Hasan menunggu gadis idamannya di sebuah warung sambil makan ayam geprek dan minum juz alpukad, lama Hasan menunggu dihubungi tidak terhubung-hubung akhirnya Hasan memutuskan untuk pulang, di pertengahan perjalanan Hasan bertemu Izan teman baiknya yang menceritakan keadaan di sekitar rumahnya baru saja pemadaman listrik dan akhirnya Hasan mencoba menghubunginya.
Kali ini terlihat Hasan mengeluarkan Androidnya mulailah ia mengetik nomor satu demi satu.
Tut ... tut ... tut
Bunyi ketikan Androidnya Hasan, kemudian disusul dengan suara, "Maaf nomor yang anda tuju diluar sasis area atau nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif, mohon ketik nomor 1 untuk meninggalkan pesan."
Huhf! Suara desakan nafas Hasan terdengar dalam sambil berkata dalam hati, "Ya Allah! Mudahkanlah urusanku demi sesuatu yang lebih baik bagiku, Apakah ini ujian orang yang mau menuju kebaikan."
Bagai tersengat semut merah yang ganas Hasan tiba-tiba kaget Android di tangannya berdering, hampir saja Androidnya terjatuh di tepian kalan yang berbatu, secepat kilat tangan Hasan meraihnya sehingga tidak terjatuh.
Terlihat wajah manis tersenyum tipis di layar Androidnya Hasan, ya nama Gadis pujaan bergoyang-goyang di layarnya, tidak lama-lama Hasan mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum," sapa Aurel dengan nada lembutnya.
"Wa'alaikumsalam," jawab Hasan dengan balasan yang manis pula walau hatinya lagi kesal.
"Kang! Android saya tadi habis dipinjem saudara aku hingga baterenya habis, mau saya cas disini pemadaman," ungkap Aurel terdengar suara manjanya.
"Iya Neng! tidak apa-apa, ini saya sudah dari tadi ditempat biasa kita ketemuan Eneng saya hubungi tidak bisa-bisa, eh ternyata kayak gitu gimana lagi, harus sabar," tutur Hasan sambil mencari tempat duduk.
"Iya Kang! maafin saya, saya nyusul kasana aja ya Kang?" tanya Aurel terlihat semangat untuk bertemu.
"Tapi Neng! saya sudah perjalanan pulang ya," sahut Hasan.
"Yah Kang! gimana dong saya ingin ketemu, kangen!" tutur Aurel sambil mengeluarkan jurus manjanya.
"Ya udah, tetapi ganti tempat saja tidak enak sama penjualnya," sahut Hasan.
"Iya Kang! siap, oh ya kang! gimana kalau kita ketemuan di Kedung biru saja Kang," tutur Aurel.
"Bisa-bisa, toh tidak jauh kok dari tempat ku ini, ya udah kita ketemuan di situ saja," sahut Hasan.
"Baik Kang, kalau begitu saya meluncur kesitu, Assalamu'alaikum," pungkas Aurel.
"Wa'alaikumsalam," jawab Hasan sambil berkata dalam hatinya, "Ya Allah, maafkan saya jika nantinya apa yang saya lakukan menyakiti hatinya."
Hasan pun mengendarai sepedahnya menyusuri jalan-jalan yang di tanamai tumbuhan-tumahan di tepiannya, air sungai yang terlihat mengalirkan airnya seakan mampu menghidupkan gairah hidup Hasan, memang dasar Hasan seorang pujangga di sepangjang jalan ia mentunkan syair-syair yang bermakna ungkapan hatinya.
Kupandang jauh ke arah depan, mata ini serasa panas, badan ini lelah, tapi kakiku selalu mengajakku berjalan dan terus berjalan.
Awan putih berjalan-jalan di atas kepala, seakan menemani perjalanan, tak tau mengapa angin menerpa dada membuat terasa berat nafas ini, kucoba menangkis angin itu tapi apa dayanya diriku, diriku malah di tertawakan sebongkah batu.
Menangis dan menjerit tanpa suara, ku lihat burung yang elok mendekat, menghibur, bernyanyi dan berjoget ria seakan tahu dan mencoba menghilangkan gundah hati ini.
Andai burung itu tahu apa yang akan terjadi mungkin dia memilih menjauh, tak mau kenal dengan diriku.
Burung! Apa kamu tetap bersiul untukku nanti?
Burung! Apa kamu tetap terbang menghampiriku lagi nanti ?
