"Baba aku ingin naik ke sepeda roda tiga itu, namun Washu(anak ketiga dari kakak pertama) tak mau meminjaminya" Yuan Yuan
"Gantian saja, mungkin Washu masih ingin memainkannya"
"Tidak, dia sengaja tak mau meminjamkannya padaku"
(Washu berumur 3 tahun sedangan Yuan 2 tahun, jika bukan karena usia itu, mungkin Yuan Yuan yang di anggap lebih tua karena tubuhnya yang lebih besar dan lebih tinggi dari Washu)
"Kalau begitu jangan pinjam, bersabar sampai rumah dan kamu bisa memainkan mainan mu sendiri"
"Aku maunya sekarang baba bukan nanti"
Ibuku yang mendengar mencoba meminta Washu meminjamkan sepeda roda tiganya.
Namun dia masih enggan meminjami.
"Washu, pinjamkan sepeda mu, kamu bisa memainkannya sepuasnya setelah sodara mu pulang, jangan terlalu pelit" Ibunya agak marah dengan keras kepalanya anak ini
"Tidak perlu memarahinya kakak ipar, anak anak bertengkar dan itu sudah biasa, jika memang Washu tak ingin tak masalah, Yuan baik baik saja" Ucap ku
"Tidak tidak, anak ku ini memang perlu ku marahi, ada kerabatnya yang datang dari jauh namun begini balasannya" Kakak ipar lebih marah
Yuan Yuan kaget dan bersembunyi di belakang ku.
"Aku tak ingin pinjam lagi, aku tak mau naik juga" Kata Yuan Yuan takut dengan kakak ipar pertama (bisa di bilang bibinya?)
"Lihat, Yuan Yuan sudah mengerti, jadi tak perlu marah pada anak mu kakak ipar"
.
.
Jam 2 siang aku dan keluarga balik ke rumah keluarga Su.
Karena masih suasana tahun baru lunar, banyak kerabat yang terus berkunjung.
Di hari ke 4 barulah tak ada lagi.
.
.
Di hari itu juga aku harus kembali ke Beijing, karena cuti ku hanya 7 hari, 5 hari sudah ku gunakan, tinggal dua hari, satu untuk perjalanan dan satu untuk istirahat.
.
.
Pamit ke keluarga Su dan Yu, pulang di bawai oleh oleh, dan kami pun pergi tak lupa memberikan balasan, amplop merah untuk orang tua, isinya 200 yuan.
.
.
"Baba ada kuda" Yuan Yuan melihat peternakan kuda di sepanjang jalan menuju bandara
"Benarkah? Kamu menyukainya?"
"Suka, apalagi ketika aku dan mama naik di kebun binatang dulu, sayangnya baba tak ikut waktu itu"
"Kapan?" Tanya ku ke Yuan Yuan
"Dulu"
"Kapan?" Aku tanya ke Wanqiu
"Ketika liburan semester 4 adik, di hari pertama ku ajak mereka refresing ke kebun binatang"
"Oh yang itu"
"Baba selalu sibuk, namun tak apa, ada paman Hanqi, bibi Wenqi, bibi Pingping, bibi Qinqin, dan terbaru bibi Lushi yang selalu menemani ku bermain ketika di rumah" Yuan Yuan
"Ya mau bagaimana lagi, jika baba tak kerja dan menemani mu seharian di rumah, bisa bisa kita tak makan nasi besoknya dan kamu tak bisa minum susu lagi"
"Baba meniru kata kata mama ya"
Wanqiu beralasan kenapa Aku tak selalu ada karena aku selalu sibuk dan tak punya waktu luang, tapi ini demi kebaikan keluarga.
"Ya bukan meniru, tapi kan memang baba yang mengalami sendiri, lagian ketika baba di rumah, kamu malah main terus dengan paman Hanqi, baba selalu di kacangin, jadi baba pilih kembali kerja saja"
"Aku tak begitu, ketika baba pulang yang kemarin itu saja aku menyapa dulu, lalu kembali bermain"
"Hmmmm terserah kamu saja lah Yuan Yuan"
Anak ku terlalu fasih berbicara.
.
Di bandara.
"Baba, beli mainan untuk paman Hanqi"
"Paman mu bukan anak kecil, jujur saja kamu yang ingin kan"
"Tidak, paman Hanqi yang ingin"
"Oke oke, lalu mau beli kemana, kita di bandara loh"
Yuan Yuan menujuk tempat penjual minuman dan makanan di dalam bandara.
