webnovel

Menentukan Target

Selamat membaca

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

Bar Galaxy Kota S

Sebelumnya…

"Siap ya…, mulai!"

Botol berputar, berawal dari kencang dan mulai perlahan berhenti, kemudian ujung botol pun menunjuk salah satu dari mereka bertiga.

Lalu, ketika botol benar-benar berhenti dan menunjuk seseorang dari mereka, seketika salah satu dari mereka membulatkan bola matanya tidak percaya.

"What!"

Pekikan heboh di meja ini untunglah tidak sampai membuat orang di sekitar mereka melirik. Tentu saja, musik yang menghentak cukup membuat suara si wanita yang lagi-lagi sial ini teredam, meski ada beberapa yang melirik karena ia berdiri tiba-tiba.

Ha-ha-ha…

Tawa senang dan penuh akan kemenangan ini mengalun dari dua bibir wanita lainnya, mereka berdua sama sekali tidak mengindahkan tatapan kesal dan juga wajah berlipat dari wanita cantik di depannya.

Tebak siapa wanita itu?

"Ah! sialan!"

Umpatan kesal lagi-lagi mengalun merdu dari bibir sewarna mawar ini, belum lagi geraman yang membuat dua wanita lainnya semakin tertawa senang.

"Sudahlah Lili, akui saja kekalahanmu kali ini. Kita kan bermain fair, jadi tidak salah dong," ujar Felixia, si pemutar botol dengan senang hati mengolok Bosnya yang kini menatapnya tajam.

"Shut up your mouth!"

"Oww…, aku takut Lil…," sahut Felixia sebelum akhirnya kembali tergelak bersama Anya di sebelahnya.

"Lili, sepertinya kamu harus disucikan deh sebelum bermain," timpal Anya mengompori "Oh! Atau mau kupanggilan pendeta untuk membersihkan, siapa tahu saja ada jin yang menempel di depanmu sampai bisa kalah melulu seperti ini," lanjutnya semakin meledek.

"Sialan! Diam saja kamu," amuk Liliana semakin sewot.

"Ha-ha-ha…, sudah jangan berdebat lagi. Sebaiknya kita cari target siapa yang akan kamu cium malam ini. Tapi ingat ya, harus sampai membuat lawan kamu membalas dan sampai bercum-

"What the hell you, Xia! There's nothing like that in the agreement,( Apa-apaan kamu, Xia! Tidak ada yang seperti itu dalam perjanjian)" sela Liliana yang merasa dirugikan dengan peraturan sialan, peraturan yang tidak disebutkan di awal.

"Hah! Masa sih tidak ada, benarkah itu Anya?" tanya Felixia tidak percaya, tepatnya pura-pura kepada Anya yang ikut memasang wajah sok terkejut.

"Aku mendengar ada syarat seperti ini, sungguh," jawab Anya dengan jari mencubit dagu, pose berpikir yang terlihat mengesalkan bagi seorang Liliana.

Liliana yang mendengar pernyataa Anya membuka mulut tidak percaya, menatap skeptic ke arah dua wanita kamvret yang kini bersiul sok innocent.

Sialan, mereka berdua pasti ingin mengerjaiku, pikir Liliana dongkol luar biasa.

"Kalian berdua bersekongkol kan ingin melakukan kudeta kepadaku?" dengkus Liliana, menatap sinis ke arah keduanya yang kembali tergelak renyah di hadapannya.

"Ha-ha-ha…, jangan bilang kamu sudah menyerah. Bukannya mudah bagimu membuat lawan main mengerang di bawah kuasamu, Lili?" sahut Felixia seenaknya, dengan bahasa frontal yang memang benar adanya.

Hei! Kehidupan malam mereka sudah berhiasakan pria dengan berbagai bentuk, jadi ia berpikir mudah bagi Bosnya ini membuat satu pria mengerang dalam sebuah cumbuan tiba-tiba, iya kan?

Liliana ingin sekali membungkam mulut bau modelnya yang asal ceplos, belum lagi sudah berani meremehkannya dengan kata 'menyerah'.

Cih! Sekali lagi ia tekankan, jika ia tidak akan mudah menyerah. Pantang baginya menyerah sebelum bertindak, apalagi cuma sekedar mencium seorang pria di bar ini.

"Heh…, kamu menantangku, Xia. Mari kita tambahkan taruhannya, empat ribu dolar yang menang jika sampai pria itu sampai memeluk pinggangku. Bagaimana?" tantang Liliana dengan dagu terangkat sombong.

