webnovel

PART 16 - KEMARAHAN NIO!

Nio bergegas menuju mobilnya. Dia baru saja akan menyalakan mesin mobilnya, tetapi teringat dirinya tak tahu di Kantor Polisi mana Allena kini berada.

Nio mengambil ponselnya, dia teringat pada sekretaris Allena. Namun, dia menggeram ketika sadar bahwa dirinya tak memiliki kontak Guntur.

'Oh ya, kontak tadi,' batin Nio teringat pada nomor yang belum lama ini mengabarkan bahwa Allena berada di Kantor Polisi.

Nio menghubungi kontak tadi, dan tak lama panggilan itu terjawab. Nio menanyakan tentang di Kantor Polisi mana Allena berada saat ini? Dia akan menghampiri Allena ke sana.

Polisi itu memberitahu Nio, dan Nio pun mengakhiri telepon tersebut. Dia lantas melajukan mobilnya menuju Kantor Polisi.

***

Sesampainya di Kantor Polisi, Nio menanyakan keberadaan Allena pada salah satu Polisi. Polisi itu mengatakan bahwa saat ini Allena tidak bisa dikunjungi oleh siapapun selain seorang pengacara jika memang ada pengacara.

Nio terdiam sejenak. Apakah Allena terlibat kasus yang melanggar hukum? Kenapa sampai membutuhkan pengacara? Sebelumnya, Nio berpikir mungkin Allena mengalami sesuatu yang buruk sehingga Polisi mengamankan Allena.

"Apakah tak ada pengacara yang datang ke sini?" tanya Nio.

"Sampai saat ini belum ada pengacara yang datang," ucap Polisi.

"Baiklah, Saya akan panggilkan pengacara untuk Allena," ucap Nio dan bergegas menjauhi Polisi itu. Dia keluar dari Kantor Polisi dan berhenti tepat di dekat mobilnya. Dia akan menghubungi seorang pengacara kenalannya. Namun, di tengah kegiatannya, perhatiannya teralihkan ketika melihat Guntur akan memasuki Kantor Polisi.

Dengan cepat Nio membatalkan panggilan itu dan menghampiri Guntur. Dia menarik lengan Guntur membuat Guntur bergegas menoleh lantaran cukup terkejut atas apa yang Nio lakukan.

"Tuan Nio, Anda di sini?" tanya Guntur shock.

"Ya, Polisi mengabari Saya. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Nio penasaran. Selama ini, dia tahu Allena bekerja dengan baik, jadi tak mungkin Allena melakukan kesalahan yang sampai melanggar hukum.

Guntur menghela napas. Apa yang harus dia katakan pada Nio? Sepertinya, Nio pun tak tahu pekerjaan lain yang dijalani oleh Allena. Guntur pun justru terkejut karena Nio berada di Kantor Polisi sebelum dirinya sampai di sana. Apakah Allena yang menghubungi Nio? Pikirnya.

"Saya juga tak tahu, Tuan. Tapi--"

Belum sempat Guntur menyelesaikan ucapannya, Nio justru menarik kerah kemeja yang Guntur kenakan.

"Apa maksudmu tak tahu apapun? Kamu berada di sisi istri Saya sepanjang hari 'kan? Jadi, bagaimana bisa kamu tak tahu apapun yang terjadi pada istri Saya?'' ucap Nio menatap Guntur dengan marah. Dia tak percaya Guntur bisa menjawabnya seperti itu, padahal Guntur lah yang dapat dikatakan sepanjang waktu berada di sisi Allena dibandingkan dirinya.

"Tuan, tenang dulu. Saya sudah memanggil pengacara untuk membantu Nona Allena," ucap Guntur.

"Tenang katamu? Istri Saya di dalam sekarang, Saya bahkan tak bisa melihatnya. Dan kamu, apa saja sebenarnya yang kamu lakukan, ha? Kenapa baru memanggil pengacara?" geram Nio kemudian melepaskan cengkramannya di leher kemeja Guntur.

Guntur menarik napas dalam-dalam dan merapikan pakaiannya.

"Saya juga baru tahu masalah ini ketika Nona Allena menghubungi Saya. Saat semua ini terjadi, Saya sedang tak bersamanya, Tuan," ucap Guntur.

Nio terdiam.

'Dia menghubungi sekretarisnya, dan bukan aku? Apa maksudnya? Justru Polisi lah yang menghubungiku,' batin Nio terkejut mendengar penjelasan Guntur. Dia semakin tak mengerti dengan apa yang terjadi pada Allena.

"Jadi, di mana dirimu saat Allena dibawa ke sini, ha?" tanya Nio menatap Guntur tajam.

