Untuk sekian lamanya Cantaka Cakrawala dibuat terdiam seperti patung. Orang tua tidak bicara. Malah seperti tidak bernafas pula. Permintaan pemuda bercadar putih di hadapannya itu, walaupun bagi orang sederhana, tetapi baginya justru tidak.
Menarik kembali para pendekar yang sudah disebar ke seluruh Tanah Pasundan olehnya merupakan suatu hal yang mudah. Hanya cukup menyebarkan perintah menarik diri, niscaya para pendekar itu akan langsung menurutinya saat itu juga.
Tapi di sisi lain, bagaimana dengan rencana besarnya? Bagaimana jika setelah menarik diri, pihak musuh malah secara tiba-tiba menyerangnya?
Teringat akan hal tersebut, tanpa sadar bulu kuduk bekas Ketua Dunia Persilatan berdiri juga. Dia tidak bisa membayangkan hukuman apa yang nantinya akan diterima oleh dirinya.
"Bagaimana? Apakah kau mau mengabulkannya, atau menolaknya?" desak Arya Saloka kemudian.
"Ini … masalah ini tidak segampang yang dibicarakan," katanya kebingungan.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com