webnovel

Chapter 4 : Menjauhlah dariku

Di pagi hari yang cerah setelah Hujan berhenti. Suara kicauan burung terdengar, Membuat Lia Berangkat dengan Ceria.

Lia bersepeda dengan semangat, membangun hari baru lagi. Jalan yang di kelilingi oleh Lautan di sampingnya sangat menambah semangat yang begitu kuat membuat Lia terus mengayuh dan mengayuh.

Ketika sampai di gerbang sekolah, Ternyata dia Telat dan sangat takut untuk Masuk melalui gerbang, Tiba-tiba saja ada yang memanggilnya.

" Lia..Lia hei " ternyata dia adalah Jeno, Jeno memanggilnya dan menyuruhnya untuk mendekat dengan hati-hati sebelum dilihat oleh Guru olahraga.

Lia mendekati Jeno dengan Perlahan agar tak di lihat Oleh Gurunya, Jeno Memegang tangan Lia dengan senyuman di wajahnya, Lia mulai terpesona dan sangat senang melihat Jeno memegang tangannya. Jeno menarik Lia dan membawanya ke belakang Sekolah, Jeno berjongkok dan Menyuruh Lia untuk naik ke atas punggungnya, agar Lia bisa Masuk ke dalam sekolah tanpa di ketahui oleh gurunya.

Lia memandang Jeno Sejenak, lalu mengangguk dan menuruti perkataan Jeno. Lia menginjak Pundak Jeno, lalu Jeno membantunya untuk masuk sekolah dengan memanjat pagar tembok, Ketika Lia sudah melewati pagar Tembok, Jeno tak ikut Memanjat.

" Pergilah ke kelas, Tunggu aku disana " Ucap Jeno dengan Pelan.

" kenapa kau tak lewat pagar tembok saja? " tanya Lia dengan Nada Pelan

" Aku harus membawa masuk sepedamu ke parkiran sekolah " jawab Jeno.

Jeno begitu menyayangi Lia, Sehingga ia membiarkan dirinya sendiri di hukum dan membantu Lia untuk masuk tanpa harus di hukum oleh guru.

Lia terpaksa harus menurut dan jalan menuju ke kelas, Sedangkan Jeno harus Membawa sepeda Lia Masuk ke sekolah bersama dengannya dan harus mengorbankan diri dan iapun di hukum oleh Guru Olahraga karena ia telat.

Jeno harus melakukan Push up sebanyak 20 Kali, ketika ia selesai dengan Hukumannya, Ia lalu menuju ke ruang kelas, Tapi sayangnya Kelas telah di Mulai dan Jeno masuk Terlambat.

Ketika Jeno masuk, semua orang menatapnya termasuk Lia. Lia sedikit Khawatir dengan Jeno, Tapi Jeno memberikan isyarat dengan senyuman kepadanya agar Lia tak perlu khawatir tentangnya, Aliska yang melihat Jeno sangat peduli kepada Lia begitu kesal.

" Jeno, kenapa kau telat?? Kau sudah telat 15 menit " Tanya Bu Guru.

" Maaf Bu, Ada sedikit masalah di jalan tadi " Jawab Jeno.

" Meskipun kau adalah murid baru, tapi tetap kedisiplinan di sekolah ini nomor 1, Keluarlah dan berdiri di depan kelas hingga waktu istirahat " Jelas Bu Guru.

Jenopun menuruti perkataan Gurunya, Dan ia berdiri di depan ruang Kelas.

Di saat Guru menulis di papan, Jeno selalu melihat ke arah Lia melalui Jendela, ia bahkan sering mengedipkan matanya kepada Lia, sehingga membuat Lia terus Tersenyum bahagia.

Apakah Jeno adalah jawaban dari doa-doa Lia?? Takdir sepertinya kini mulai mendengar Lia, Mendatangkan seseorang untuk menjadi sebuah cahaya Kecil untuknya.

Hari-hari terus berlalu, Kebersamaan Jeno dan Lia begitu Bahagia, Mereka selalu bersama,

Berjalan di pantai, Menikmati waktu bersepeda bersama dan Melihat Matahari terbenam.

Disaat Lia mendapatkan alasan untuk hidup, Tapi terkadang ia merenungi Kehidupannya, disaat ia bertemu dengan orang yang mencintainya, takdir selalu memperingatkan dirinya bahwa Waktu untuknya Begitu Sedikit.

Ketika daun berjatuhan, Kini tak ada lagi yang tersisa, hanya Kehidupan yang telah menjadi kenangan.

Angin kesepian, hujan berjatuhan, Meratapi seorang diri seperti berada di dalam labirin tanpa Pintu untuk keluar Rasanya sebentar lagi takdir akan mengatakan bahwa diriku berakhir sampai disini.

Mengapa takdir memberiku kehidupan yang singkat? Mengapa kehidupanku terlalu menyedihkan, Semua makhluk menatap Pelangi dengan bahagia, tapi mengapa aku terus memundurkan kakiku ketika melihat pelangi yang di nantikan banyak orang!!

Disaat pembelajaran, Jeno Mendapatkan Telpon tiba-tiba dari rumahnya, Ia terkejut mendengar apa yang di katakan orang yang menelponnya. Ia lalu bergegas mengambil tasnya dan pergi meninggalkan kelas, membuat semua orang penasaran dan bertanya-tanya, begitu juga dengan Lia.

