***
Hah..
lagi-lagi di tempat yang sama.
bayangan hitam yang mendekat, dan Hikaru mundur. bayangan hitam yang berupa ayahnya, memegangi sebuah tongkat dan dimulai lagi. Nightmare.
Buk!
Buk!
Buk!
tanpa jeda dia terus memukuli Hikaru, waktu yang seakan terhenti.
dan tidak berakhir.
saat Hikaru berusaha membuka mulut, pukulannya terus terasa sakit.
dan membuat mulutnya berdarah, bau anyir darah yang semakin terbiasa.
Hikaru mundur, seiring dengan kuatnya tongkat itu. ribuan tongkat yang patah karena terlalu keras, dicampakkannya membentuk sebuah tumpukan besar menyerupai gunung. Hikaru bisa melihatnya, betapa banyaknya tongkat berwarna merah darah disana.
berapa banyak dia dipukuli-?
Buk!
Hikaru terjatuh, tidak dapat menerima dan menahan dirinya lagi, melihat dengan wajah datarnya, saat tongkat itu diarahkan padanya. tanpa rasa belas kasihan, dan melukai kepalanya, seakan membuat kepalanya teriris-iris.
"Sakit..." gumam Hikaru, namun Hikaru tidak dapat melakukan apapun selain merasakan rasa sakit yang semakin keras, semakin keras dan membuat indera perasa nya semakin menghilang.
bagaimana Hikaru bisa lepas dari semua ini--?
***
Hikaru membuka matanya, sepertinya mimpinya sudah berakhir. menatap langit-langit kamarnya yang masih sama, Hikaru masih berada disini, dan Hikaru masih bisa merasakan tubuhnya gemetaran merasakan rasa sakit.
".." Hikaru, berusaha duduk, Hikaru memang tidak lagi memakai infus, hanya saja Hikaru masih harus berada dalam ruangan ini sampai dia sembuh.
"apa kau bermimpi buruk, Hikaru?" tanya seseorang dengan rambut hitam panjang yang diikat satu, seseorang yang tersenyum duduk disebelahnya.
"iya.." seru Hikaru singkat.
"ceritakan mimpimu, mungkin aku dapat membantumu.." serunya tersenyum.
Hikaru hanya menatap dalam diam, menatap ke arah tangannya, mengingat setiap rasa sakit yang masih dirasakan meksipun tidak dalam mimpi, hal yang akan terus terbayangkan hingga dunia nyata. seseorang disebelahnya adalah psikiater, yang akan membantunya dalam memulihkan traumanya, lebih tepatnya dapat memenangkan jiwanya.
Kazuya yang mencarikannya.
karena Hikaru masih belum sepenuhnya terlepas dari mimpi buruk itu.
"dia memukuliku...terus menerus.." Hikaru terdiam, merasakan tangannya yang terasa semakin menghilang dan rusak..darah dimana-mana, dan tidak lama rasa sakit itu menghujaninya.
seperti hujan, namun rasanya begitu menyakitkan. Hikaru tidak menyukai nya, Hikaru perlahan menunduk saat merasakan rasa sakit itu menghujani kepalanya, seluruh tubuhnya, terasa seperti ribuan peluru menusuknya dalam-dalam menyiksanya, membuat seluruh tubuhnya seakan berdarah.
sebuah tangan memegangi tangannya, dan Hikaru melihatnya sebagai sebuah bayangan hitam yang memegangi tongkat, tongkat yang seakan terus menerus menyakitinya, mata hitam Hikaru yang gemetaran, wajahnya yang memucat dan Hikaru mundur. menutupi dirinya di balik selimut putihnya mencoba untuk bersembunyi dari semuanya, bayangan Hitam terus mendekat berusaha untuk melukainya.
"Tidak... Tidak..maafkan aku..maafkan aku, jangan.. pukuli aku... lagi.." bisik Hikaru sangat ketakutan, Hikaru mundur hingga terjatuh dari kasurnya. Hikaru menunduk, menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya, menutupi seluruh tubuhnya selimut putihnya. seketika semua suaranya menghilang.
tergantikan dengan suara pukulan, dan suara teriakan kesakitan.
suara darah yang mengalir keluar dari kulitnya yang rapuh,...
Hikaru merasakan suaranya tercekat.
"tidak bisa.. maafkan aku.." rintih Hikaru merasa sangat ketakutan.
Hikaru mengeleng berkali-kali.
"lawanlah Hikaru.." seru suara itu, Hikaru terdiam. melawan, iblis itu-?
"tidak...hiks..maaf..maaf..maaf" seru Hikaru menggumamkan kata maaf berkali-kali, padahal bukanlah Hikaru yang bersalah, namun Hikaru yang harus merasakan semua ketakutan ini.
kenapa harus dirinya-?
apa salahnya-?
Hikaru memeluk dirinya sendiri, menenggelamkan kepalanya jauh ke dalam. merasakan rasa sakit yang seakan terus menderanya, hingga Hikaru pingsan dan tidak sadarkan diri.
"kenapa...aku?" gumam Hikaru pelan, bahkan Hikaru tidak melakukan kesalahan, Hikaru takut melakukannya, dan Hikaru harus mendapatkan hukuman berkali-kali, sampai Hikaru bisa mengingat setiap detail rasanya.
saat di pukuli.
saat Hikaru berteriak, namun suara itu perlahan terus meredam menghilang.
darah yang mengalir dari tubuhnya perlahan membentuk kubangan kecil, lama kelamaan menjadi besar dan Hikaru terjebak di dalam sana dan pelan tidak dapat merasakan apapun lagi.
