webnovel

Mission 6 : Bomu nakal II

-Banten 4 Mei 2040-

Citra dan Ruby masih bertengkar di mall,

'sudah ku bilang kamu salah paham! ' Kata Citra,

'diam pelakor, kamu harus di singkirkan' kata Ruby marah,

Ruby mulai mengeluarkan pistolnya, Citra semakin ketakutan, Tiba-tiba Duke batuk keras, membuat kedua wanita bertengkar itu berhenti sejenak, Ruby langsung memeriksa kakaknya yang sedang tertidur di lantai,

'kakak kamu tidak apa-apa! ' kata Ruby khawatir,

kakaknya membalasnya dengan batuk yang makin keras, badannya panas, keringat mulai membasahi tubuh nya,

'bagai mana ini! kakak jangan mati! kakak!! ' teriak Ruby khawatir,

'lebay amat!, kakak mu cuman kecapean, lebih baik kita istirahatkan dia' kata Citra menatap datar,

'apa kata mu kakak ku bakal istirahat untuk selamanya!, tidaaak kakak!! ' teriak Ruby semakin keras,

Citra cuman menatapnya dengan datar, dia seperti merasa dejavu dengan keadaan ini,

Citra menghembuskan nafas nya, sambil memegang pundak Ruby

'lebih baik kita bawa dia ke tempat ku, biar dia di rawat di sana' kata Citra membujuk Ruby,

Ruby yang menangis langsung memeluk Citra,

'tolong selamatkan kakak ku! ' kata Ruby menangis,

'iya-iya' kata Citra sambil mengelus kepala Ruby,

Citra merasa senang dengan keadaan ini, dia seperti memiliki adik perempuan, kebetulan dia adalah anak tunggal.

Duke di bawa ke rumah Tika, Tika langsung menyambut mereka, dia melompat kegirangan saking senangnya,

'Duke asli! benar-benar Duke asli!' kata Tika sambil melihat Duke yang sedang di gendong oleh Citra,

'Ruby!, Ruby asli! ' kata Tika sambil melompat-lompat mengelilingi Ruby,

Ruby merasa tidak enak di perlakukan seperti ini,

'ini seperti mimpi!! ' kata Citra kesenangan,

'Tika mereka berdua dalam masalah, bisakah kamu menunjukan tempat perawatnya' kata Citra,

'maafkan aku neng Citra baiklah silahkan ikut aku' kata Tika.

setelah itu Duke di rawat oleh perawat pribadi keluarga Tika, setelah di beri obat dan perawatan lainnya, keadaan Duke mulai membaik dan akhirnya dia siuman,

Duke membuka matanya sedikit demi sedikit,

'di mana ini' kata Duke,

'oh iya seingat ku saat ini aku berada di atas gunung kembar yang besar' kata Duke,

saat mengucapkannya, Tiba-tiba Ruby memukul perut Duke dengan sangat keras,

'itu saja yang kamu ingat ya! ' kata Ruby marah,

Citra, dan Tika tidak habis pikir melihat kekejaman Ruby ke kakak nya sendiri, padahal dia masih sakit, Duke langsung menggeliat kesakitan di atas ranjang.

setelah sudah baikan Duke menanyakan yang terjadi, Citra pun menceritakan semuanya tapi yang paling menarik adalah tentang mereka punya fan club,

'jadi di mana fan club itu' tanya Duke,

'berapa anggotanya' tanya Ruby,

Citra sedikit ragu menjawab pertanyaan mereka, takutnya mereka bakal kecewa,

'Club nya ada di sini, dan anggotanya ada 3 orang' Kata Tika tiba-tiba menjawab,

Citra sangat khawatir, sepertinya mereka akan kecewa, tapi tak seperti yang di perkirakan Citra, mata mereka malah bersinar-sinar mendengar hal yang memalukan baginya tersebut,

'bawa kami ke tempat itu' kata Duke dan Citra semangat.

kami pun membawa dua orang itu ke ruangan Club tapi saat masuk ke dalam tiba-tiba mereka mematung memandangi foto mereka di seluruh dinding dan langit-langit, sepertinya mereka sangat senang sampai mematung menurut citra, tapi nyatanya tidak,

sejujurnya mereka malah merasa ngeri dengan pemandangan ini,

'maaf tapi apa benar ini ruangannya? ' tanya Duke,

'iya' jawab Citra,

'dari mana kalian mendapat foto-foto ini' tanya Duke,

'itu aku yang mengumpulkan nya, dari, buku, koran, dokumen polisi, bahkan aku juga mengambilnya sendiri' kata Tika dengan senyum,

Duke dan Ruby malah merasa ngeri dengan anak yang satu ini, mereka mulai menjaga jarak dengannya, Citra melihat mereka, merasa perihatin tapi memang Tika sudah sangat seram dari dulu.

