Jelas hal yang baru saja dilihat oleh kedua matanya, sungguh mencurigakan. "Apa itu sosok seorang mata-mata?" pikirannya mulai menggali dan mencocokkan kemungkinan-kemungkinan yang ada.
Dari gerak langkah yang bisa ia amati, sosok tersebut seperti sedang berusaha keluar dari istana. Dia melangkah dengan mengambil rute yang sangat umum, pertanda sosok itu tak tahu menahu mengenai seluk beluk istana.
Adam yang memahami hal itu, segera berputar haluan dan mengambil koridor-koridor yang menjadi jalan pintas, agar dia bisa segera mengkonfrontasi sosok yang dia anggap sangat mencurigakan itu.
Geraknya yang gesit membuat dia berhasil sampai di luar tepat sebelum sosok itu melangkah pergi. Mereka saling berpapas-papasan saat ini. "Astaga, ya tuhan. Kau membuatku sangat terkejut Yang Mulia."
Sosok itu benar-benar kaget ketika dia melihat Pangeran Adam menyampari dirinya secara tiba-tiba. Jantungnya refleks berpacu jauh lebih cepat dari sebelumnya.
"Anna? Maksudku Nona Braveheart, apa yang kau lakukan di sini? Datang seperti seorang yang mengendap-ngendap di malam yang sudah begitu larut." Pria itu sengaja menyinggungnya secara halus.
Wanita itu berusaha mengumpulkan segenap tenaga dan keberanian yang ia miliki, lalu membalas, "Maaf Yang Mulia. I-ini mungkin akan terdengar aneh. Tapi sebenarnya aku datang ke sini karena ingin mengambil flashdisc milikku yang tertinggal tadi sore saat aku pergi. Kau tahu kan kalau, aku dan sang ratu sedang mengerjakan projek bersama."
Wanita itu berusaha mengumpulkan segenap tenaga dan keberanian yang ia miliki, lalu membalas, "Maaf Yang Mulia. I-ini mungkin akan terdengar aneh. Tapi sebenarnya aku datang ke sini karena ingin mengambil flashdisc milikku yang tertinggal tadi sore saat aku pergi. Kau tahu kan kalau, aku dan sang ratu sedang mengerjakan projek bersama."
Saat dia hendak menjelaskan lebih lanjut, Adam menyela, "Oh, yah aku melihatmu selepas penutupan acara dan kau tampaknya langsung ke sini. Mengapa tak menghubungi pelayan? Mereka pasti dapat membantumu."
Anna menjawab, "Benar Yang Mulia. Hanya saja masalahnya aku tak begitu ingat, dimana terakhir kali aku meletakkannya, dan juga banyak file penting yang harus aku harus kerjakan didalamnya. Mereka tadi sudah bertanya padaku, tapi alangkah lebih baik kalau aku sendiri yang mencarinya."
Adam segera merespon, "Oh begitu. Jadi oleh karena itu kau kembali di tengah malam seperti ini. Kuharap kau telah menemukan hal yang kau cari itu."
Wanita itu lantas segera memeriksa sesuatu dari dalam tasnya dan menunjukkan hal yang dikatakannya. Tatapan sang pangeran selalu membuatnya merasa lemah, tapi dia ingin menunjukkan bahwa dirinya memang berkata jujur.
Sang pangeran juga tak sungkan menawarkan Anna tumpangan dari kerajaan untuk mengatarnya pulang, tapi wanita itu justru menolaknya dengan alasan bahwa dia memiliki kendaraan pribadi yang juga dia bawah kemari.
Adam yang mendengar hal itu hanya bisa mengangguk, sebelum akhirnya ia mempersilahkan Anna dengan baik keluar. Tak berhenti sampai di sana, pria itu juga mendadak memutuskan untuk mencari tahu secara langsung mengenai hal yang diutarakan oleh wanita itu barusan.
Alangkah lebih baik baginya menemukan kebenaran secara sendiri dibandingkan dia harus merasa gelisah karena dugaan dan perasangka yang ada.
***
Hari berlalu sebagaimana biasanya, setelah mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat, para pembesar yang ada dikerajaan mulai menunjukan setiap aktivitas maupun itikad baik dari mereka kepada dunia publik. Program pemerintahan juga kembali berjalan dengan baik dan setiap permasalahan berusaha diatasi oleh mereka secara perlahan.
