereka tadi Dante membaringkan tubuh lemas Tiara ke sofabed. Melihatmu hanya terbungkus selimut seperti itu kau tahu apa yang ada dalam pikiranku?.

"Aku tidak mau tahu…!". Kau bajingan tidak punya hati Dante. Aku sangat yakin kau tidak akan peduli kalau tadi aku sampai jatuh pingsan.

Dante meniup telinga Tiara. Aku ingin sekali menarik lepas selimutmu dan mengulangi pergumulan panas kita tadi Tiara. Aku merasa belum puas menyentuhmu. Aku suami yang sangat berperasaan Tiara. Aku menghentikan permainan panas kita karena aku tahu kau sudah tidak kuat.

"Hentikan Dante". Tiara mencoba mendorong jauh tubuh Dante. Kau tidak akan melakukan itu Dante.

Dante tertawa melihat wajah panik Tiara.

Tiara mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya.

"Kalau aku mau kenapa tidak. Tapi sepertinya kau benar-benar kelelahan sayang?, istirahatlah aku akan keluar".

Setelah istirahat beberapa jam Tiara bangun, menatap kamar mewah Dante masih dengan tatapan takjub. Tiara menghela napas mencoba turun dari ranjang mencari pakaiannya yang Dante lempar entah kemana selama pergumulan panas mereka. Tiara tidak mendapati pakaiannya, melihat kameja Dante tergeletak di lantai Tiara mengenakan kemeja putih Dante. Tiara turun mencari mbok Surti di dapur. "Mbok…!, panggil Tiara.

Surti mendekat, ada yang bisa saya bantu nyonya?.

"Mbok bisa tolong antarkan aku ke paviliun barat!".

"Baik nyonya, tuan Dante sudah memesankan pada saya setelah nyonya bangun agar saya membawa nyonya ke paviliun barat… Mari nyonya…".

"Apa Dante keluar lagi hari ini?".

"Tuan orang yang sangat sibuk nyonya, akan sulit menemukan tuan Dante berada di rumah, jika nyonya ada perlu pada tuan, nyonya bisa menghubungi Suryo, karena Suryo selalu berada di dekat tuan". Lewat sini nyonya.

Tiara melihat pintu samping yang baru saja mereka lewati. Menghela napas meratapi nasibnya. Aku sudah seperti pelacur esklusip saja. Sial tidak pernah terbayangkan olehku kehidupan pernikahanku akan seperti ini

Surti memperhatikan raut wajah Tiara yang terlihat kesal. Apa anda baik-baik saja nyonya?.

Tiara hanya tersenyum. Jarak rumah utama dan paviliun yang Tiara tempati lumayan jauh. Tiara kembali menghela napas …. Jadi setiap pagi aku harus berjalan kaki sejauh ini untuk ikut sarapan dan makan malam di rumah utama. Tampa harus diet tubuhku pasti akan semakin kurus. Malam aku akan olaraga malam bersama Dante yang tidak pernah puas setelahnya aku harus berjalan kaki ke paviliun untuk istirahat. Ooh malangnya diriku

"Kita sampai nyonya, Surti membuyarkan Tiara dari lamunannya. Semua barang-barang nyonya sudah dipindahkan dan disusun dengan rapi". Tiara mengangguk. Ini kunci paviliunnya, setiap hari akan ada yang datang untuk membersihkan paviliun, begitu juga dengan pakaian kotor nyonya". Tiara kembali menganggukan kepala. "Kalau begitu saya akan kembali bekerja".

"Terima kasih ya mbok".

"Sudah tugas saya nyonya, jika masih ada yang nyonya perlukan nyonya bisa menyampaikannya langsung pada saya". Tiara mengangguk.

TERIMA KASIH SUDAH SETIA MEMBACA KARYA BERLI YA

SALAM HANGAT DARI BERLIANA UNTUK KALIAN SEMUA

Bab berikutnya