Karena nyatanya memang hal yang disebut oleh sebagian media adalah benar, tak mudah untuk memanfaatkan pengaruh dari para aktivis ternama seperti Anna ataupun Putri Alice Shaerbeek. Peran mereka mungkin dapat memberikan efek yang dapat digunakan. Saat ini strategi yang di pilih oleh sang ratu yakni posisi bertahan. Serangan yang datang begitu bertubi-tubi dan akan terus mengujinya, maka semua perisai yang ada harus dapat ia gunakan dengan baik.
Setelah meninggalkan ruangan sang ratu, Pangeran Adam segera kembali melakukan aktivitas rutin miliknya. Namun seperti yang sudah diprediksi oleh pria bangsawan itu, kini sasarannya adalah Putri Shaerbeek sendiri yang ia harapkan akan datang mendekati dirinya.
***
Dengan senyuman hangat sang pangeran menyambut kedatangan sang putri yang merupakan seorang aktivis besar itu ke dalam ruangannya. Adam bersikap seolah tak tahu apa-apa. Dia berkata, "Ada apa gerangan? Apa kau butuh sesuatu?"
Putri Alice Shaerbeek dengan wibawa miliknya itu datang mendekat ke arah Pangeran Adam, menghapus banyak jarak yang terasa tak berguna. Ia membalas, "Begini, diriku sudah membicarakan hal ini dengan sang ratu. Namun karena dirimu lah yang menjadi perwakilan sang ratu saat ini dalam beberapa urusan tertentu, maka sekiranya aku akan memberitahumu alasan mengapa aku kembali berada di sini."
Sang putri tersebut kini mulai menjelaskan pada Adam hal yang sebenarnya telah diketahui oleh dirinya. Sang pangeran hanyalah mengangguk-angguk pada setiap kalimat yang dilontarkan oleh sang putri.
Dari penggunaan bahasa yang digunakannya, Pangeran Adam menyadari bahwa sang putri yang juga masih merupakan seorang aktivis ini sepertinya juga memiliki rencana tersendiri. Pasalnya wanita yang satu itu ternyata tak bersikap sepenuhnya jujur. Terdapat sedikit perbedaan antara kisah yang diberitahukan sang ratu padanya dengan yang dikatakan oleh Putri Shaerbeek pada dirinya secara langsung.
Dengan senyuman hangat sang pangeran justru juga membalas wanita itu dengan kata "iya" sebagai persetujuan. Dirinya berusaha untuk bersikap senormal mungkin sehingga membuat Putri Shaerbeek bahkan tak menyadari apa pun.
Akan tetapi di dalam hati Adam jelas tahu bahwa dirinya harus mencari tahu mengenai alasan khusus milik sang aktivis ternama seperti dirinya yang ada dihadapannya itu, saat dia memutuskan untuk datang ke sini. Seorang wanita yang bahkan tak gentar atau merasa malu dan ragu setelah akhir dari kisah miliknya ternyata yang tak berakhir dengan hal yang telah mereka rencanakan sebelumnya.
Dengan gaya yang begitu elegan, wanita yang di pandang sebagai sosok panutan bagi semua orang, penduduk negeri ini. Seorang wanita yang memikul segala beban tanggung jawab dipundaknya itu melangkah melintasi lorong kastil dengan begitu anggun, namun tak mengurangi kesan wibawa yang melekat pada dirinya sama sekali.
Beberapa pria yang berada didepannya tak luput juga ikut turut menundukkan kepala mereka, lalu pengawal yang ada membukakan pintu besar ruangan yang berwarna keemasan itu. Ruangan khusus tempat dimana pembesar kerajaan berkumpul dan menggunakannya sebagai ruang diskusi atau istilah kerennya 'meeting room' untuk membahas apa saja yang berkaitan dengan eksistensi monarki dan nilai mahkota.
"Yang Mulia," sahutan dari semua orang yang berkumpul di dalam sana.
Senyuman kecil adalah satu-satunya balasan yang dilontarkan oleh wanita yang berusia empat puluh tahunan itu, pada setiap pasang mata yang memandanginya. Tanpa mengurangi kesan kesempurnaan yang berada pada dirinya, sang ratu tersebut langsung menduduki kursi khusus miliknya itu, yang memang biasanya akan diduduki siapa pun yang memiliki kekuasaan tertinggi saat ini.
