webnovel

37. Sejauh Apa Mereka.

Saat Ji Min dan Jung Ki berpisah setelah menyelesaiakn pekerjaan mereka, Jung Ki memilih berjalan emnuju tempat makan malam ini. Dia cukup lapar, bukan karena makanan yang Tae Woo kirim tidak datang, melainkan memang pencernaan Jung Ki yang bekerja sangat cepat.

Pria manis itu mengeluarkan dompetnya untuk menghitung pengeluarnya untuk hati ini, bejralan kecil menuju mini market untuk membeli mie instan yang bisa masak di sana.

Namun baru saja akan menyeberang melewati zebra kros seseorang memanggilnya. "Kim Jung Ki!!" teriaknya begitu saja, Jung Ki yang sangat kesal debgan suara itu melirik kecil.

Min Yoon Seok, pria itu jarang berteriak dengan menggunakan suara keras, namun suara datar dan wajah dingin membuat Jung Ki sedikit kesal dan tidak bisa melakukan apapun juga.

Pria manis itu pada akhirnya berjalan mendekat ke arah Yoon Seok karena dia tidak mendapat pesan dari Yoon Seok jika pria itu akan menjemputnya. "Ada apa Kak?" tanya Jung Ki karena dia tidak bisa marah.

Mungkin jika Yoon Seok yang berbicara dan meledeknya Jung Ki baik-baik saja, namun tidak dengan Kim Tae Woo yang mengatakannya. "Ayo masuk," ucap Yoon Seok membuat Jung Ki bertanya-tamya dengan tatapannya. "Masuk? Aku ingin pergi ke suatu tempat dulu," jawab Jung Ki berusaha menjelaskan pada pria itu jika dia butuh sesuatu.

"Kim Tae Woo ada di apartemenku, dan aku harus menjemputmu karena pria itu butuh kau." Jung Ki menghela nafasnya berat, dia melirik mini market di depannya. "Aku ingin beli makanan dulu, aku lapar," lapor Jung Ki berusaha berjalan menuju mini market untuk membeli apa yang dia butuhkan, namun kembali terhenti.

"Aku akan menghubungi Tae Woo untuk memesankan makan malam untumu, pria itu juga belum makan sejak sarapan tadi. Aku tidak tahu ada masalah apa dengannya, aku masuk." Jung Ki memilih langsung ikut saja dan berjalan masuk menuju mobil Yoon Seok untuk mempercepat.

"Tae Woo datang ke caffe tadi pagi," ucap Jung Ki jika sebelum pria itu menjadi seperti itu dia datang cukup pagi dan pergi cukup cepat juga. "Aku tidak tahu kenapa, mungkin ada masalah di perusahannya." Yoon Seok terkekeh kecil, dia menggelengkan kepalanya pelan.

"Aku kurang tahu juga, telfon dia." Yoon Seok memberikan ponselnya pada Jung Ki untuk menelfon Tae Woo bahkan saat ponselnya ada di tangannya. "Untuk apa? Aku punya ponselku sendiri?" Jung Ki telrihat bingung saat melihat Yoon Seok memintar padanya untuk menelfon menggunakan ponselnya. "Tidak apa-apa, gunakan saja." Yoon Seok kembali fokus pada mobipnya membuat Jung Ki mengalah.

Dia menaruh asal ponselnya ke sisi lain, lalu membuka ponsel Yoon Seok yang dia tahu jika paswordnya masih sama. "Aku tidak percaya jika paswordmu masih belum berubah, Kak." Yoon Seok mengangkat bahunya tidak menjawab membuat Jung Ki terkekeh.

Aneh sekali, Yoon Seok membauat pasword dengan tanggal lahir dan bulan lahir Jung Ki, lalu tahun lahir milik Yoon Seok sendiri. Sejujurnya Jung Ki juga kurang tahu untuk apa, dia hanya kurang yakin jika semua tidak berubah.

Benar saja, saat Jung Ki menelfon Tae Woo menggunakan ponsel Tae Woo pria itu menjawabnya cepat. "Kau bersama dengan pacarku, Kak?" tanya Tae Woo terus terang membuat Jung Ki terdiam sebentar karena cukup terkejut. "Apa dia selalu mengatakan seperti itu setiap hari?" tanya Jung Ki pada Yoon Seok dengan suara kecil. "Iya, seperti orang gila," jawabnya.