"Hikaru!" seru suara yang bahkan tidak dapat di dengarkan nya lagi.
semuanya terasa hambar. hening.
psikiater itu memgoyangkan bahu Hikaru yang hanya diam, tidak bergerak. Hikaru memiringkan wajahnya, dengan rambut hitamnya yang bergoyang memperlihatkan wajah Hikaru yang begitu kosong, begitu pucat, dengan semua rasa sakit yang sudah melekat padanya. Hikaru mengenggam tangannya, dengan kedua mata hitam kosong mempertanyakan dirinya.
"kenapa ..aku?" seru Hikaru tanpa ada yang bisa menjawabnya. Kazuya yang hanya melihat semuanya dari luar, hanya bisa terdiam. tidak ada yang dapat merasakan rasa sakit yang sebenarnya, hanya Hikaru yang mengalaminya dan bisa merasakannya dan rasanya jauh lebih menyakitkan.
dari yang dipikirkan semua orang.
rasanya sangat menyakitkan, hingga Hikaru tidak bisa menahannya lagi.
kenapa harus Hikaru yang merasakan semuanya-? kenapa harus dirinya-?
apa salahnya-?
***
Hikaru hanya duduk di atas kasurnya, ruangannya terasa hampa.
Hikaru melihat ke arah jendela, dengan kondisi yang masih sama.
Hikaru memegangi keningnya tempat dimana semua luka membekas.
Hikaru merasakan angin berhembus, membawa kesegaran. namun Hikaru bisa merasakan dirinya, terhenti di suatu tempat. Hikaru tidak bisa melawannya, saat Hikaru melakukannya maka Hikaru akan terus dipukuli lagi dan lagi hingga Hikaru perlahan terdiam. menerimanya.
Hikaru bahkan tidak bisa tertawa.
rasanya sakit. masih bisa dirasakan dengan jelas oleh dirinya, tubuhnya kesakitan dan jiwanya berteriak namun, Hikaru tidak bisa melakukan apapun.
hanya tetap diam di tempatnya.
Hikaru sendiri merasa ketakutan.
Hikaru merasa kalau dirinya akan terus berada disini. di ruangan ini, Hikaru sudah mengetahuinya. bahwa Hikaru di tempatkan di tempat Traumatik.
tentu saja menurut Hikaru, masalah ini lebih besar untuk dirinya. masalah yang menghancurkan dirinya sendiri. Hikaru bahkan tidak bisa lagi membohongi dirinya sendiri, Hikaru sendirian, terjebak dalam semua rasa sakit yang menyiksa.
apa yang harus Hikaru lakukan-?
Hikaru menoleh dengan matanya yang menatap datar. perban yang menutupi kening dan mata kirinya, baju putih yang selalu di kenakkan nya. seperti orang sakit, namun rasa sakitnya kali ini terus membekas. Hikaru tidak bisa keluar darinya, karena akan terus terasa, sudah bertahun-tahun sejak kejadian itu.
kejadian penyiksaan Hikaru.
Ayah, Ibu dan Kakaknya.
Hikaru merasakan traumatik lebih besar untuk ayahnya. baginya ayahnya adalah sosok iblis yang sangat menakutkan.
iblis yang akan menyakitinya.
Hikaru selalu dipukuli olehnya tanpa ampun. bahkan saat ayah sudah tiada, hal itu masih terus diingatnya dan semua perlakuannya terus membekas. tidak dapat sekalipun dilupakannya.
Hikaru masih ketakutan. bau anyir darah, dan tatapan semua orang yang menatapnya dengan tatapan kasihan.
bagi Hikaru, sama seperti ayahnya.
membuatnya trauma.
apakah dia akan dipukuli lagi-?
setiap Hikaru melangkah, Hikaru akan berpikir seperti itu. dan membuat Hikaru ketakutan dan terjebak lagi dan lagi.
tidak ada yang tau kan-?
Hikaru memiringkan wajahnya, melihat sosok sahabatnya yang duduk disana.
di ruangan yang sama. kondisi yang sama, namun bedanya. tatapan mata Hikaru yang mungkin sudah terlalu terbiasa dengan semua rasa sakit ini, karena Hikaru selalu mengalaminya.
"Kazuya..., bisa kau beritahukan. Apa yang harus kulakukan, agar aku bisa merasakan rasa sakit lagi..?" kata Hikaru dengan matanya yang seperti sudah sangat terbiasa. bahkan Hikaru tidak dapat merasakannya lagi, seolah semuanya terasa begitu hampa. bahkan saat darah perlahan mengalir. Hikaru bahkan tidak berteriak, merasakan sakit hanya terdiam. dengan wajah pucatnya.
sama seperti waktu itu. setiap harinya, saat Hikaru dipukuli habis-habisan.
Hikaru hanya diam, menatap dengan mata kosong nya. saat melihat darahnya sendiri yang perlahan mulai mengalir, bergenangan dengan tongkat yang dipakai ayahnya memukulnya dan Hikaru hanya berbaring disana.
melihat semuanya. merasakan semuanya, dan perlahan mulai terbiasa dengan semua keadaannya ini.
sebenarnya rasa sakit itu apa-?
***