Duke dan Ruby menghabiskan sisa harinya untuk membersihkan semua foto di ruangan tersebut, Tika merengek meminta mereka berhenti,

'hentikaaan... hentikaaan... kerja keras kuuuu! ' kata Tika menangis,

'oh iya Tika mana Zaki? ' tanya Citra,

'dia mengurus kasus bom di trans maaaal.. ' jawab Tika masih menangis,

'jadi siapa pelaku yang memasang bom itu? ' tanya Citra,

'lah kamu tidak tahu? padahal kamu yang di pasangkan' jawab Duke lalu bertanya kembali,

'dia membuatku pingsan! ' jawab Citra marah,

'andai saja kamu tidak ada di mall itu pelakunya pasti sudah aku tangkap' kata Ruby sedikit marah,

'jadi ini semua salahku ya! ' kata Citra marah,

'sudah-sudah ini bukan salah siapapun' kata Duke menenangkan mereka berdua.

malamnya mereka bersiap-siap untuk tidur tapi Duke dan Ruby terus di ganggu oleh Tika yang terus-menerus bertanya, tantang, keluarga, umur, cerita tentang kasus yang mereka selesaikan, dan masih banyak lagi, meskipun Duke dan Ruby sudah menjawab semuanya tapi tetap saja pertanyaan dari Tika malah semakin banyak, akhirnya setelah beberapa lama kejar-kejaran terjadi Duke dan Ruby memutuskan untuk berpencar untuk lari dari Tika.

Duke memasuki sebuah ruangan untuk bersembunyi dan ternyata ruangan itu adalah kamar Citra, Citra terkejut dengan kedatangan Duke, tapi Duke menaruh telunjuknya ke mulutnya, mengisyaratkan untuk diam, Citra menurutinya.

sudah 20 menit Duke berada di kamar Citra tapi suasananya mala canggung sekali, tak ada pembicaraan di antara mereka, Duke sangat gugup apalagi Citra, sebenarnya Citra juga punya banyak pertanyaan tapi suasana ini sangat tidak mendukung,

akhirnya dengan mengumpulkan segala keberaniannya dia pun bertanya,

'Duke kenapa kamu berjuang di negeri yang sudah tidak punya harapan ini' tanya Citra,

Duke yang mendengar pertanyaan Citra tersenyum,

'kenapa? karena aku masih percaya kalo negeri ini masih punya harapan' jawab Duke,

'seperti apa harapan yang kamu maksud itu' tanya Citra,

'mereka adalah manusia-manusia yang masih berpikir kalo ini negara mereka, ini bangsa mereka, mereka mengeluarkan seluruh darah, tenaga, dan pengetahuan mereka untuk negara ini' jawab Duke,

'menurut mu masih ada orang yang berpikir seperti itu, orang seperti itu hanya ada 1 banding 1.000.000 ' kata Citra,

'mau itu cuman satu orang, maka suatu hari nanti satu benih itu bakal tumbuh dan menghasilkan benih-benih unggul lainnya, dan benih itu akan tumbuh lagi dan menghasilkan benih lagi dan terus begitu' kata Duke,

Citra mendengar jawaban Duke serasa termotivas.

tiba-tiba Tika muncul dengan senyuman haus darah, dia membawa Ruby di tangan kanannya,

'Duke kamu di sini ternyata' kata Tika sambil berjalan pelan ke arah Duke,

Duke langsung ketakutan, keringat nya semakin banyak,

'waktu nya sesi tanya jawab" kata Tika,

'Tika tolong tahan dirimu' kata Duke ketakutan,

tapi Tika tidak mendengarkan nya, dia malah menarik kerah baju Duke lalu membawanya dengan di seret, melihatnya Citra sedikit kasihan pada mereka berdua, tapi dia tidak ingin ikut campur, Tika lebih berbahaya dari ekspektasi manusia biasa.