Waktu Bel Pulang Sekolah berbunyi.

Ketika Lia membereskan buku-bukunya, Aliska Mendekatinya ketika semua orang telah keluar.

" aku dengar seseorang tak akan hidup lama lagi " Ucap Aliska yang mencoba Menyindir Lia.

Lia Terkejut mendengarnya, lalu melihat ke arah Aliska.

" Aku tau kau tak akan hidup lama lagi? Bukankah kau memiliki penyakit mematikan?? Aku tak tau, bagaimana jika semua orang tahu, bahwa anak miskin Memiliki penyakit yang membuat hidupnya tak lama lagi " ucap Aliska kepada Lia.

" Bagaimana kau tahu?? " tanya Lia dengan rasa khawatirnya.

" Jika kau tak ingin semua orang tahu termasuk Jeno, ada syarat yang harus kau lakukan " Ucap Aliska.

" Apa maksudmu?? " Tanya Lia.

" Bagaimana jika Jeno tau, apakah dia masih ingin berteman denganmu?? Kalau aku jadi dia, aku tidak akan berteman dengan orang yang hidupnya tidak akan lama lagi " Ucap Aliska.

" Apa yang kau inginkan?? " tanya Lia.

" Jauhi Jeno dan jangan berada di dekatnya lagi " Ucap Aliska.

Lia Pulang dengan perasaan sedih, Kini ia tak tahu takdir apa lagi yang mempermainkannya. Kenapa takdir tak pernah berhenti memberikan kejutan kepadanya, Mengapa Dunia tuli akan dirinya. Lia Mengayuh sepedanya dengan Air mata terus membasahi pipinya, Lia berhenti dan menangis di pinggir jalan yang sunyi tak ada siapapun selain dirinya.

Malam Hari Tiba, Panggilan Telepon masuk untuknya dari Jeno, tetapi Lia Hanya terbaring di dalam selimutnya. Ia terus meratapi nasibnya yang tak ada jalan keluar untuk itu.

Sedangkan dirumah Jeno, Jeno terus mengkhawatirkan Lia dan terus menelponnya.

" Kenapa kau tidak Mengangkatnya Lia " Ucap Jeno.

Lia Terbaring di atas lantai yang dingin sambil menangis tanpa suara, ada satu botol obat di sampingnya. Lia merindukan Ibunya yang telah berada di surga, ia mengalami depresi yang begitu berat.

Hujan diluar rumahnya menambahkan rasa dingin yang masuk melalui jendela kamar Lia yang sedang terbaring di lantai, Lia memandang ke arah Jendelanya, sesekali ia melihat kilat dengan tatapan kosongnya dan tetesan air mata di pipinya juga matanya yang mulai lebam.

Ketika di sekolah, Lia terus Terbaring di atas meja kelasnya dan menatap ke jendela kelas. Jeno datang membawa Tas belanja lalu ia duduk di samping Lia, Dari Luar Aliska Memperhatikan Mereka.

" Aku membawakanmu sesuatu " Ucap Jeno sambil mengeluarkan hadiah dari tas belanjanya, ternyata itu adalah sebuah kotak musik yang begitu cantik. Jeno memutar kunci dari kotak musik tersebut dan mengeluarkan suara musik yang begitu indah, sehingga membuat Lia terbangun dan melihat ke arah kotak musik tersebut, ia hanya terdiam tanpa kata memandangnya.

" Aku membelinya untukmu " Ucap Jeno.

Lia hanya terdiam dan Menghindari Jeno dengan memindahkan Tasnya ke meja sebelah lalu berjalan keluar, Aliska Bersembunyi melihat Lia akan keluar dari Kelas. Jeno lalu mengejar Lia yang berjalan di koridor sekolah sambil membawa kotak musiknya, Ketika Jeno menarik tangan Lia, Lia lalu mendorong Jeno, hingga Jeno tak sengaja menjatuhkan kotak musiknya, kotak musiknya Rusak membuat Jeno Terkejut dengan sifat Lia yang tidak begitu peduli kepadanya.

" Menjauhlah darikuuu, aku membencimuuu " Teriak Lia membuat Jeno terdiam terpaku.

" Kau hanya sebatas Orang asing bagiku, terus mengikutiku, aku tak tau apa maumu, apa yang kau inginkan dariku?? " Lia Terlihat kesal dan terus berbicara kasar kepada Jeno dengan nada tinggi.

Semua mata mengarah ke arah mereka berdua, Aliska dan kedua temannya tersenyum jahat.

" Aku tak pernah mengganggumu! Aku tak pernah mengikutimu! Tak tau sampai kapan kau terus mengganggu hidupku, jadi ku mohon berhentilah " Ucap Lia lagi-lagi meneriaki Jeno dengan nada sedikit Kasar.

" Apa menurutmu aku ini hanya pengganggu dalam hidupmu?? " tanya Jeno dengan wajah kecewanya.

" Ia, kau hanya pengganggu dalam hidupku " Jawab Lia dengan cepat.

Jeno terdiam dengan wajah sendunya, ia merasa sangat kecewa dengan sikap Lia yang berubah

Jeno pergi meninggalkan Lia dengan rasa kecewanya, dari belakang Lia menangis dalam diam, Ia sangat sedih melihat Jeno pergi meninggalkannya, ia sangat menyesal harus berbicara seperti itu kepadanya.

Bab berikutnya