"Kak, aku bersama Kak Yoon Seok sekarang. Ada apa? Apa ada masalah?" tanya Jung Ki pada pria itu karena tidak biasanya juga Tae Woo sampai pwrgi ke apartemen Yoon Seok dan meminta Jung Ki untuk datang.

"Datanglah, Jung Ki." Kali ini pria itu melembutkan suaranya membuat Jung Ki terkekeh mendengarnya. "Kau baik-baik saja, Kak?" tanya Jung Ki lagi menanyakan keadaan Tae Woo karena terlihat berbeda. "Aku tidak baik-baik saja." Jung Ki terdiam mendengarnya.

Dia memikirkan tadi pagi, pria itu terlihat dengan jelas jika dia sedang melambun membuat Yoon Seok meliriknya kecil.

Tidak ada suara antara Tae Woo ataupun Jung Ki yang bersuara, walaupun smanungan telfon masih tersambung sejak tadi juga.

"Apa karena pembicaraan kita tadi pagi?" tanya Jung Ki bertanya asal membuat Yoon Seok menaikam satu alisnya bingung. "Datang saja," mintanya lagi membuat Jung Ki menghela nafasnya berat saat dia tahu jika Tae Woo selalu ingin berbicara hal serius tidak dengan perantara dan selalu meminta datang.

"Aku akan datang," jawabnya pada Tae Woo. "Tolong pesankan aku makan malam dulu, aku kelaparan," minta Jung Ki pada Tae Woo karena waktu makan malam dan kelaparannya semakin banyak karena Tae Woo ingin bertemu dengannya terlebih dengan jarak apartemen yang cukup jauh.

"Kau tidak makan malam yang ku belikan untukmu tadi malam?" tanya Tae Woo bertanya dengan suara khawatir membuat Yoon Seok memutat bola matanya malas. "Aku memakan habis semuanya." Jung Ki menjawab. "Hanya saja aku lapar lagi," sambungnya membuat Tae Woo terkekeh kecil.

"Minta pada Kak Yoon Seok untuk cepat datang, aku akan memesankan makan malam untumu," jawab Tae Woo membuat Jung Ki kembali menghela nafasnya keberatan. "Jangan memesannya satu," cegah Jung Ki membuat Tae Woo terkekeh hafal jika pria itu banyak makan.

"Ya, aku tahu porsimu, Jung Ki." Pria manis itu terkekeh dan kembali berbicara. "Aku ingin makan malam denganmu juga di sana. Kau belum makan juga ya? Kak Yoon Seok mengatakannya padaku. Beli yang banyak, kau harus memberiku makan karena itu tanggung jawabmu!" Tae Woo kembali terkekeh kecil mendengarnya.

"Aku menunggumu," jawabnya membuat Jung Ki tersenyum tipis mendengarnya, samnungan telefon terputus sepihak membuat Jung Ki merenggangkan tubuhnya dan memberikan ponsal Yoon Seok kembali.

"Dia sedang tidak baik-baik saja," gumamnya membuat Yoon Seok mendengarnya mulai memelankan kecepatannya karena ada lampu merah. "Benar, sangat kacau." Yoon Seok kembali menimpali, pria itu sudah sangat hafal bagaimana Jung Ki semakin sensitif dan ingin melindungi apa yang dia miliki.

"Apa Kak Tae Woo tidak pernah bercerita padamu mengenai ayahnya, Kak?" tanya Jung Ki mulai penasaran mengenai masalah pribadi dan keluarga milik pacar laki-lakinya. "Ayahnya?" ulang Yoon Seok membuat Jung Ki menganggukkan kepalanya pelan yakin dengan pertanyaannya. "Aku kurang tahu."

"Dia tidak pernah menceritakan soal apapun mengenai ayahnya. Yang ku dengar hanya pertengkaran dengan sepupunya dan ibunya, aku sangat jarang mendengar masalah ayahnya." Jung Ki menganggukkan kepalanya begitu dia puas dengan jawabannya.

"Aku juga, selain kami tidak saling bercerita, aku tidak pernah mendengar apapun mengenai semua masalah pribadinya. Aku merasa sangat bersalah sekarang," ucapnya kali ini membuat Jung Ki benar-benar menyesal melakukannya.