keesokan harinya Duke dan Ruby terlihat mengantuk,

'bagaimana, kalian bersenang-senang tadi malam? ' tanya Citra,

'bersenang apanya anak itu sangat menyeramkan, aku tidak ingin bertemu dia lagi' jawab Duke.

mereka menikmati sarapan pagi mereka, Citra menanyakan apa yang akan di lakukan 2 bersaudara itu hari ini,

'apa yang akan kalian lakukan setelah ini' tanya Citra,

tapi yang menjawab malah Tika,

'mereka akan menangkap teroris bom itu' jawab Tika,

'bagaimana kalian menangkap mereka' tanya Citra ke Duke,

tapi yang menjawab malah Tika lagi,

'mereka akan mencari di mana pelakunya membeli bom itu' jawab Tika,

Citra mulai merasa pembicaraan ini sangat aneh, jadi dia berhenti bertanya.

setelah sarapan Duke meminjam komputer Tika untuk keperluan misi mereka,

dia membuka Google maps dan mulai melihat-lihat peta banten, sedangkan Ruby sibuk menelfon seseorang,

Citra penasaran melihat Duke,

'kamu mau apa, mencari target mereka selanjutnya? ' tanya Citra,

'bukan aku menjamin mereka tidak akan beraksi paling cepat sampai bulan depan' kata Duke,

'dari mana kamu tahu? ' tanya Citra,

'Bom sebesar kepala itu tidak mungkin bisa di beli dengan harga yang terjangkau, apalagi merakitnya, pasti mereka sekarang sedang kehabisan dana' jawab Duke,

'jadi buat apa kamu melihat peta Banten' tanya Citra,

'aku sedang mencari pasar gelap di daerah sini, mereka biasanya bersarang di lorong gelap, atau di gudang pinggiran kota, mereka mencari lokasi yang tidak akan di curigai oleh polisi dan jauh kantor PNS, polisi, dan markas TNI' kata Duke menjelaskan,

Duke memperbesar sebuah lorong di pinggir kota, dia melihat Toko, Warung, dan Rumah yang berada di sekitar lorong tersebut,

'tidak salah lagi, di sini tempatnya' kata Duke sambil menandai sebuah Toko di lorong tersebut,

'jadi kamu akan pergi ke sana? ' tanya Citra,

'tentu sajalah bersama mu' jawab Duke,

Citra yang terkejut mendengar perkataan Duke,

dia mulai marah,

'kenapa aku juga di ikut sertakan, kenapa tidak sama Ruby saja' tanya Citra marah,

'Ruby sedang mengurus sesuatu, dan kamu juga tidak ada kerjaan kan' kata Duke,

akhirnya Citra pun menerima nya.

siangnya mereka langsung menuju ke tempat tersebut, tempat itu adalah sebuah toko obat yang terlihat biasa-biasa saja, Duke menyapa penjaga toko tersebut, penjaga toko itu seorang nenek-nenek cina yang terlihat sangat tidak bersahabat,

'yo selamat siang nek' sapa Duke,

nenek itu melihat Duke dengan muka marah,

'apa mau mu bocah' tanya si nenek,

'kami mau beli sesuatu nek' balas Duke,

'kamu mau obat seperti apa? ' tanya nenek dengan wajah marah,

'aku ingin obat yang ada di dalam' balas Duke,

'kamu ingin obat seperti apa? ' tanya nenek dengan wajah marah,

'aku ingin obat yang ada di dalam' balas Duke,

nenek itu bertanya sekali lagi,

'kamu mau obat yang seperti apa? ' tanya nenek,

'aku mau obat yang di dalam' balas Duke,

Citra yang merasa aneh bertanya ke Duke,

'hey kenapa kamu mengulang kata yang sama' tanya Citra,

tiba-tiba nenek itu membuka lemari obat di toko tersebut, dan isinya bukan obat malah itu tembus ke dalam rumah sang nenek,

'ayo masuk' kata Duke dengan tersenyum,

Citra yang masih kebingungan akhirnya juga ikut masuk.

di dalam bukan cuman rumah biasa, malah di dalam ada banyak toko, seperti pasar tapi yang mereka jual barang-barang ilegal, seperti senjata, peluruh, bahkan organ tubuh ada di sini, Citra merasa jijik melihat paru-paru yang di gantung, karena merasa takut dia mendekatkan dirinya ke Duke,

'jadi apa yang mau kita lakukan sekarang? ' tanya Citra,

'Kita akan mencari siapa yang menjual barang ini' jawab Duke memperlihatkan timer bom sebelumnya.

