webnovel

Melawan Pria Misterius

Setelah membunuh alien monster itu, Ken mengambil jantungnya lalu memakannya. Dengan gigi yang sangat tajam, membuatnya mudah untuk menyantap makanan berupa jantung itu. Kemudian ia memakan tubuh bagian lain seperti tangan, kaki dan kepala. Semua ia makan sampai habis.

Selama dua bulan itu, Ken kadang menjadi sosok mengerikan dan kadang berubah menjadi manusia. Karena pikiran Ken yang kuat itulah yang membuatnya bisa berubah menjadi manusia dan memanfaatkan kesempatan itu.

Selama dua bulan, saat menjadi manusia telah meneliti alien itu. Kemudian ia juga menciptakan alat agar dirinya tetap sadar walau dirinya menjadi monster. Tidak mudah baginya untuk melakukan itu karena dirinya bukan ahli yang sebenarnya.

Ken mencuri sebuah alat yang sedang dikembangkan sebagai alat kesadaran. Yaitu alat agar bisa membuat manusia tidak bisa tidur. Ken kembangkan dan ia gunakan alat itu di perutnya. Dengan menggunakan sabuk yang menjadi pengontrol. Otaknya juga ia tanam chips kecil yang terhubung dengan sabuk yang digunakannya. Ketika ia berubah menjadi monster, ia masih bisa sadar. Tapi ia tidak selamanya bisa mengontrolnya. Kadang ia tidak bisa menggerakkan badannya dengan leluasa karena alien itu begitu kuat.

"Pada akhirnya aku tidak bisa mengontrol alien yang ingin memakan teman aliennya sendiri." Ken membiarkan semua itu karena sudah sangat lelah.

Pada akhirnya alien itu kembali menguasai tubuh itu. Karena kesadaran Ken hilang, Zirah besi itu juga turut menghilang. Sekarang makhluk itu benar-benar tidak ada pelindung sama sekali.

"Akhirnya bisa makan dengan tenang, grrr!" ucapnya dengan bahasa alien. Ia meneruskan makannya tanpa berpikir lagi.

Memakan makhluk yang lebih besar darinya bisa membuatnya tidak makan lagi selama satu bulan. Tapi walaupun banyak yang dimakan, tubuhnya tidak akan menjadi besar. Hanya saja kekuatannya yang nantinya akan bertambah setengah dari kekuatan monster yang ia makan.

"Manusia itu memang hebat. Ku kira aku bisa mengendalikan tubuhnya dengan leluasa! Sayangnya karena sabuk ini," ungkapnya sambil memegang sabuk yang melekat di tubuhnya.

Sabuk itu akan melekat sampai Ken sendiri yang melepaskannya. Karena Ken yang telah mengaturnya. Sabuk itu pun terbuat dari logam luar angkasa yang tidak bisa hancur. Lebih keras dari baja. Monster terkuat pun tidak bisa menghancurkannya.

"Tapi berkat itu, aku tidak bisa mati, hihihihi!" Terus ia mengambil tulang dan memakannya. Ia akan memiliki kualitas tulang yang lebih baik jika makan tulang itu.

Setiap bagian tubuh manusia yang dikendalikan alien, memiliki nutrisi yang baik bagi manusia alien lainnya. Maka dari itu, Ken yang dikendalikan Alien menjadi semakin kuat dari sebelumnya. Hanya saja, semakin dirinya kuat, proses penyembuhan luka akan lebih lama lagi. Jadi jika semakin kuat, maka harus menghindari diri dari terluka.

***

Jauh dari tempat yang tinggi, pria berkacamata hitam itu masih mencintai Ken yang dalam bentuk monster hijau. Pria itu ingin melihat, apa hubungannya makhluk itu dengan manusia. Mengapa bisa memiliki perisai yang seperti manusia. Ia memutuskan untuk turun dan mendekat ke arahnya.

"Bagaimana dengan ini?" Ia melepaskan sebuah tembakan ke arah punggung Ken dengan menyungginkan senyum.

"Akhh!" teriak Ken yang kesadarannya diambil alih alien di tubuhnya. "Sialan! Siapa yang menembakku?" Ia menengok ke belakang dan menemukan seorang manusia yang menggunakan teknologi yang lebih modern dari Ken.

"Entah apa yang kau katakan. Aku hanya ingin mengetahui, apakah kau ini kawan atau lawan! Kalau kau memihak manusia, kamu tidak akan menyerangku!"

Pria itu membuka kacamatanya. Terlihat seorang pria berusia empat puluh tahunan. Ia memiliki potongan rambut pendek dengan penampilan maskulin.