"Di situ" Yuan Yuan
"Apa ada mainannya? Itu tempat menjual makanan dan minuman loh"
"Lalu pesawat yang di pajang di meja itu bukan untuk di jual?" (Miniatur pesawat)
"Itu tidak di jual sayang, itu seperti ikonik, intinya tak dijual"
"Tak bisa terbang juga?"
"Ya tentunya tak bisa sebab itu ku lihat mungkin hanya kayu biasa"
"Kalau begitu tak usah beli, aku mau pesawat yang bisa terbang"
"Ya ya, beli saja ketika sampai rumah nanti"
.
Naik pesawat jam 9 pagi.
Jam 10 pesawat terbang.
Ku suruh Yuan Yuan tidur dulu karena perjalanan jauh, dia menurut untungnya, tak sama seperti di mobil, mungkin dia takut membuat tak nyaman penumpang lain.
Yuan Yuan sebenarnya hanya berisik ketika keluarga di sekitarnya saja, jika ada orang asing Yuan Yuan akan diam.
Ku pikir itu mungkin Yuan Yuan seorang introvert, namun sayangnya tebakan ku salah, Yuan ternyata telah belajar sopan santun.
.
Sampai Beijing pukul 3 sore.
Naik mobil yang ku parkirkan di bandara.
(Tagihan mahal namun itu bukan masalah besar bagiku, sebab daripada merepotkan orang rumah untuk menjemput atau naik taksi sampai rumah, kedua opsi itu tetap tidak nyaman bagiku)
"Suami, mari makan dulu, aku kelaparan" Wanqiu
"Mama mau makan apa?" Yuan Yuan kembali segar setelah di pesawat selalu diam dan tenang
"Makanan kesukaan mama tau?" Wanqiu
"Eh, emmm apa ya, baba beritahu aku"
"Bilang saja tidak tau, baba saja juga tak tau"
"Baba bilang tak tau, jadi aku juga tak tau mama"
"Huu, kalian berdua payah, mama saja tau makanan kesukaan mu dan baba mu"
"Benarkah ma? Lalu apa coba makanan kesukaan ku?" Yuan Yuan memberikan challenge
"Itu mudah, kamu paling suka dengan daging asap, entah itu sapi ayam atau babi, intinya di asap kamu suka memakannya"
"Bukan" Yuan Yuan berbohong
"Benarkah? Lalu siapa ya yang memakan daging asap yang mama simpan di lemari pendingin"
"Itu bukan aku ma, aku serius" Yuan Yuan berbohong
"Jangan berbohong, mama mu itu seperti peramal masa depan, dia tau segalanya, percayalah baba" Ucap ku
"Ehh! Benarkah begitu ma!"
"Hum benar sekali"
"Jadi mama tau kalau aku berbohong?"
"Ya tentu saja tau, mama hanya menggoda mu"
Yuan Yuan kaget.
"Tak perlu kaget begitu Yuan Yuan, lalu Istri bagaimana jika kita makan di resto hot pot?" Tanya ku
"Boleh saja, yang penting ada nasinya"
"Oke"
"Hotpot? Apa itu?" Yuan yuan belum pernah lihat
"Intinya kita akan makan daging yang di panggang"
.
.
Di restoran hotpot.
Pesan ruangan vip.
Pilihan menu reguler, sebab yang makan daging hanya bertiga saja, Kuan dan Jinping belum makan bahkan MPASI.
Wanqiu yang memesan, aku tinggal istirahat saja.
Yuan Yuan membantu memilihkan menu isian Hotpot
.
.
Makanan mentah datang, ada 20 porsi daging dan 3 mangkuk nasi, untuk minum hanya jus jeruk.
Paket reguler berisi, isian hotpot original, 4 porsi daging, dan 2 jus atau teh.
Jadi Wanqiu menambahkan beberapa.
.
"Tunggu sebentar Yuan Yuan, hot potnya panas, biarkan baba yang memanggangkan daging untuk mu" Wanqiu menahan sumpit Yuan Yuan
"Aku bisa sendiri ma"
"Jangan, ini bahaya, kuah di dalamnya juga panas, tangan mu tak sampai, cukup tunggu saja sebentar"
"Hmm baik ma"
"Tak perlu sedih begitu, ini makan punya baba dulu, baba akan makan di akhir, makan dengan nasi agar kenyang"
Ku berikan 4 potong daging yang sudah di panggang di atas nasinya Yuan Yuan.
"Terima kasih baba"
"Makan sup nya juga, isinya sosis kamu juga suka kan" Wanqiu menuangkan sup kr mangkuk dan memberikannya pada Yuan Yuan
"Oke"
.
