webnovel

Chapter 8

Chapter 8

" Jadi Ojou-chan apa kau tidak keberatan memberi tau ku apa yang membuat mu berada dalam keadaan pingsan di tengah hutan "

Tanya Sage(Gen) kepada Alicia yang baru bangun.

Alicia yang sedang ditanyai langsung mengenang kembali apa yang terjadi dipikirannya, kemudian dengan pelan dia menceritakan kepada ku apa yang terjadi sebelum dia ada ditengah hutan.

-----

{Pov Alicia}

Sejak kecil aku tidak mengetahui orang tua ku, aku dirawat oleh nenek mulai dari bayi. Nenek mengatakan padaku bahwa dia menemukan ku dihutan beberapa tahun lalu.

Saat itu tidak seperti bayi lain aku tidak sering manangis, bahkan saat berada dihutan sendirian aku tidak menangis tampaknya aku lebih dewasa dari anak lain bahkan saat masih bayi.

Tentu saja aku juga kadang menangis saat lapar yang tidak berbeda dengan bayi lain.

Setelah nenek menemukan ku dia merawat ku dengan sepenuh hati, nenek pernah mengatakan padaku bahwa orang yang dicintainya meninggal sebelum sempat meninggalkan dia anak. Nenek juga tidak punya keinginan menikah dengan orang lain selain orang yang dicintainya, itu membuat nenek hidup sendirian untuk waktu lama sampai akhirnya aku tiba.

Selama masa kecil aku lebih pandai dibanding anak seumuranku, aku juga selalu mengikuti apa yang dikatakan nenek ku tanpa membatah itu karena aku sangat mencintainya.

Tapi itu berakhir saat aku berusia 6 tahun, nenek terkena penyakit yang tidak bisa diobati sama sekali. Nama penyakit itu disebut Synternal, itu merupakan penyakit yang membuat tubuh kesulitan bergerak, setiap hari orang yang terkena penyakit ini akan kehilangan vitalitas dalam tubuh mereka.

Nenek yang sudah berusia 70 tahun hanya dalam beberapa hari langsung terbaring ditempat tidur tanpa bisa melakukan apapun.

Aku sedih, sangat sedih karna tak bisa melakukan apapun untuk nenek, aku mencoba yang terbaik untuk bisa membantu dalam urusan rumah. Dan berharap nenek akan sembuh nanti dalam hatiku.

Tapi sayang nya harapan ku langsung hancur dalam beberapa hari.

Nenek meninggal 2 hari sejak dia tidak bisa bergerak dari tempat tidur. Nenek masih dia atas kasur berbaring seperti biasa, tapi berapa kalipun aku mengoyang kan tanganya dia tak pernah bangun. Aku menangis dan menangis sangat lama saat itu. Air mata ku tak mau berhenti memikirkan satu-satunya keluarga meninggal didepanku.

Aku bahkan tak bisa melakukan apapun untuk membantu.

Aku tak punya lagi keinginan untuk hidup saat aku baru berusia 6 tahun, satu-satunya orang yang kusayangi meninggal. Aku tak punya siapapun lagi di hidupku.

Tapi nenek selalu mengajarkan ku untuk jangan pernah berputus asa pada suatu hal. Jika kau punya waktu untuk berputus asa sebaiknya gunakan itu untuk membuat dirimu menjadi lebih baik, ucap nenek padaku dulu saat dia masih hidup.

Setelah mengingat kata-katanya, aku memutuskan melanjutkan hidupku.

Aku mempunyai sebuah tujuan yaitu menjadi seorang penyihir profesional, nenek dulu ada seorang penyihir yang hebat saat masih muda. Dia bilang padaku bahwa dia akan mengajari ku sihir saat aku berusia 10 tahun, aku juga sangat bersemangat saat itu untuk mempelajarinya. Tapi sekarang hanya sebuah mimpi yang tak pernah terwujud.

Jadi aku memutuskan untuk belajar sihir sendiri dan saat berusia 12 tahun aku akan mendaftar di akademi.

Sebelum itu aku harus tetap berusaha sebisa mungkin untuk hidup.

-----

Sudah 1 tahun sejak nenek meninggal, aku hidup dalam keadaan susah. Tanpa nenek aku kesulitan mencari makan, tapi walaupun begitu masih ada beberapa kenalan nenek di desa ini jadi mereka sering membantu ku sedikit. Aku juga mencoba melakukan pekerjaan sederhana seperti mencari beberapa rumput pemulihan dan menjual nya dengan harga murah.

Anak-anak seumuran ku biasanya masih bermain-main dirumah mereka. Kadang mereka mendatangi ku dan mengejek ku, tapi aku mengabaikan nya karna itu buang-buang waktu ku.

Tapi semakin aku mengabaikannya mereka malah tambah menggangu ku, bahkan ada yang melempar batu padaku. Saat aku kehilangan kesabaran dan membalas melempar batu pada mereka, mereka langsung marah dan mengatakan akan memberi tau orang tua mereka.

Ke eseokan harinya beberapa orang dewasa berdiri didepan rumahku, mereka adalah orang tua dari anak-anak yang kemarin yang menggangguku.

Mereka mengatakan bahwa aku menyerang anak mereka sampai terluka, dan meminta untuk menyerah kan rumah ku agar menutupi biaya pengobatannya.

Aku yang mendengar hal itu tak tau harus berkata apa, kemarin walau aku melempar batu ke mereka, aku yakin itu hanya terkena dikaki mereka dan itu bukan luka yang parah.

Tapi kenapa hasilnya seperti ini, dan kenapa mereka mencoba mengambil rumah yang nenek tinggalkan untukku.

Aku langsung mencoba menyangkal perkataan meraka, tapi sayang nya mereka gk peduli ucapan ku.

Diantara para orang dewasa ada yang berperawakan dengan muka yang terlihat menakutkan. Dia langsung mengatakan dengan lantang bahwa rumah ini juga belum cukup sebagai biaya pengobatan dan mengatakan bahwa satu-satunya cara adalah dengan mengubah ku sebagai budak dan menjualnya.

Mereka yang mendengar sarannya langsung setuju tanpa ragu-ragu.

Aku yang mendengar itu langsung mundur dengan wajah ketakutan.

Di dunia ini Menjadi budak sama saja dengan membuang kebebasan hidup dan ada kemungkinan tak pernah bisa hidup sebagai orang normal lagi sejak menjadi budak.

Aku memiliki mimpi untuk menjadi seorang penyihir di masa depan, jika aku menjadi budak hidup ku benar-benar sia-sia selamanya.

Dengan perlahan aku mencoba melarikan diri saat mereka masih membahas sesuatu.

Tapi sayangnya mereka menyadari nya dan mencoba menangkapku. Aku langsung kabur dengan sekuat tenaga ku sebisa mungkin melewati perumahan warga desa, walaupun begitu mereka berghasil mengejarku dan menyudutkan ku di pinggir kota.

Aku yang tidak bisa kemana-mana hanya bisa duduk terdiam ditempat dengan gemetar ketakutan.

Saat itulah sesuatu kata terlintas dikepalaku.

Aku secara tidak sadar mengucapkannya dengan suara gemetar.

" Te..le...port "

Sesaat kemudian keberadaan ku menghilang sepenuh nya dari desa.

Bab berikutnya