Aku harus menunggu berapa lama lagi?
Rasanya benar-benar tak tahan. Dan hal yang membuat aku heran ialah saat main ke rumah kak Ana dan justru kakak iparku tersayang itu bahagia bukan main. Sungguh dia ini benar-benar aneh! Istri dan ibu mama yang tak khawatir pada orang-orang tersayangnya di saat seperti ini?
Telah tiga minggu berlalu semenjak perginya Dhik. Sesekali aku mengumpat kesal saat putraku tak mau mengucapkan barang sepatah kata. Itu memang kebiasaannya dimana saat berbicara di telepon Dhik merasa malu.
Iya, hanya berbicara saja dia sudah malu!
Jadi, nggak mungkin kalau aku mendadak berharap melakukan panggilan video dengannya, bukan? Memang wah sekali putraku ini.
Semilir angin sore menerpaku, hembusannya bahkan kalah saing dengan nafasku. Sungguh sesak rasanya ditinggal sendirian begini. Mbul sakit, Nova sibuk saat ini dan ke rumah Feronika adalah pilihan terakhir yang ada dalam benak.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com