Sang ratu, dan anak-anaknya, Prince Adam dan Princess Isabelle, juga sering terlihat keep in touch dengan masyarakat selama beberapa bulan belakangan ini, terkhususnya pasca peringatan memorial sang raja dan putra sulungnya.
"Permisi, aku ada temu janji dengan sang ratu," ucap Anna saat memasuki kastil milik negara ini.
"Baik Nona Braveheart, kami akan segera menyampaikannya pada asisten Yang Mulia ratu. Silahkan masuk saja terlebih dahulu," balas salah seorang pengawal yang ada di kerajaan ini.
"Oh iya, terima kasih," kata Anna.
Kastil ini sangat megah dan besar dan juga merupakan salah satu pusat pemerintahan negeri ini. Dan sepertinya seiring dengan kerja samanya dengan keluarga bangsawan, seorang aktivis seperti Anna Braveheart menjadi tampak tak asing lagi di lingkungan istana ini. Dirinya juga tak sungkan-sungkan mengikuti setiap peraturan yang ada hingga menghafal setiap batas dan ruangan yang bisa dimasukinya selama beberapa waktu terakhir.
"Oh maaf, aku tak melihat ada seorang aktivis yang juga sering keluyuran di lingkungan kastil kami," sahut pria itu sehabis menyenggol Anna secara tak sengaja.
"Ma-maaf Yang Mulia, diriku sepertinya. Dirimu tak perlu meminta maaf, aku jelas sadar akan posisi diriku di sini," balas Anna dengan sedikit terbata-bata setelah menundukkan kepalanya.
"Iya, iya. Aku tahu itu, bukan sudah seharusnya begitu?" respon balik dari seorang pria bangsawan yang namanya sudah terkenal di negeri ini.
Anna terlihat tak nyaman dengan sindiran-sindiran halus yang keluar dari seorang pria bagsawan itu yang sedang berada di depan dirinya. Ia bahkan sedikit bingung sekaligus juga terlihat sedikit gugup dalam memilah kata untuk menjawab percakapan sang yang mulia.
"Oh, kau terlihat memucat. Pastikan kau minum air yang banyak. Kau cukup meminta saja pada para pelayan yang ada atau kau bisa mengambilnya sendiri. Anggaplah saja kalau ini adalah kastil milikmu," sahut sang pria bangsawan itu dengan lantunan nada yang masih penuh dengan kata sindiran.
"Ah, Jangan kau ambil hati. Anggap saja kalau aku sedang bergurau denganmu," tambahnya.
"Maafkan diriku sekali lagi Yang Mulia Morgan, aku berada di sini hanya karena ada urusan kepentingan dengan Yang Mulia ratu. Kami ada temu janji tepat sepuluh menit lagi," balas Anna dengan senyuman.
"Oh jadi begitu, lalu mengapa kau tak di jaga oleh sang pengawal?" tanya seorang Morgan Veliz lagi.
"Maaf, tapi diriku tak ingin membuat mereka repot, aku meminta mereka agar tak perlu mengawalku," balas balik Anna.
"Luar biasa sekali. Aku sangat menyukai cara pikirmu. Rasakanlah sesukamu, puaskan dirimu dengan semua fasilitas yang ada di kastil ini. Cukup ingat bahwa ada kata pepata yakni, yang namanya perak tak akan pernah berganti menjadi emas," ucap Morgan Veliz.
"Maaf tapi apa maksud dirimu yang mulia?" tanya Anna.
"Oh aku tahu betul kau paham akan hal itu, kau tak mungkin bisa menjadi seorang aktivis yang luar biasa jika tak paham akan hal-hal dasar. Tapi karena dirimu sudah bertanya, maka biar aku beritahukan. Maksudku hanyalah simple, kau adalah seorang tamu dan kami akan menjamu tamu kami dengan sebaik mungkin. Aku hanya ingin memastikan kau merasa nyaman dengan pelayanan yang ada," balas Morgan dengan senyuman leber yang memilik seribu arti.
**To Be Continued**
Bagaimana menurut kalian chapter yang satu ini? Tinggalkan gift, vote, like dan juga opini kalian di kolom komentar. Trims!