Duke dan Citra mengunjungi suatu Bar di sana, mereka masuk ke dalam, bar tersebut.

Duke memperhatikan satu per satu orang di bar itu, akhirnya dia melihat, seseorang wanita umur 25-an sedang merokok di pojokan dengan baju yang sangat terbuka, Duke dan Citra duduk di meja yang sama dengannya,

'pelayan tolong bawakan 3 gelas Cocktail terbaik kalian' Kata Duke memesan minuman,

'jadi apa mau mu bocah' tanya si wanita,

'aku ingin informasi' balas Duke,

'kamu sepertinya bertemu dengan orang yang tepat, informasi seperti apa yang kamu inginkan? ' tanya Wanita tersebut sambil menghembuskan asap rokoknya,

'aku ingin tahu siapa yang menjual ini' Duke memperlihatkan timer bom itu ke wanita tersebut,

wanita itu melihat-lihat timer bom tersebut, tak lama kemudian pesanan mereka tiba,

3 gelas cocktail sudah ada di meja,

'maaf tapi aku tidak tahu' jawab wanita tersebut sambil mengembalikan barang tersebut,

Duke tiba-tiba berdiri,

'sayang sekali, aku akan cari orang lain, kebetulan aku membawa 5 di tas ku' kata Duke sambil berdiri,

'kamu sedikit menarik bocah, baiklah akan ku beritahu' tiba-tiba wanita itu menarik kata-katanya,

'ini punya seorang penjual senjata di bagian utara tempat ini, kamu akan langsung tahu karena dia satu-satunya penjual senjata di wilayah tersebut' kata wanita itu,

Duke memberinya 5 buah amplop,

'tiap amplop berisikan, 1 juta, aku harap kamu senang' kata Duke,

'hey bocah aku mulai menyukai mu, nama ku Nana, kalo kamu mau informasi lagi, aku tahu banyak hal' kata Nana.

Duke menaruh uang nya di atas meja, mereka pun langsung pergi dari bar tersebut tanpa meminum cocktail tadi,

'hey Duke kenapa cocktail tidak di minum dulu, padahal itu sangat mahal' tanya Citra,

'Cocktail itu mengandung candu yang sangat kuat, kamu tidak ingin ketagihan sampai uangmu kering kan' balas Duke,

Citra sedikit terkejut dengan hal tersebut.

mereka sudah tiba di tempat yang di maksud, Toko ini sangat kecil, dan senjatanya juga sedikit,

'permisi pak aku ingin beli sesuatu' sapa Duke,

'apa yang ingin kamu beli bocah' tanya si bapak,

'informasi' balas Duke,

'seperti nya kamu pelanggan yang menarik,' balas Si bapak,

'aku ingin tanya tentang orang yang membeli bom dari mu dalam satu bulan yang lalu' tanya Duke,

'aku tahu siapa orangnya, tapi aku harap kamu memberi lebih dari orang itu' balas Si bapak,

Duke langsung mengeluarkan sebuah kantong kain kecil,

'baiklah, apa ini sudah cukup' kata Duke,

bapak itu membuka isi kantongnya, dan alangkah terkejutnya dia dengan sebuah permata sebesar jempol yang ada di dalam kantong itu,

'kamu memang pelanggan yang menarik' kata si bapak tersenyum,

Bapak itu kemudian memberi Duke sebuah map,

'ini orangnya' kata si bapak,

Duke membuka map itu, di dalamnya sudah ada biodata 10 orang,

'apa ini sudah semuanya' tanya Duke,

'mereka datang ke sini 1 minggu yang lalu, mereka membeli bom ku dengan harga tinggi, tapi tidak mungkin mereka cuman 10 orang, aku melihat salah satu pria tersebut menelfon seseorang saat penentuan harga, termasuk harga merahasiakan informasi ini, tapi dia sangat ceroboh menelfon di tempat seperti ini, di halaman paling belakang ada lokasi yang di duga markas mereka, aku harap itu sudah cukup untuk mu' balas Si Bapak,