Felixia dan Anya bertepuk tangan dan tawa keduaya semakin tergelak senang saat mendengarnya.

Ini baru Liliana, si penggoda pria nomor satu bagi mereka.

Lagian mereka tahu, jika temannya ini tidak akan mudah menyerah begitu saja. Apalagi, sudah mendengar kalimat mengolok dari mereka. Sudah pasti apapun akan dilakukan Liliana, si keras kepala yang menjadi sahabat mereka sejak beberapa belas tahun yang lalu.

"Deal!" seru keduanya bersamaan, seraya mengulurkan tangan bermaksud menjabat tangan Bos mereka yang kembali mendengkus.

"Mata kalian hijau jika mendengar dolar, sialan!" umpat Liliana kesal, namun tetap saja ia menerima uluran kedua tangan itu dan menjabatnya secara bersamaan.

Ha-ha-ha…

Kembali tawa mengalun dari Felixia dan Anya, beda dengan Liliana yang justru merotasi bola matanya kesal.

"Ck, cepat deh cari targetnya. Jangan yang aneh, awas saja!" imbuh Liliana ketus.

Kedua wanita ini pun akhirnya meredakan tawa dengan deheman kompak, benar-benar menyebalkan bagi Liliana yang merasakan seperti anak bawang di depan kedua temannya ini.

"Ehem…, sebentar kita cari dulu ya Nona Scarlet," sahut Felixia memanggil nama Bosnya yang kembali mendengkus saat mendengarnya.

"Ck."

"Sabar Bos, sepertinya sudah tidak sabar mencium seseorang," timpal Anya dengan watados (Wajah tanpa dosa) yang semakin membuat Liliana kesal.

Siapa yang tidak sabar mencium seseorang, justru ia ingin sekali menenggelamkan dirinya karena harus melakukan tantangan karena kesialan yang menimpanya malam ini.

Kemudian, Felixa dan Anya mulai mengedarkan netra melihat banyak manusia di sekitar mereka, melihat dengan kernyitan saat melihat macam-macam rupa, mulai dari yang biasa saja sampai yang luar biasa.

Namun, di antara banyaknya pria yang duduk bergerombol di meja sekitar mereka, keduanya hanya terpaku dengan seorang pria berwajah datar tak jauh dari meja mereka berada.

Felixia dan Anya pun saling menatap satu sama lain, kemudian tersenyum senang saat merasa pikiran mereka sama dan Liliana yang melihatnya mengenyit, curiga.

"Sudah ketemu?" tanya Liliana dengan nada sok pura-pura cuek, padahal dalam hati sudah berdoa jika pria yang ditentukan keduanya tidak aneh apalagi kakek bau tanah dan bau mulut.

Tidak sudi, lebih baik ia berciuman dengan pantat panci sekalian, dari pada bibir kissable-nya dinistai oleh pria pilihan dua teman kemvretnya.

"Sudah ketemu nih!" sahut keduanya semringah, menatap Liliana dengan berbinar senang.

Gleuk!

Liliana meneguk salivanya kasar, saat mendapati tatapan sialan dari dua temannya dan kembali mengangkat dagu pura-pura tidak takut sama sekali.

"Siapa? Coba tunjukan kepadaku dan siapkan uangnya," balas Liliana hampir tergagap.

"Tuh!"

Felixa dan Anya kompak menunjuk dengan jari telunjuk lentik mereka ke meja tak jauh dari mereka, sedangkan Liliana mengikuti arah yang ditunjuk dan seketika berkedip tidak percaya, melotot kesal karena dipilihkan yang tidak sesuai.

"Kalian yang benar saja! Masa yang seperti itu sih?" umpat Liliana kesal, menatap pria gondrong berbaju aneh dengan banyak kalung entah apa itu di lehernya "Gondrong seperti itu, ih! Tidak mau," lanjutnya memasang wajah cringe, bergidik ngeri jika sampai pinggangnya diremas manja.

Dua wanita yang menunjuk pria target mereka sama-sama mengernyit saat Liliana menyebutkan ciri-ciri pria yang terlihat.

Gondrong dari mana, jika potongan rambut pendek dengan poni bagian depan, belum lagi garis rahang tegas dan bibir penuh itu.

"Mana yang kamu lihat?"

"Yang itu!"

"Yang mana? Lihat yang jelas arah yang kami tunjukan Lili sayang!"

"What!"

Bersambung.

Bab berikutnya