webnovel

Bab 2: Evil God vs Koneko

"Selama Anda bisa membayar." Koneko mengangguk tanpa komitmen. Wajahnya tetap tanpa ekspresi dan memasuki mode profesionalnya.

Ketuanya telah mengatakan bahwa pasti ada pelanggan yang memiliki kepribadian aneh dan sebagai iblis yang dipanggil, Koneko harus tetap bisa menjaga kesopanan sampai tingkat tertentu ketika dihadapi pelanggan seperti ini.

Dan remaja bernama Rozen ini, Koneko mengidentifikasinya sebagai pelanggan yang termasuk berkepribadian aneh.

Rozen tidak tahu apa yang ada dipikiran Koneko dan menyeringai, lalu berkata, "Membayar? Selama kau bisa memenuhi ambisiku, bayaran apapun tidak akan masalah. Bahkan setengah dari populasi manusia juga tak masalah." Kemudian dia memandang bulan yang ada di atas langit lewat jendela kaca. "Lagipula ... ambisiku adalah menguasai dunia."

"...." Koneko terdiam selama beberapa detik. Agak mengejutkan baginya karena dia belum pernah menerima permintaan seperti ini dari pelanggannya dulu. Dia kesulitan mencari kata untuk menjawab sebelum akhirnya berkata, "Maaf, permintaan itu terlalu tinggi. Jadi secara otomatis tidak bisa dilakukan."

"... Tidak bisa dilakukan, ya...?" Rozen membuat ekspresi kecewa selama beberapa detik, seolah dia benar-benar kecewa akan hal ini. Dia mengangkat kepalanya dan berkata, "Baiklah, karena bahkan seorang iblis bahkan tidak bisa memenuhi permintaanku, mungkin aku harus menghentikan ambisiku." Dia lalu memandang Koneko. "Juga, aku tak menyangka ada iblis yang bersekolah di sekolah yang sama denganku ... Ngomong-ngomong namaku adalah Rozen, murid pindahan baru-baru ini yang di kelas tiga."

Koneko mengangkat alisnya sedikit dan memindai kamar Rozen sekali lagi, menemukan seragam Akademi Kuoh yang terlipat di kasur.

Karena Koneko tidak berniat menyembunyikan identitasnya sebagai murid Akademi Kuoh juga, dia berkata, "Saya Tojou Koneko, murid kelas satu."

"Toujou Koneko? Apakah kamu adalah maskot sekolah yang dirumorkan itu? Aku sudah mendengar itu." Rozen mengangkat alis dan berbasa-basi. Kemudian dia mengambil konsol game yang ada dibalik ranjang dan berkata, "Karena permintaan pertamaku tidak bisa dilakukan, kalau begitu bagaimana jika aku menggantinya dengan pertandingan bersama permainan game konsol ini? Syaratnya mudah. Jika kamu menang, aku akan membayar lebih dari yang dijanjikan, bagaimana? Yah, meskipun aku tidak peduli apakah itu menang atau kalah karena aku akan tetap membayarmu dengan lebih selama aku merasa puas."

Salah satu jari Koneko berkedut pada kalimat terakhir dari Rozen. Entah bagaimana, Koneko merasa telah diejek oleh Rozen dan rasa persaingannya mulai meningkat.

"Baiklah. Jika itu yang Anda inginkan." Sementara Koneko mengangguk dan menjawab dengan ekspresi yang masih tanpa ekspresi, api tekad di hatinya menyala berteriak untuk memenangkan pertandingan game ini.

Jangan meremehkan dirinya!

Rozen melengkungkan bibirnya dalam diam, seolah semuanya telah dalam kendali. Dia memasang game di komputernya dan berkata, "Kalau begitu kita akan lakukan tiga pertandingan."

Koneko mengangguk tidak keberatan dan kemudian keduanya mulai bermain game.

40 menit kemudian ... Koneko ternganga setelah melihat akhir dari pertandingan ketiga melawan Rozen.

[Player Two Lose!]

[Player One Win!]

"Ah~ Ini memuaskan~ Aku menang dua kali dan kamu menang satu kali," Rozen berkata sambil mengangkat kedua tangannya tanpa sadar, meregangkan tubuhnya saat duduk di kursi. Dia menoleh ke Koneko yang ada di samping. "Dengan ini aku yang menang, kan?"

