webnovel

Chapter 55: Rencana Jahat

Daddy Song sangat kesal, "Siapa yang bilang itu adalah cucu laki-lakiku. Kamu pelacur, sudah berapa ratus pria yang kamu tiduri dan mengaku bahwa itu adalah cucuku."

Ketika Wen Hua mendengarkan ucapan Daddy Song, wajahnya menjadi gelap. Dia adalah salah satu pelacur cantik di rumah bordil. Alasan dia datang ke sini karena hanya Song Yuan yang mudah di tipu olehnya.

Jika tidak, betapa bodohnya dia ingin menikah dengan pria pemalas sepertinya. Ketika Daddy Song memarahi menantunya. Song Yuan baru saja bangun tidur. Ketika dia melihat istrinya dan Daddy Song bertengkar, dia berubah menjadi malas.

"Daddy ada apa?"

"Lihat pelacur yang kamu temukan ini? Benar-benar membuat keluarga sial."

Song Yuan menatap Kearah Wen Hua, karena Ger itu sudah berada di pelacuran sejak lama. Dia sangat mudah bermain kasihan. Wen Hua segera meneteskan air matanya, dia tampak menyedihkan.

"Tuan Suami, aku baru saja terjatuh. Daddy memintaku untuk memasak. Tuan Suami, bagaimana jika kita kehilangan anak kita." Wen Hua meneteskan air matanya. Ketika Song Yuan melihat pemandangan kecantikan menangis. Hatinya segera luluh.

Song Yuan adalah bajingan, dia juga pecinta kecantikan namun terlalu miskin untuk memiliki banyak keindahan. Song Yuan menatap Daddynya. "Daddy, Hua sedang hamil. Kenapa kamu terus menyudutkannya."

Daddy Song menatap tidak percaya kearah putranya, "A-Yuan, kamu... kamu...."

"Daddy, jangan terlalu memaksanya. Kamu tahu bahwa dia hamil."

Daddy Song segera kesal. Namun di depan putranya dia tidak mengatakan apapun. Song Yuan dan Wen Hua masuk ke dalam ruangan yang sama. Song Yuan segera menjadi kesal. Dia menatap kearah Wen Hua.

"Kamu harus menjaga sikapmu di sini."

"Suamiku, aku tidak salah."

"Berhenti bermain, kamu pikir aku akan percaya padamu."

Wen Hua segera menggertakkan giginya. Dia tidak mengatakan apapun lagi. Wen Hua menatap kearah suaminya. "Suami, bisakah kamu membelikanku kue. Aku ingin memakannya."

Song Yuan mencibir, "Apakah kamu punya banyak uang? Beraninya kamu ingin makan kue."

Wen Hua menyipitkan matanya, "Tuan Suami, bagaimana jika kamu menjual selir dan putranya. Aku yakin harganya bisa belasan tael perak."

Ketika Song Yuan mendengarkan ini, dia segera menyipitkan matanya. Sebenarnya dia juga sudah kesal dengan Shen Yun, setiap kali dia melihatnya, dia menjadi marah. Dia membenci pelacur yang tidak berguna itu.

"Apakah kamu punya cara?"

Wen Hua melihat tanggapan Song Yuan, dia tersenyum cerah. "Tuan Suami, jangan khawatir. Aku akan melakukannya."

"Baiklah." Song Yuan tanpa ragu-ragu lagi mengatakannya. Dia segera menganggukkan kepalanya. Wen Hua sangat senang, meskipun dia adalah Istri sah sekarang, namun melihat Shen Yun, dia merasa bahwa lelaki itu menjijikkan.

_____

Song Xi menatap kearah Shen Yun. Dia menggenggam tangan Shen Yun. "Daddy, apakah kamu terluka?"

Shen Yun menggelengkan kepalanya. Dia memang tidak terluka, namun hatinya bahkan lebih terluka dan remuk. Dia bahkan tidak bisa menangis lagi akhir-akhir ini. Shen Yun tersenyum. "Daddy adalah kuat, Daddy tidak terluka."

Song Xi mengenggam tangan Shen Yun lebih erat. "Daddy, bagaimana kalau kita pergi saja dan tinggal di gunung?"

Shen Yun berhenti melangkahkan kakinya, dia berjongkok di depan Song Xi, dia mengusap wajah berdebu Song Xi. "A-Xi, itu sama sekali bukan pemecah masalah. Jadi jangan pernah pikirkan itu lagi."

Song Xi menatap kearah Daddynya, tiba-tiba dia menangis. "Daddy sudah banyak menderita. Bagaimana A-Xi tidak sedih? Daddy terluka setiap hari."

