webnovel

19. Kekhawatiran Park Ji Min.

"Kau melihat sesuatu?" tanya seseorang mengagetkan Ji Min saat pria kecil itu terlihat diam-diam melihat ke arah rekan kerjanya sendiri dengan tatapan sulit diartikan.

Pria itu Kim Seok Jin, pemilik kafe dan sekaligus pria yang memperkerjakan Park Ji Min dengan Jeon Jung Ki lima tahun terakhir ini.

"Bukan apa-apa, Kak." Ji Min terlihat menutupi sesuatu dan melihat pada Seok Jin dengan tatapan yang berbeda membuat Seok Jin terlihat sangat curuga. "Oh ya?" tanya pria itu sedikit tidak percaya dan kembali melirik ke arah Jeon Jung Ki dengan temannya. "Siapa pria itu?" Pada akhirnya Seok Jin menanyakan identitas pria yang sedang berbicara dengan Jung Ki saat ini.

"Apa pria itu teman Jung Ki? Mereka sangat akrab," sambung Seok Jin lagi karena dia tidak menyangkan jika pria yang awalnya pendiam dan pemalu itu memiliki teman yang baik dan menjadi paling cerewet dengan orang-orang tertentu. "Pria itu bernama Min Yoon Seok."

"Untuk mengetahui seberapa akrabnya Jung Ki dengan Kak Yoon Seok, aku tidak begitu tahu. Hanya saja Jung Ki terlihat menjadi dirinya sendiri jika sedang bersamanya. Ini pertama kalinya aku melihatnya banyak bicara, dia masih sama seperti lima tahun yang lalu saat berbicara denganku," jawab Ji Min membuat Seok Jin terkekeh mendengar cerita Jung Ki dari mulut Ji Min.

"Aku melihatnya," respon kecil Seok Jin dan kembali melirik Jung Ki dengan pria yang Ji Min katakan memiliki marga keluarga Min itu sedang berbicara.

Keduanya mulai hening karena dua mata mereka melihat pada pemandangan yang sama dimana Jung Ki terkekeh kecil dengan pembicaraan kecil dari Yoon. "Bagaimana menurutmu soal pria bernama Min Yoon Seok?" tanya Seok Jin pada Ji Min karena pria imut itu masih melihat ke arah Jung Ki dengan tatapan tidak menyangka juga.

"Kak Yoon Seok sama seperti Jung Ki, Kak. Pria itu sangat irit bicara, mulutnya pedas karena selalu memaki padaku, dan dia pria yang sangat pemarah."

"Aku tidak bisa menjelek-jelekkan nama baiknya, tapi aku tahu benar jika pria itu memang benar-benar menyebalkan. Dia pelanggan dari lima tahun juga, tepat selama Jung Ki bergabung di caffe ini." Seok Jin menganggukkan kepalanya karena paham dan memilih kembali melihat ke arah Jung Ki dan pria yang lain lagi.

"Apa aku pernah mengatakan padamu jika aku memiliki pacar seorang pria padsmu, Ji Min?" tanya Seok Jin mengatakan privasi sexsualnya karena sejujurnya diantara ketiganya Seok Jin hanya datang setiap satu bulan dua kali untuk memberikan uang gaji pada kedua pekerjanya.

"Apa?" Ji Min benar-benar terkejut mendengar hal tersebut, Seok Jin yang baru pertama kali berbicara mengenai sexsualnya pada Ji Min membuat pria kecil itu benar-benar terkejut. "Bagaimana bisa kau mencintai seorang pria, Kak Seok Jin? Aku sama sekali tidak menyangka kau memiliki KELAINAN seperti itu," ucap Ji Min sedikit menaikan suaranya karena keterkejutannya dengan apa yang dia dengar baru saja.

"Park Ji Min," panggil Seok Jin saat pria itu benar-benar tidak tersinggung dengan respon terkejut Ji Min yang sudah Seok Jin duga.

Sebenarnya Kim Seok Jin bukan pria yang memiliki sikap cakap dan banyak bicara milik pria tinggi itu. Sayangnya Seok Jin hanya terkekeh kecil melihat respon Ji Min yang tidak bisa mengondisikan wajah keterkejutannya.

"Aku tahu aku mengejutkanmu, tapi yang membuatku sedikit tidak nyaman adalah sikapmu menasihatku, Ji Min. Aku tidak mempermasalahkannya, dan aku tahu jika yang aku lakukan dengan apa yang kau lakukan tidak sama."

