"Yeliiiiiin," panggil dosen Yupi ketika melihat Yelin sudah sampai di depan pintu kelas sekarang. Yelin terengah-engah dengan sesekali menunduk dan mendongak, mencoba mengatur pernafasan, bahkan meskipun sudah seperti itu masih bisa sedikit cengengesan. Ketakutannya memang selalu dia tutupi dengan keceriaannya, memang dia selalu begitu dalam menghadapi situasi dan kondisi apapun supaya tidak terlihat gugup dan merasa bersalah. Pokoknya dia tidak mau dikalahkan lagi oleh dosen yang menurutnya menyebalkan ini. Tidak mau kejadian dulu terulang lagi.
Kakinya pun dengan lincah dilangkahkan kembali agar cepat masuk ke dalam kelas, tak memperdulikan kedua mata yang sedari tadi memandanginya sudah secara perlahan membunuhnya. Bahkan dosen Yupi memanggil ulang Yelin. Kali ini dengan memanggil nama panjangnya.
"Yelindra Felisia?" ulang dosen Yupi dengan sangat geram. Kedua tangannya sudah saling mencengkeram erat, hingga menimbulkan bunyi nyaring dan menakutkan di telinga Yelin. Sehingga Yelin mengurungkan untuk berjalan dan berdiam mematunh. Ia pun membatin.
'Waduuuuh mati akuuu. Padahal tadi aku lari dengan sangat cepat, tetap saja terlambat. Capek sekali rasanya aku. Tulangku serasa patah. Kini aku akan diberi hukuman apalagi yaaaa, hmmmm hais. Kenapa dia selalu tepat waktu siiiih. Mending tadi aku bolos saja. Pokoknya benar-benar gawat ini. Tapi kalau bolos juga nanti bisa-bisa mata kuliahku tak diluluskan olehnya. Secara geografi adalah mata kuliah yang sulit ditempuh dan malahan dia yang menjadi dosennya. Apesnya hidupku.'
Yelin kini sesekali melirik ke arah kedua sahabatnya. Yaitu Yesi dan Yera. Bermaksud untuk meminta pendapat dan bantuan mereka. Namun, keduanya yang tidak tau harus melakukan apa. Hanya bisa menggerakkan kedua bahunya dengan tersenyum kebingungan. Merasa menyesal tidak bisa membantu Yelin.
"Lagi-lagi kamu terlambat mengikuti mata kuliahku Yelin. Apa kamu sudah bosan dan tidak bersungguh-sungguh maupun berniat kuliah lagi? Kalau tidak ya sudah tinggal aku cabut saja beasiswa mu, setelah itu kamu bisa meninggalkan tempat ini sekarang, beres deh. Lagian aku sangat membenci mahasiswa atau mahasiswi yang sungguh tak bisa bertanggungjawab seperti kamu," seru dosen Yupi menceramahi Yelin. Dia benar-benar sangat kesal karena Yelin selalu langganan untuk telat. Tidak merupakan teladan yang baik untuk semuanya.
Yelin hanya bisa diam dan mendengarkannya. Ia memang mengakui kalau dia salah. Tapi dalam hatinya dia benar-benar sangat kesal, ingin rasanya menguliti pak Yupi itu. Tapi ditahannya karena dia benar-benar tak akan bisa melawannya. "Baiklah, Pak. Saya akui saya salah. Maafkan saya. Saya tidak akan mengulanginya lagi. Bapak bisa melakukan apapun untuk menghukumku. Tapi jangan yang berat-berat yaaaa, Bapak kan baik, ganteng dan gagah melebihi apapun."
Meskipun sudah seperti ini masih saja Yelin merayu sedemikian rupa. Itu membuat semuanya tertawa, sedangkan pak Yupi semakin murka. Wajahnya memerah, disamping dia malu juga sangat kesal dan siap untuk menyemburkan larva. Setelah itu dia semakin mendekat ke arah Yelin dengan berkacak pinggang.
"Kamu merayuku? Benar-benar hebat. Kalau begitu maukah kamu menikah denganku?" Sontak ucapan pak Yupi itu membuat Yelin menganga tak percaya. Bahkan semua temannya saling bertukar pandangan dengan sempurna, tak percaya dengan apa yang mereka dengar. Bahkan mereka beranggapan, mungkin itulah yang dibilang jodoh. Sering berantem dan akhirnya tumbuhlah benih-benih cinta.
Dengan cepat semua teman Yelin langsung bersorak dan bertepuk tangan. Bersemangat sekali dan serempak berucap dengan kerasnya. "Ciye, ciyeeee. Asyiiiik. Ayo Yelin! Terima! Terima! Kami semua mendukungmu. Yeeeee hup, hup, horeeeee."