Karena merasa terganggu, Ken yang dirasuki itu mencoba menggunakan baju perangnya. Tapi ia tidak bisa melakukan apapun. Ia tidak bisa menggunakan sabuk yang melingkar di pinggangnya.

"Sialan! Manusia itu memang bodoh! Mengapa aku tidak bisa menggunakan benda sialan ini?" decaknya kesal. Ia mengeluarkan cakarnya yang memiliki panjang dua puluh sentimeter.

"Oh, ternyata kau bukan kawan, tapi lawan. Heh, baiklah kalau begitu." Pria itu mengeluarkan sebuah tongkat dari tangannya. Ia maju menyerang Ken.

"Manusia, ayolah! Kenapa kau seperti ini? Kenapa ini tidak bisa dipakai? Apa kau ingin mati denganku?" Alien itu terus mengeluh karena tidak ingin mati konyol.

Teknologi manusia yang modern membuatnya takut. Ia sudah melihat mereka yang menyerang dengan lebih beringas dari makhluk di planetnya. Bahkan makhluk bumi bisa menggunakan senjata yang lebih canggih dan lebih keras.

Ken bukannya tidak mau membantu, dirinya dalam keadaan sudah tidak sadar. Ia memang hanya mengatur hanya dirinya yang bisa menggunakan zirah besi itu.

Saat pria itu menyerang dengan tongkatnya, alien itu mundur sambil menangkis dengan cakarnya. Ia lalu melompat sambil menyembuhkan dirinya. Dalam waktu dua menit, luka kecil di tubuhnya sudah menghilang.

"Entah apa yang kau ucapkan! Aku tidak tahu bahasa planetmu! Lagipula di dunia ini ada lebih banyak lagi bahasa. Semuanya malah bikin pusing! Tapi kau tenang saja, kau akan segera menyusul teman-temanmu. Eh, tapi ke mana zirah besimu?"

Pria itu tidak mengerti, mengapa alien itu tidak menggunakan zirah besinya lagi. Padahal dirinya ingin melihat wujud dan kekuatan lebih dari makhluk di depannya. Ia melayangkan serangan kembali.

"Ayolah, Manusia! Ke mana kekuatanmu? Di saat seperti ini, kau masih saja tertidur?" Alien itu terus menghindar lalu menggunakan cakarnya untuk menyerang balik.

"Serangan ini berbeda dengan yang kulihat tadi! Apakah baju besimu akan mempengaruhinya? Tapi kurasa tidak perlu dijawab. Kau merupakan alien lemah yang menjadi parasit bagi manusia!"

Pria itu juga bisa menangkis serangan sang alien. Tentu dengan keahlian bela dirinya, berhasil membuat lawannya beberapa kali mendapatkan pukulan telah di tubuhnya. Alien itu mundur sejenak karena merasakan sakit di tubuhnya.

Tidak biasanya mereka lebih pintar dari makhluk lainnya. Karena ia juga bisa menggunakan setengah pikiran manusia untuk berpikir. Hanya saja ia tidak bisa berbahasa manusia.

"Sudah cukup! Kurasa aku akan mengalahkan dia sendiri. Dasar manusia yang tidak berguna!" bentak alien dengan bahasanya.

"Apa yang kamu katakan? Hanya mendesis dan meraung? Apakah kau sedang memanggil teman-temanmu? Eh, tapi temanmu saja kau bunuh dan kau makan, bukan?"

Pria itu menekan tombol pada tongkat yang dipegangnya. Muncul sebuah mata tombak yang berkilau. Itu adalah mata tombak yang berkilau bagai permata dan sangat kuat. Siapapun yang terkena serangannya, akan mengalami luka yang serius. Ia kembali melayangkan tongkat itu. Kali ini ia memfokuskan untuk menyerang dan menusuk.

Tentu saja serangan itu ditahan oleh sang alien. Ia sangat kewalahan menangkis dan menghindari serangan. Dengan kekuatannya, ia mencoba bertahan tapi Ken tidak kunjung sadar.

"Huhh ... manusia ini," keluh sang alien. Ia mendapatkan serangan yang mengenai pundaknya. Tapi darah merah yang justru keluar dari tubuhnya. "Akhh!" pekiknya menahan sakit.

"Tidak ... kau manusia? Sebenarnya apa yang terjadi? Darahnya masih merah?" Pria itu mundur sejenak. Melihat lelehan darah yang mengalir itu. Bagaimana mungkin darah itu masih berwarna merah kalau tubuh itu dikuasai oleh alien?

***

Bab berikutnya