Tak jauh dari posisi beliau duduk, seorang yang sudah dianggap sebagai tetua kerajaan itu pun mulai bersuara, "Sepertinya kita harus mulai berhati-hati karena semua yang terjadi sekarang di luar dari apa yang bisa kita prediksikan."
Anggota kolega bangsawan yang juga turut ikut menghadiri pertemuan ini menyahutkan suaranya, "Hal itu benar sekali. Partai yang terpilih pada pemilihan umum kali ini benar-benar tampak berbahaya dan berpotensi sebagai ancaman. Aku juga mendengar desas-desus bahwa perdana menteri yang terpilih merupakan orang yang begitu keras dalam menentang kehadiran monarki di zaman yang sudah begitu maju seperti sekarang."
Dari posisi yang tak jauh, Pangeran Morgan berkata, "Bukankah semuanya sama saja? Semua partai yang ikut terlibat dalam pesta demokrasi tahun ini adalah orang-orang yang memiliki satu latar belakang yang sama, mereka semua yakni memiliki paham anti monarki."
Sang tetua itu kembali berucap, "Yah itu memang benar, tapi setidaknya ada beberapa partai yang memiliki pandangan sedikit konservatif. Kami sudah berusaha memberikan sinyal semampunya karena memang kita tak diikut sertakan dalam masa pemilu. Namun sayangnya partai yang naik kali ini, mereka justru adalah orang-orang yang memiliki pandangan yang lumayan ekstrim."
Morgan kembali melontarkan perkataannya, "Tapi kejadian seperti ini bukanlah hal baru, bukan? Dalam sejarah, sudah ada beberapa kali partai yang beraliran anti monarki memenangkan kursi di lembaga pemerintahan. Dan setahu diriku kondisi monarki tetap saja bertahan hingga saat ini."
Di dalam pertemuan yang tampak keruh, seorang ahli hukum kerajaan berujar, "Bukannya bermaksud untuk memotong atau bersikap lancang, tapi kondisi monarki kita saat ini, tengah berada dalam status krisis. Hampir seluruh orang yang berada di luar sana menginginkan kehancuran dari monarki itu sendiri. Belum lagi exsposure dari para keluarga bangsawan selalu berhasil memberi efek negatif."
"Apa maksudmu itu mengenai pemberitaan antara diriku dengan Anna?" singgung Pangeran Adam yang juga berada di sana.
Sang ratu yang dari tadi mengamati jalannya pembicaraan pada pertemuan kali ini mulai mengeluarkan opininya. Beliau bertutur, "Silahkan saja mereka berusaha. Yang harus kita fokuskan adalah menambal semua celah yang memberikan mereka peluang untuk menyerang dan menang. Tak perlu harus menunjukan sikap kekhawatiran kita karena itu akan membuat kepala mereka semua menjadi semakin besar. Aku yakin selama diriku yang masih memimpin, takkan aku biarkan tikus-tikus kotor itu menghancurkan nilai esentrik mahkota. Segala cara akan aku lakukan sekali pun hal itu terbilang beresiko."
Ketegasan Camila sebagai pemimpin yang terus mengasah taringnya itu, membuat setiap orang yang sebelumnya berada di ruangan ini dengan penuh rasa ragu, kini seakan bersatu untuk mempertahankan kekuatan dari mahkota yang di puja-puji selama ribuan tahun terakhir itu. Rapat tersebut diteruskan tentang langkah apa saja yang akan mereka lakukan untuk bertahan dan menyerang melawan komunitas-komunitas yang sudah dianggap sebagai ancaman bagi monarki.
***
Setelah menyelesaikan semua agenda urgent yang ada, sang ratu terpikirkan sesuatu di dalam kepalanya. Alunan bunyi lonceng yang digoyangkan oleh beliau membuat pintu yang sedang tertutup dihadapannya itu terbuka secara perlahan-lahan. Dari arah sana terlihat seorang pria yang berusia dua puluh tahun lebih muda itu melangkah masuk ke dalam ruangan sang ratu.
**To Be Continued**
Bagaimana menurut kalian chapter yang satu ini? Tinggalkan gift, vote, like dan juga opini kalian di kolom komentar. Trims!