Ardian menggelengkan kepala. "Enggak. Aku makan di kos-nya temanku. Kebetulan dia dapat kiriman makanan dari orang tuanya dan memanggil beberapa teman kelasnya untuk diajak makan bersama," tutur Ardian sangat senang bisa mendapat kesempatan makan siang gratis.
"Oh, pasti temanmu itu orang kaya, ya?" tanya Zia senyuman di wajahnya perlahan memudar, kini tersisa wajah datar dan mulut yang terpaksa menutup rapat.
"Hei, hei, kenapa bisa-bisa kau membahas itu? Aku sebagai teman kelasnya saja tak tahu apakah dia benar-benar kaya atau tidak. Apapun latar belakangnya, aku sama sekali tak peduli," ujar Ardian lagi-lagi dibuat kebingungan oleh sifat random temannya ini. Zia hanya tersenyum kecil, namun bukan berarti terpaksa melakukannya.
"Kalian sendiri mau kemana? Mau makan siang juga?"
"Iya, sebenarnya kami telah janji akan makan siang bersama hari ini," ujar Zia.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com