"Aku tidak tahu seberapa lelahnya Kak Tae Woo dengan masalahnya, maaf jika karena tidak memikirkannya sekarang Kak. Aku akan mengurangi beban yang kau pegang sendiri dengan Kak Tae Woo," ucap Jung Ki pada Yoon Seok dengan suara yang tulus dan suara yang sangat halus.

Terdengar sangat lembut, wajah yang sangat merasa bersalah, mata berkaca-kaca dan perasaan menyesal yang begitu besar.

"Turunlah," ucap Yoon Seok karena keduanya sudah sampai di tempat parkir membuat Jung Ki turun dengan tas dan pakaian yang sama karena jaketnya masih dia gunakan.

Benar-benar pria yang sangat tertutup dan rumit dipahami oleh orang lain.

"Lantai berapa dan nomor berapa kamarmu, Kak?" tanya Jung Ki karena dia tiak mungkin langsung masuk sana dan tahu dimana kamar yang Yoon Seok tinggali.

"Lantai tujuh, nomor kamar sembilanpuluh enam." Jung Ki menganggukkan kepalanya berjalan masuj dengan cepat bahkan melupakan jika kunci kamar ada si Yoon Seok walaupun Tae Woo ada di salam kamar.

Jung Ki masuk ke apartemen tinggi itu dan langsung berjalan menuju lift, dia bahkan mengabaikan panggilan dari resepsionis untuknya membuat Yoon Seok menghentikan resepsionis tersebut. "Dia bersamaku," ucapnya melindungi, pria itu membuntutu Jung Ki dari belakang dan harus pisah lift dengan pria tidak sabaran itu.

Jadi seperti ini lah jika memiliki pacar, Jung Ki peegi dengan cepat hanya untuk bertemu dengan pria itu. Kedua pria simbiosis yang merepotkan Yoon Seok akan bertemu dan kembali merugikan Yoon Seok lagi.

Tidak lebih dari lima menit keduanya sudah sampai di lantai tujuh dan berjalan menuju cukup ujung untuk sampai di nomor kamar sembilanpuluh enam.

Yoon Seok juga melihat saat Jung Ki memencet bell kamar apartemen Yoon Seok agar Tae Woo membukan pintu kamar tersebut.

Benar saja, saat bell berbunyi, Tae Woo langaung membukakan pintu dan menarik Jung Ki masuk bersamanya dan kembali menutup pintu kamar Yoon Seok walaupun pria itu melihat pemilik kamar sedang berjalan menuju kamarnya sendiri.

"Aku sangat merindukanmu," ucap Tae Woo dengan memeluk tubuh lebih kecil milik Jung Ki dan memeluknya gemas dengan menghirup dalam-dalam wangi pada leher Jung Ki karena itu adalah kesukaannya. "Aku juga, sangat-sangat merindukan Kak Tae Woo." Jung Ki juga sama, pria pemalu dan manis itu mengatakan hal yang sama dengan memeluk perut milik dominannya membuat Tae Woo merasakan kehangatan yang dia rindukan.

"Aku mencintaimu," ucap Tae Woo kembali melakukan hal sesukanya dan menarik pelan leher Jung Ki dan mencium dalam bibir pria manis itu membuat Jung Ki yang terkejut hanya membalasnya pelan karena hal seperti ini sudah sangat biasa untuk keduanya saat bertemu.

Klek.

Pintu terbuka dan terlihat Yoon Seok masuk ke kamarnya dan melihat dengan jelas bagaimana Tae Woo yang lapar dengan bibir Jung Ki membuat Yoon Seok memutar bola matanya malas. "Bisa kau tahan nafsumu dulu, Kim Tae Woo?" Yoon Seok memukul kepala Tae Woo dengan tasnya membuat pria itu meringis kecil dan melepaskan bibir Jung Ki sebagai sumber kehangatannya.

"Bersihkan salivamu dulu, bajingan!" teriak Yoon Seok pada Tae Woo saat pria itu melihat ke arah Yoon Seok karena memukul kepalanya melupakan saat air liur masih menyatu dengan bibir Jung Ki yang sama-sama terkejut.

"Carilah pacar Kak, agar kau tidak kesal saat melihatku seperti ini dengan sahabatmu," teriak Tae Woo membuat Jung Ki mencubit pinggang Tae Woo kecil.

"Berhenti membuat Kak Yoon Seok marah, Kak."

Terkadang, hubungan seperti mereka memang membutuhkan ruang tersendiri.

sakasaf_storycreators' thoughts
Bab berikutnya