Yuan Yuan masih kesusahan ternyata makan dengan sumpit, jadi ku ganti dengan sendok saja alat makannya.
.
.
1 jam dan kami pun pergi dari sana, tagihannya 120 yuan, mahal namun enak jadi sepadan harganya.
Yuan Yuan yang kekenyangan, tertidur di mobil, jadi selama sisa perjalanan ke rumah, kondisi mobil cukup tenang.
.
Jam 5 sampai rumah. (Kadang rumah kadang apartemen, intinya sama saja, tapi yang benar adalah rumah)
5 adik menyambut dan membantu membawakan barang barang bawaan kami dari desa.
.
.
"Ini mau dimandikan tidak Kuan dan Jinping?" Aku tanya.
"Kamu ajak Yuan mandi saja, biarkan aku yang memandikan Kuan dan Jinping"
"Baiklah"
Keluar kamar dan ku lihat Yuan Yuan sudah telanjang dan hendak mandi di kamar mandi bawah.
Ya sudah, ku bantu memandikan Kuan dan Jinping saja kalau begitu.
.
Jam 7 malam berkumpul.
Makan malam bersama dan merayakan tahun baru lunar dengan cara sederhana.
Urusan amplop merah pada 5 adik, ku serahkan pada Wanqiu, sebab jika aku yang mengurus, aku bisa di protes oleh Qinqin jika uangnya sedikit, namun jika Wanqiu yang memberi 5 adik tak berani protes.
.
.
Ketika aku sudah tertidur di jam 8, Wanqiu diam diam menelepon seseorang.
Ternyata dia menemukan nomor telepon Han Shi A di dompet ku, dia tau nama itu bukan nama Tiongkok, kemungkinan Korea, namun permasalahannya itu nama seorang wanita.
Wanqiu curiga dengan suaminya, kenapa dia menyimpan nomor seorang wanita dan alamatnya.
.
Pencet dan terhubung akhirnya.
"Halo" (Wanqiu dengan bahasa mandarin)
"Halo" (Shi A dengan bahasa Korea)
"Apa hubungan mu dengan suami ku" (Wanqiu langsung melabrak
"Maaf, ini siapa?" Shi A tak paham dengan omongan wanita di telepon
"Katakan apa hubungannya kamu dengan suami ku Yu Hajin!"
Shi A paham sedikit soal arah pembicaraan ini, sebab dia mendengar nama Yu Hajin, kemungkinan besar Hajin menagih uang yang ia pinjam namun lewat perantara.
"Maaf, saya sedang bicara dengan siapa ini? Apa anda punya hubungan dengan Yu Hajin?" Shi a dengan bahasa Inggris agar sama sama mengerti, harapannya begitu
Wanqiu lebih tak mengerti!
"Katakan saja tak usah bertele tele, apa hubungan mu dengan suami ku" Wanqiu tetap melanjutkan labrakannya
"Maaf, saya tak paham dengan ucapan anda, tolong bicara bahasa korea atau bahasa Inggris"
"Inggris? Tunggu sebentar"
.
Wanqiu memanggil Qinqin untuk sebagai translator.
Qinqin binggung dengan apa yang di suruh kakak iparnya ini, sebab tadi dia di suruh untuk berbicara dengan Bahasa Inggris di telepon.
"Halo, ini dari keluarga Yu, maaf kakak ipar ku tadi tak paham dengan bahasa anda, intinya begini apa hubungan anda dengan Yu Hajin" Qinqin lumayan fasih berbahasa Inggris
"Oh itu tadi kakak ipar mu, maaf juga aku tak paham bahasa mandarin dan kakak mu tak mengerti juga bahasa Inggris atau Korea, biarkan saya memperkenalkan diri dulu, saya Han Shi A, saya orang Korea, lalu urusan dengan tuan Yu Hajin, sebenarnya tak enak untuk di bicarakan dengan orang lain, sebab ini masalah pribadi ku dengan dirinya" Ambigu!!
"Hah?" Qinqin kaget, apa maksudnya masalah pribadi di antara dua orang ini!
"Bagaimana katanya?" Wanqiu berbisik
Qinqin menutup mic telepon.
"Dia Han Shi A, dari Korea, untuk hubungannya dengan kakak, katanya itu masalah pribadi dan canggung jika di bicarakan dengan orang lain" Qinqin
"Hah? Masalah pribadi? Tak mau mengatakan! Katakan padanya yang menghubunginya itu istrinya, jadi dia harus menjawab dan menjelaskan!" Qinqin jadi ikutan kena marah Wanqiu
"Baik kakak ipar"
.