Shen Yun menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa, jika Surga benar-benar baik. Kita akan baik-baik saja."

Song Xi tidak mengatakan apapun lagi. Shen Yun tersenyum, "Jangan menangis. Menangis tidak akan bisa menyelesaikan masalah. A-Xi harus menjadi kuat di masa depan."

Song Xi menganggukkan kepalanya dan segera menghapuskan air matanya. "Ya, Daddy."

Mereka berdua kembali melanjutkan perjalanannya. Sampai di kaki gunung, Song Xi duduk. Dia cukup lelah. Shen Yun tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya menggosok kepala ger kecilnya. Lalu tidak lama setelah itu, dia mendengar suara dari gunung.

Shen Yun dan Song Xi segera waspada, mereka takut bahwa itu adalah binatang buas. Lalu sosok dua anak-anak keluar dari rerumpunan semak-semak. Rambut mereka berantakan, keduanya adalah anak Yan Mao.

"Dabao? Erbao?"

Ketika keduanya melihat kearah Shen Yun, mereka segera tersenyum. "Paman Ger Yun, kenapa ada di sini lagi?"

Keduanya keluar dan memegang dua burung pegar. Ketika Shen Yun melihatnya. Dia melebarkan matanya. Dia berpikir bahwa kedua anak ini bersama Ayahnya. Namun dia tidak melihatnya.

Dabao dan Erbao tersenyum lebar. "Paman Ger Yun, kenapa naik ke gunung lagi?"

Shen Yun merasa sedikit malu, dia menggelengkan kepalanya. Tidak seperti Dabao dan Erbao tidak tahu apa-apa yang terjadi pada keluarga Song. Mereka saling berpandangan. Erbao menyerahkan burung pegarnya.

"Paman Ger, ini untukmu."

Shen Yun segera menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu. Bawalah untuk kalian."

Dabao tersenyum, "Daging burung pegar tidak terlalu enak. Tapi kami hanya mampu berburu burung pegar dan kelinci. Tidak bisa binatang besar yang lain."

Shen Yun melebarkan matanya, "Jangan masuk terlalu dalam ke gunung itu sangat berbahaya. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada kalian? Daddy dan Ayah kalian pasti cemas."

Dabao dan Erbao tersenyum, "Kalau begitu. Paman Ger bawa saja burung pegar ini. aku dan Erbao akan kembali ke rumah."

Shen Yun menerima kedua kalinya burung pegar merah. Ini sangat gemuk, mungkin 6-7 kati.

*1 kati: 0,5 Kg

Shen Yun dan kedua anak Yan Mao kembali bersama. Song Xi menatap kagum kearah kedua Saudara laki-lakinya. Dabao lebih tua 1 tahun dari Song Xi, dia juga lebih tinggi karena makanan yang baik. Song Xi hanya sebahunya.

Dabao tersenyum cerah, "A-Xi makan yang banyak jadi kamu akan tinggi seperti Saudara Dabaomu."

Song Xi memerah, dia menganggukkan kepalanya. "Ya, Saudara Dabao."

Keduanya berpisah karena rumah Yan Mao lebih dekat dari gunung dari pada rumah Song. Ketika keduanya mengetuk pintu. Lalu seseorang membuka pintu gerbang. Pelayan itu mengerutkan alisnya, Dabao dan Erbao langsung menatap tajam.

"Siapa kamu?" Dabao bertanya, Erbao menatapnya dan menyipitkan matanya. Pelayan itu sangat sopan, "Dua anak-anak, Siapa yang kamu cari?"

"Ini rumah kami, tentu saja kami kembali." Dabao berkata, pelayan segera melebarkan matanya. "Jadi ini adalah Tuan Muda, dua Tuan Muda maafkan kesalahan pelayan ini. pelayan tidak mengenal Tuan Muda, ini adalah kejahatan."

Segera keduanya menatap kaget ke pelayan yang berlutut di depan mereka. Yan Mao melihat bahwa kedua putranya kembali. Dia segera melambaikan tangannya. "Kalian kembali. Ayo makan."

Yan Mao berjalan melangkah, dia menatap kearah pelayan yang berlutut. Yan Mao tersenyum, "Berdirilah. Jangan berlutut untuk masalah kecil."

Pelayan Muda itu menganggukkan kepalanya dan berdiri. Kedua putranya menatap kearah Yan Mao. "Daddy, apakah kita punya pelayan di rumah?"

Bab berikutnya