Duke melihat data tersebut,

'baiklah ini sudah cukup, terimakasih atas informasinya, saya mohon pamit dulu ya' kata Duke.

mereka meninggalkan tempat itu, tak terasa matahari sudah tenggelam, mereka kembali ke rumah Tika, di dalam ruangan club sudah ada Ruby dan Tika merakit banyak senjata, dari Sniper, Rifle, dan, Pistol,

'dari mana kalian dapat ini' tanya Citra,

'neng Citra, tadi ada orang naik motor membawa semua ini dalam bungkusan nasi satu per satu, tak terasa semuanya sudah tiba, kami langsung merakitnya, ikutan yuk neng Citra' jawab Tika,

'maaf tapi aku sedikit lelah, apa Zaki sudah kembali? ' tanya Citra,

'bang Zaki masih mengurus kasus bom yang ada di mall' balas Tika.

setelah merakit senjata mereka makan malam bersama,

'neng Citra dari mana sama kak Duke? ' tanya Tika,

'oh kami dari pasar gelap' jawab Citra,

'pasar gelap! apa di Sana keren! , banyak senjata keren! ' tanya Tika dengan semangat,

'tidak di sana malah menyeramkan' balas Citra,

'jadi di sana keren ya! ' kata Tika

'lu dengar tidak apa yang ku bilang' Citra mulai pasrah dengan anak ini.

Duke meminum minuman yang di sediakan di meja, tak lama kemudian dia merasa pusing dan cegukan, dia sedang mabuk,

'ah kepalaku pusing' kata Duke,

Ruby tersenyum jahat, dia langsung menghampiri kakak nya yang mabuk,

'mundur kalian, kakak ku yang mabuk cuman milikku' kata Ruby,

Duke berdiri lalu jalan sempoyongan ke arah Ruby,

'nah ini dia kehebatan kakak ku' kata Ruby,

Duke lalu memeluk Ruby, Ruby merasakan kehangatan pelukan Duke,

'maaf Ruby tapi kamu adalah adikku' kata Duke dalam keadaan mabuk,

Duke kemudian melepas pelukan adiknya lalu berjalan menuju ke Citra,

Citra mulai panik,

'apa!, kenapa dia ini! ' kata Citra panik,

Duke sudah tepat berada di depan Citra,

'kakak jangan!, dasar pelakor kenapa kamu mengambil alih kakak ku dengannya tubuh indah itu' kata Ruby marah,

wajah Duke sangat merah, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Citra, dengan refleks Citra mengayunkan tangan nya ke wajah Duke, tapi di tahan olehnya,

Citra berusaha menarik tangannya tapi cengkraman tangan Duke sangat kuat, Duke kemudian mendekatkan mulutnya ke telinga Citra,

'kamu cantik sekali Citra' bisik Duke,

wajah Citra memerah, jantungnya berdetak kencang,

'apa ini kenapa aku merasa seperti ini ke orang mabuk ' kata Citra dalam hati,

Duke kemudian menggigit teling Citra dengan lembut, tubuh Citra langsung terangsang, darahnya mengalir deras, jantungnya semakin kencang, kulitnya tambah memerah, dia berusaha melepaskan diri tapi cengkraman tangan Duke sangatlah kuat,

tapi tiba-tiba Ruby muncul lalu memukul kepala kakak nya dengan sendok sayur,

kakak nya langsung terkapar di lantai

'apa yang kamu lakukan kakak! ' kata Ruby marah,

'dasar pelakor kenapa kamu selalu mengambil alih kakak ku' kata Ruby marah,

'dia yang melakukannya bukan aku! ' kata Citra membela diri,

'dari awal kenapa kamu memberikan minuman alkohol kepadanya' kata Citra,

Ruby dan Citra bertengkar lagi, sedangkan Tika malah sibuk mencatat, dia mencatat kalo Duke lemah terhadap alkohol dan Ruby jatuh cinta ke kakak nya sendiri.

Bab berikutnya