Burung! rasaya tak tega hati ini harus membuat keelokanmu terguyur badai cintaku.
Burung! oh Burung.
Seperti baru kemaren mengenalmu, memanjakanmu, bersenda gurau bersama, kini kau tidak sadar badai cintaku menghantamu.
Aku hanya bisa berdo'a semoga engkau tetap menjadi burung yang elok dihadapanku, ku berharap engkau mampu menahan badai cintaku, engkau mempu melewatinya.
Aamiin ...
Terlihat Hasan sesekali meneteskan air matanya di sepanjang jalan, tak lupa ia menghapusnya dengan tangannya.
Hatinya menjadi berat seberat-beratnya saat melihat dari kejauhan sebuah Kedung Biru yaitu tempat pertemuan yang akan menjadi sejarah.
Semakin dekat dan terlihat jelas pemandangan yang menyejukkan hati, diarah timur Kedung Biru terlihat tebing tinggi yang dihiasi pohon-pohon hijau yang mengelilinginya, dari arah utara Kedung Biru terlihat pesona laut yang membentang dengan panjangnya kapal-kapal berlayar seakan menghiasinya menambah indahnya Kedung Biru, dari arah barat Kedung Biru terdengar gelincir air terjun yang membuat suasana bagaikan di surga.
Hasan pun sampai di tempat itu, dia memakirkan sepedanya di tempat parkir dan menemui petugasnya untuk mebayar biaya masuk di Kedung Biru, Rp. 5000 biaya masuknya.
Hasan terlihat menengok ke kanan dan kekiri untuk mencari tempat yang pas untuk menyampaikan perasaannya. Tak disangka dia melihat gadis cantik sedang duduk di bawah pohon ringin yang di hiasi aneka warna buka disekitarnya.
Hasan mencoba mendekati dari arah belakangnya, perlahan-lahan dia terus mendekatinya dia menyangka itu Aurel karena bentuk tubuh dan rambut mirip Aurel.
Sebelum ia sampai di dekat gadis itu tiba-tiba ada pria yang tak kalah keren menghampirinya.
terdengar percakapan.
"Mel! Udah lama ya, nungguin Akang," sapa Laki-laki itu sambil bergerak duduk disampingnya.
"Ah, tidak Kang baru saja," jawab gadis itu sambil menarik tangan laki-laki itu.
"Jangan disini Mel ayo kita pindah tempat saja," ajak Laki-laki itu sambil berdiri dan menarik tangan gadis itu pergi.
Hasan menghelakan nafas dalam-dalam sambil meletakkan tangannya didadanya dan terdengar hembusan nafasnya.
Huhf!
Hasan pun menduduki tempat yang baru saja di tempati gadis dan laki-laki itu sambil memandangi hijaunya pepohonan di depan matanya serta mendengarkan gemricik air jatuh.
Mulailah hati hasan gelisah tidak menentu, fikiran tak berhenti memikirkan sesuatu, sesekali ia bangun dari tempat duduknya kemudian duduk kembali, sesekali juga menggeliatkan badannya ke kanan dan ke kiri, dia berusaha sekali agar bisa menguasahi gejolak hatinya, diapun membeli minuman penyegar tubuhnya untuk melepas dahaganya.
Dari arah selatan terlihat pemandangan yang berbeda dengan yang lain, seorang gadis berpakaian putih dengan rambut terurai di tiup hembusan angin menambah kecantikannya, sesekali dia menengok ke kanan dengan tatapan yang menggoda, dia mulai memakirkan sepedanya dan berjalan perlahan menuju kedepan.
Hasan melihatnya bagai diguyur hujan rintik-rintik keringat dingin mulai keluar sesekali ia menghapusnya dengan lengannya tak berkedip.
Aurel melihat ke kanan dan ke kiri sambil mencari keberadaan Hasan, sesekali ia menatap tajam seseorang yang duduk membelakanginya ternyata bukan.
Hasan yang melihatnya segera berusaha menguasahi dirinya dan berjalan untuk menemuinya, perlahan hasan mendekati dan berdo'a dalam hati "Ya Allah! Kuatkan diriku, berilah kesabaran dan pengertian pada kekasihku."
Hasan pun menyapanya dengan suara lantangnya, "Eneng!"
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Akankah Hasan mengutarakan apa yang ada di hatinya? Dan Bagaimana nasib Aurel selanjutnya?
Ikuti kisahnya hanya disini.