Dalam ruangan ini, sekarang sungguh riuh rasanya. Bahkan Yelin dan pak Yupi tak bisa menyangkal atau berucap apapun. Padahal Yupi memang sengaja seperti itu untuk mencandai Yelin karena gemas dengan keterlambatannya. Tapi ternyata dia salah bercanda. Makanya sekarang dia menepuk jidatnya keras.
Sementara Yelin yang sudah mengerjap, dia menatapi semua teman-temannya dengan menggelengkan kepala seraya tangannya melambai, tanda tidak, itu semua tidak benar dan tidak akan terjadi.
"Stooooooop! Jangan dibahas lagiiii. Ini semua tidak benaaaar. Diam! Diam semuanyaaaaa!" teriak Yelin dengan berani hingga terlihat otot di lehernya kentara. Karena dia sungguh tak tahan dengan sorakan temannya. Hingga membuat semua terdiam membeku sekarang. Teriakan Yelin memang sungguh luar biasa, membuat semua orang takut. Memang dia berwatak keras dan tegas, jadi tidak ada yang akan berani melawannya.
Yelin pun kini bergantian menoleh ke arah pak Yupi dengan mata yang disipitkan, mencoba meminta penjelasan terhadap apa yang beliau ucapkan. Bahkan Yelin terlihat frustasi. Rambutnya diacak dengan kasar. Hingga terlihat dia sedikit berantakan sekarang. Dan ketika pak Yupi masih diam membisu. Yelin pun bertindak.
"Pak, jelaskan! Kenapa Bapak berucap begitu tadi, apakah memang karena Bapak benar-benar menyukaiku? Kalau benar seperti itu. Sorry saya tidak tertarik. Karena saya sudah mempunyai pacar, oke! Jadi mohon Bapak tak berucap aneh-aneh yaaa. Maaaf banget tak bisa menerima Bapak. Karena Bapak sudah telat, terimakasih atas perhatiannya kepadaku."
Setelah Yelin mengucapkan itu. Yupi pun tertawa terbahak-bahak karena ucapan Yelin yang begitu konyol menurutnya. Segitunya dia menanggapi ucapannya. Bahkan sekarang pak Yupi tak bisa berhenti tertawa.
'Apa dia gila? Benar-benar tidak waras pokoknya pak Yupi itu. Ingin aku mencekiknya sekarang juga. Jadi? Maksud tawanya apakah karena dia hanya mencandaiku? Kalau benar seperti itu, hmmmm benar-benar bikin malu. Pokoknya aku akan meminta kerugian terhadapnya.' Batin Yelin. Yang kini mencoba menyentak pak Yupi dengan menjentikkan jari jemarinya, supaya Yupi juga menghentikan tawanya.
Lalu Yupi pun benar-benar terhenti. Bukan karena jentikan Yelin, tapi memang karena dia sudah puas untuk tertawa. "Baiklah, karena aku sungguh senang hari ini, jadi tiada hukuman untukmu, kamu boleh duduk sekarang! Dan besok kalau kamu telat lagi dan lagi, pastinya sudah tiada ampun lagi."
"Ehhh terimakasih, Pak." Yelin pun langsung berhamburan dan duduk di tempatnya. Tidak mau menunggu lama lagi. Takutnya dosen sintingnya itu berubah pikiran. Makanya dia harus cepat-cepat sekarang. Ia yang bad mood tak menyahuti kedua sahabatnya yang mecolek dirinya. Yelin hanya bisa berpandangan ke depan. Memperhatikan Yupi dengan kegilaan dan keanehannya sekarang.
Bahkan Yupi sesekali memainkan wajahnya dengan bibir yang dimonyongkan. Lalu dia berceloteh. "Sekarang temanya bakti sosial. Jadi tidak ada mata kuliah yaaaa. Tapi kalian bisa melakukan bakti sosial dengan pembelajaran. Paham kan maksud saya? Pokoknya kaitkan bakti sosial dengan ilmu geografi, pastinya ada, oke! Nanti jam 8 semua berkelompok ke daerah yang agak terpencil, tak seberapa jauh dari kampus ini. Nanti ikuti arahan saya. Dan sekarang bentuklah kelompok secepatnya! Jangan lupa sisihkan uang kalian untuk bahu-membahu membantu warga yang tidak mampu."
"Baiklah, Pak. Siap laksanakan! Pastinya kami mematuhi perintah, Bapak," ucap semuanya serempak. Meskipun semua pada malas karena tugasnya sungguh dadakan tapi tetap harus melaksanakan tugas ini.