"Kau hanya perlu mendengar dan melupakannya saja, Ji Min." Seok Jin menekan ucapannya agar Ji Min tidak salah paham terhadapnya. "Aku tidak bermaksud mengganggu privasimu terhadap kesukaanku."

"Aku hanya ingin mengatakannya padamu Ji Min, mungkin saja." Seok Jin melihat ke arah Jung Ki dan juga Yoon Seok yang saat ini sedang mengelus kepala Jung Ki dengan tangannya yang dominan memegang tanpa suara.

"Bisa saja pria bernama Min Yoon Seok juga memiliki kelainan sexsual, Ji Min. Tidak hanya seorang wanita dan pria yang bisa dicurigai jika satu sama lain saling bertemu dan membuka diri mereka masing-masing jika mereka tidak memiliki kesamaan saat bersama."

"Mencintai seseorang tidak harus sama, Ji Min. Jika mencintai dan dicintai hanya untuk mendapatkan kebahagiaan, aku tidak mendapatkannya. Tapi jika aku mencintai dan dicintai untuk mendapatkan kenyamanan, aku bisa bahagia."

"Ini hanya soal pola pikir, jika aku denganmu berbeda aku tidak menyalahkanmu ataupun bahkan menyalahkan diriku sendiri. Kau hanya perlu berbaur baik dengan kami." Seok Jin menjelaskan jika sexsualnya, matanya melihat pada Jung Ki dan Yoon Seok dan bagaimana Ji Min melirik benci pada Jung Ki karena bersama dengan seorang pria yang bisa membuatnya terbuka.

"Apa kau iri?" tanya Seok Jin tanpa sengaja berbicara pada Ji Min mengenai perasaannya dan kedekatannya dengan Jung Ki selama ini. "Maksudmu iri?"

Seok Jin terkekeh mendengar bagaimana pertanyaan lanjutan dari Ji Min dengan perasaannya saat ini. "Kau iri jika Jung Ki dekat dengan pria lain selain dirimu?"

"Aku bertanya padamu bukan dari segi sexsual, kau iri jika Jung Ki dekat dengan teman pria selain dirimu, Ji Min?" tanya Seok Jin saat itu membuat Ji Min hanya bisa terdiam tanpa mengatakan apapun karena tidak bisa. "Kak Seok Jin," sela Ji Min sedikit tegas.

"Kami hanya berteman," jelas Ji Min pada Seok Jin jika dia hanya bisa menyakini dirinya sendiri jika ini hanya rasa cemburu antara dirinya dengan Jeon Jung Ki. "Aku tahu."

"Tapi kau belum siap kehilangan itu." Ji Min menelan ludahnya sukar. Seok Jin menaikan satu alisnya pelan, pria itu sedikit terkekeh saat melihat Ji Min justru memikirkan hal lain yang jauh lebih berbahaya seperti terpeleset dalam ucapannya sendiri.

"Aku berkata jujur sebenarnya," balas Seok Jin begitu melihat perubahan kecil dan manis dari Yoon Seok dan Jung Ki saat berbicara dengan sangat dekat dimana Yoon Seok mendekatkan bibirnya pada telinga Jung Ki.

Mungkin saja apa yang ada di dalam kepala Seok Jin sekarang akan menjadi liar, hanya saja melihat tatapan Ji Min pada Jung Ki membuat Seok Jin sedikit gerah. Bukan bermaksud untuk menggiring opini dan membuat Ji Min menjadi seperti Seok Jin.

Hanya saja mencintai untuk mencari kenyamanan. Bukan mencintai, yang mencintainya untuk terasa menyakiti.

"Jika kau tidak menyukai bagaimana Jung Ki berinteraksi dengan orang lain kau seharusnya lebih berani berbicara. Kau tahu apa yang membuat Jung Ki tidak tahu apa yang kau inginkan?" Ji Min terkekeh mendengar apa yang Seok Jin katakan tentang dirinya dengan Jung Ki. "Kak, jangan bercanda." Seok Jin menggelengkan kepalanya pelan.

"Aku hanya menyarankanmu untuk berbicara terus terang, katakan saja jika kau kesal melihat Jung Ki dekat dengan orang lainya, hanya untuk berteman saja. Katakan saja Ji Min. Daripada kau membenci orang lain." Selesai mengatakan banyak hal menasihati Ji Min pada akhirnya pria itu pergi kembali ke ruangannya, Ji Min yang ditinggal pergi hanya bisa memutar bola matanya malas.