Guntur terdiam. Sebelumnya, Guntur memang tak berada di samping Allena. Saat Allena dibawa oleh Polisi, Guntur sedang melakukan apa yang Allena perintahkan. Jadi, dia meninggalkan Allena bersama orang yang pada awalnya mengaku sebagai pihak yang akan membantu pekerjaan Allena bersama Albert.

Setelah tahu kejadian ini, Guntur tak yakin bahwa orang-orang itu adalah benar orang yang ingin membantu Allena. Pasalnya, selama ini Allena dan Guntur selalu bekerja secara rapi dan tersembunyi. Namun, bagaimana bisa kali ini pekerjaan keduanya terendus oleh Polisi? Sudah jelas gerak-gerik Allena telah dipantau oleh Polisi.

"Katakan! Kenapa kamu diam?" kesal Nio yang melihat Guntur hanya diam dan tak menjawab pertanyaannya.

"Saya--"

"Tuan Nio," perhatian Nio dan Guntur mengarah pada sosok yang baru saja memanggil nama Nio.

Sosok pria berpakaian normal kini tengah menghampiri Nio. Nio mengenal sosok itu, dia tahu sosok pria itu adalah seorang pengacara. Diakah yang akan menjadi pengacara Allena? Pikir Nio.

"Anda di sini, Tuan Haris?" ucap Nio mengerutkan dahinya menatap pria bernama Haris tersebut.

"Ya, Saya dikabari bahwa istri Anda dibawa ke sini. Jadi, sesegera mungkin Saya datang ke sini," ucap Haris.

Nio mengabaikan Guntur dan menarik Haris untuk ikut bersamanya memasuki Kantor Polisi.

"Bantu yang terbaik untuk istri Saya. Bagaimanapun caranya, tak peduli apa masalahnya, jangan biarkan dia berada di sini malam ini!" ucap Nio pelan tetapi penuh penekanan di dalam nada bicaranya ketika keduanya melangkah bersama memasuki Kantor Polisi.

Nio tahu, di sana banyak Polisi. Dan dia tak ingin Polisi mendengar apa yang dia katakan.

"Tentu saja, Tuan. Saya akan mencoba yang terbaik yang Saya bisa," ucap Haris, dan Nio mengangguk.

Haris lantas menemui seorang Polisi dan mengatakan bahwa dirinya adalah pengacara Allena. Haris pun diantar menuju ruangan di mana Allena berada saat ini.

Sesampainya di depan pintu ruang interogasi, Haris dipersilakan masuk dan Polisi itu meninggalkan Haris.

"Selamat malam, Nona Allena," ucap Haris seraya melihat Allena yang tengah duduk berhadapan dengan seorang Polisi.

"Tuan Haris, akhirnya Anda datang," ucap Allena yang tampak menghela napas lega ketika melihat Haris.

Allena segera menghampiri Haris.

"Tolong bantu Saya di depan Polisi. Saya harus pulang malam ini, bagaimanapun caranya, Saya tak ingin suami Saya menunggu Saya di rumah," ucap Allena.

"Tenanglah, suami Anda di sini," ucap Haris sontak jantung Allena berdegup cepat.

'Dia di sini? Bagaimana bisa? Kenapa dia di sini? Siapa yang memberitahunya?' batin Allena shock.

"Maaf sebelumnya, karena sebelumnya Anda mengatakan bahwa orang terdekat Anda yang boleh tahu tentang masalah ini, jadi kami menghubungi suami Anda," ucap Polisi yang tiba-tiba saja memasuki ruang interogasi. Dia membawa sebuah berkas di tangannya dan menyerahkan berkas itu pada Polisi yang menginterogasi Allena.

"Kenapa kalian memberitahu suami Saya? Apa Saya menyuruh kalian untuk memberitahunya, ha? Lancang sekali!" pekik Allena.

Pekikan Allena sampai terdengar ke telinga Nio yang baru saja sampai di salah satu kursi yang berada tak jauh dari ruang interogasi karena ruangan itu terbuka setelah Polisi tadi memasukinya. Awalnya, Nio ingin menunggu proses interogasi Allena selesai di sana. Namun, apa yang baru saja dia dengar membuat Nio semakin mendekat ke arah pintu interogasi.

"Maaf, Tuan. Anda tak diizinkan masuk ke ruangan itu," ucap seorang Polisi memperingatkan.

Nio pun memundurkan langkahnya dan berbalik. Dia kembali ke mobilnya.

'Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa dia terdengar marah saat tahu Polisi memberitahuku tentangnya yang berada di sini?' batin Nio bertanya-tanya. Di semakin curiga pada Allena setelah sebelumnya dia pun mulai curiga pada Allena karena memberikan alamat yang salah kemarin malam.

Bab berikutnya