"Yang menghubungi mu tadi, istrinya jadi tak perlu ragu untuk mengatakan, saya hanya sebagai penerjemah, intinya katakan saja apa masalah pribadi itu? Kakak ipar ku ini sedang marah dan mengira suaminya selingkuh di belakangnya" Qinqin di telepon
"Hah? Selingkuh? Tidak tidak, bukan begitu masalah pribadinya, astaga maaf maaf karena ucapan ku membuat kalian salah sangka, aku itu sebenarnya punya hutang dengan Tuan Hajin, aku dua minggu lalu kesusahan ketika di Tiongkok, kehabisan uang, tak bisa kembali ke korea dan bayar hotel, nah waktu di lobby hotel aku bertemu dengan Hajin, dia meminjami ku uang untuk ku bayar hotel dan Pulang ke Korea, ku kira ini mau menagih hutangnya, masalah pribadi yang ku maksud ya bayar hutang itu, tapi maaf sekali sekarang aku masih belum punya uang, berikan aku waktu satu minggu lagi, tidak maksud ku 1 bulan lagi"
"Oh ternyata begitu!"
.
.
Qinqin aman dari amukan Wanqiu, sementara Wanqiu sekarang tak punya rasa yang mengganjal di hatinya, sebab dia terus menahan sejak dia dan keluarga pulang kampung, dia menemukan nomor itu ketika menyiapkan pakaian untuk suaminya, tepatnya di temukan di dalam dompetnya.
.
.
Wanqiu ikutan tidur dan menyela dalam pelukan ku yang tadi ku peluk adalah guling.
Sempat terkejut karena ku kira siapa.
"Tak perlu bangun, kembali tidur" Wanqiu
"Kamu habis dari mana?"
"Dari ke kamar mandi luar tadi"
"Oh"
Tak curiga apapun padanya.
.
.
28 Januari 1983
Masih dalam suasana libur.
Jadi di pagi hari kegiatan ku hanya ngopi dan baca koran di teras, Hanqi menemani ku sebab dia sedang luang pagi ini dan baru akan ada kelas di siangnya.
"Hanqi, kuliah mu nantinya akan menjurus ke hukum perdata atau pidana?" (Ilmu hukum sebelum bercabang di jaksa atau pengacara, bercabang dulu di perdana atau pidana)
"Aku berniat jadi Pengacara kak, jadi aku memilih hukum perdata, namun aku juga mempelajari hukum pidana"
"Bukannya terlalu ribet jika mempelajari keduanya?"
"Tak juga, aku mempelajari hukum dari dasar, aku menyimpulkan seseorang yang ahli hukum itu sebenarnya mengingat hal penting dan mempelajari secara keseluruhan ketika ada perkara, hal ini sama seperti dokter ketika menganalisis penyakit, dokter tak serta merta langsung memberikan obat, dokter yang baik pasti mempelajari obat untuk penyakit pasien, ditanya dulu pasien punya alergi ataupun gejala lain ketika obat di konsumsi, dll, itu semua susah di ingat sebab ada banyak materinya, maka dari itu cukup ingat intinya saja dulu, perlahan pasti juga akan ingat semua"
"Hahaha, aku suka kepercayaan dirimu itu, oh iya aku sebenarnya juga ingin sekolah di Universitas, menurut mu apa perlu?"
"Menurut ku perlu dan tidak dalam kondisi tertentu, contohnya passion kakak adalah bisnis, maka tak usah pergi ke Universitas, sebab bisnis itu ilmu terbaiknya bukan dari teori melainkan dari pengalaman di lapangan secara langsung, lalu alasan perlu kuliah adalah ketika kakak tak yakin dengan masa depan nantinya, seperti bingung persaingan kerja makin berat, sdm yang membaik membuat pekerjaan susah di dapat, lalu lulusan rendah hanya kerja di pabrik atau petani, gaji pas pasan, sebenarnya pilihan itu tergantung kakak sendiri, sebab kakak yang menjalaninya"
"Aku ingin kuliah sebenarnya untuk memastikan posisi ku di perusahaan Penyiaran, sebab aku takutnya aku bisa di tendang kapan saja karena lulusan ku hanya SMP, mungkin aku akan kuliah setelah mengikuti kejar paket C"
"Itu bagus kak, open minded adalah pemikiran yang harus di miliki orang yang ingin berkembang, jangan berpuas diri dengan yang sekarang, tapi sebisa mungkin tetap low profile dan mengembangkan kemampuan diri"
...