"Bagaimana bisa aku seperti itu," kesal Ji Min pada dirinya sendiri mengingat dan mencerna apa yang Seok Jin katakan padanya.

"Hahaha, sialan." Ji Min terlihat kesal pada dirinya sendiri, matanya melirik ke arah Jung Ki dengan Yoon Seok yang sedang sibuk berbicara Jung Ki masih belum selesai juga.

"Aish, pria itu." Ji Min mengeratkan kepalannya dan memilih berjalan menuju tempat biasa Jung Ki mebuat pesanannya membuat pria itu dengan cepat mengambil pekerjaannya.

"Maafkan aku, Kak Ji Min." Ya, pria itu yang berlati adalah Jeon Jung Ki. Selesai berbicara dengan Min Yoon Seok dan melihat Ji Min sudah lama menunggunya itu mulai geram dengan pekejraan rekan bisnisnya.

"Kau membuat pelanggan menunggu lama, Jung Ki." Ji Min terlihat sedikit kesal dengan sikap Jung Ki yang masih asik berbicara dengan temannya dan melupakan apa yang seharusnya dia lakukan.

"Maafkan aku, aku hanya sedang berbicara hal serius dengan Kak Yoon Seok tadi," jawab Jung Ki terlihat tidak ingin disalahkan dan membuat Ji Min semakin sensitif dibuatnya.

"Apa yang lebih penting dari pekerjaanmu daripada berbicara dengan pria itu, Jung Ki." Sepertinya Jung Ki mulai menyadari perubahan ekspresi Ji Min yang mendapati Jung Ki tidsk profesional dalam pekejraannya. "Maafkan aku Kak Ji Min, aku tidak akan mengulanginya lagi." Ji Min kembali duduk di tempatnya dan membiarkan Jung Ki menyelesaikan pesanannya dengan cepat.

Dua minuman berbau buah mulai selesai, dan Jung Ki mulai memberikannya pada Ji Min untuk diberikan dan keadaan mulai kembali canggung.

Dari sisi lain juga Jung Ki bisa melihat Yoon Seok terus melihat ke arah Jung Ki dan Ji Min untuk memberi koda pada Jung Ki jika apa yang Yoon Seok katakan padanya adalah fakta.

Bukan opini semata juga.

"Aish, Kak Yoon Seok membuatku dalam masalah. Aku tidak ingin memiliki masalah dengan Kak Ji Min, tapi Kak Yoon Seok terus menakutiku." Pria manis itu terus mengerutu dan kecil dengan bibir yang mengerucut lucu karena kekesalannya.

Mata Jung Ki kali ini melihat pada Yoon Seok, kembali pada Ji Min dan kembali pada Yoon Seok lagi. Apa Yoon Seok tidak salah?

Ah, maksud Jung Ki bagaimana bisa Yoon Seok berpikir tentang dirinya dengan Park Ji Min. Tidak mungkin juga, Jung Ki dengan Ji Min hanya rekan kerja saja, bagaimana bisa menjadi rekan yang lain.

Jung Ki yakin jika Yoon Seok hanya sedang menggodanya, tapi ada sedikit keanehan yang Jung Ki ingat saat ini.

Jung Ki kali ini mengingat apa yang Park Ji Min tanyakan padanya sebelum Jung Ki akan mengantar minuman dan cemilan untuk Min Yoon Seok.

/Apa kau memiliki hubungan serius dengan pria itu?/

Kali ini Jung Ki menyadari sesuatu, dia melihat ke arah Ji Min dengan mata melebar saat pria itu sedang berjalan ke arahnya dengan wajah sedikit musam.

"Tolong dua kopi hangat, Jung Ki." Ya, Ji Min berbicara padanya dengan nada ketus dan sedikit kesal.

Tapi, apakah mungkin?

Merasa malas menahan dan mencari tahu diam-diam, pada akhirnya Jug Ki memilih bertanya pada Park Ji Min.

"Kak," panggilnya. "Kenapa?"

"Apa kau sedang menyukai seseorang?"

Hanya menyukai tanpa mencintai, bukankah diizinkan?

sakasaf_storycreators' thoughts
Bab berikutnya