Koneko mengangguk secara otomatis. Ini pertama kalinya dia benar-benar dikalahkan dalam game oleh orang lain. Dia cukup percaya diri dalam permainan game yang dia miliki, sampai-sampai jika ada pelanggan yang mengajaknya bertanding, Koneko biasanya mengalah untuk kepuasan pelanggan.

Namun, keadannya sekarang ... telah terbantai habis-habisan oleh Rozen walaupun Koneko telah mengeluarkan kemampuannya secara penuh dari awal. Koneko tahu, meskipun di game tertulis bahwa dia menang satu kali dan tidak sepenuhnya kalah, yang sebenarnya terjadi adalah Rozen yang mengalah untuknya agar bisa mendapatkan ronde lebih banyak.

"Nah, meskipun aku menang dan kamu yang kalah, tapi seperti yang aku katakan, selama aku puas aku akan membayar dengan lebih." Rozen mengambil dompet dan mengeluarkan uangnya dari sana, mengulurkannya ke Koneko. "Terima kasih. Aku senang dengan pelayananmu."

Koneko merasa berkonflik ketika melihat uang di tangan Rozen. Dia tahu mendapat feedback yang bagus dari pelanggan adalah hal yang baik ... tapi, kenapa rasanya harga dirinya telah terinjak oleh sesuatu yang tak terlihat?

Pada akhirnya Koneko menerima uang yang diberikan dengan perasaan campur aduk itu dan berterima kasih kembali; kemudian memberikan selebaran pemanggilan kepada Rozen jika ingin memanggilnya kembali; pamit untuk kembali; sebelum dia membuat lingkaran sihir untuk berteleportasi, lalu menghilang.

Rozen melihat kepergian Koneko dengan senyum dan mulai menguap.

Pada saat itu, bola kristal hijau di punggung telapak tangan kirinya bersinar dan mengeluarkan suara yang terdengar agung, [Kau tampaknya sangat kejam padanya, Patner. Apakah kau punya dendam kepada iblis atau apa?]

"Tidak ada." Rozen menggelengkan kepalanya pada perkataan Ddraig. Dia lalu berjalan ke jendela dan memandang langit malam yang dipenuhi bintang. "Hanya saja ... ini mengingatkanku pada salah satu gadis iblis yang menjadi bawahanku. Dia sangat imut dan aku selalu menggodanya. Aku penasaran sudah sampai mana dia melawan True God. Kuharap dia kabur saja dan hidup sendiri tanpa khawatir denganku."

[True ... God?] Ddraig bergumam. Ada Tuhan yang dikenal oleh Ddraig, namun ... entah kenapa dia merasa True God yang dimaksud Rozen ini benar-benar berbeda dari yang ada di dalam pikirannya.

Rozen tidak menjawab kebingungan Ddraig dan menutup jendela. Mematikan lampu, dia melemparkan dirinya ke kasur.

"Selamat malam ... senang rasanya bisa tidur."

---

Di sebuah alam yang tak di kenal.

Seorang gadis terbaring dengan telungkup di tengah kegelapan. Dia memiliki sepasang sayap hitam yang membentang di belakang punggungnya dan sekarang itu telah dipenuhi luka.

Terengah-engah, dia mengangkat kepalanya dengan penuh usaha dan menatap sebuah bayangan mozaik yang ada di hadapannya. "Kenapa ... Anda ... True God ... bermusuhan dengan Master Evil God ...? Bukankah kalian berdua dulunya adalah—"

"Jangan lanjutkan kata-katamu, Aarin."

Mozaik yang dipanggil sebagai True God, menyela gadis bernama Aarin iitu. Suara yang dia keluarkan agak tidak jelas dan susah dikenal. Meskipun, rasanya itu lebih condong ke suara wanita dewasa, sopran.

True God lalu mundur, menjauh, dan mengeluarkan suara, "... Aku akan membantai seluruh bawahan Evil God lain sekarang."

Kemudian, meninggalkan kata-kata itu, dia perlahan memudar dan menghilang di kegelapan ini.

Aarin menggertakkan gigi tanpa bisa berbuat apa-apa. Dia mengangkat telapak tangannya dengan susah payah dan menciptakan sebuah belati, lalu menikamkannya ke diri sendiri.

"Maaf teman-teman ... Aku akan ... menemui Master duluan."

Dengan itu, tubuhnya hancur dan berhamburan saat menjadi abu.

Bab berikutnya