webnovel

Hari perkenalan [bagian ke-1]

Hari semakin larut, setelah penandatanganan kontrak beberapa saat yang lalu Camelia tidak bisa pulang atau pun pergi kemana pun. Gadis cantik ini harus menerima nasib malangnya dan tinggal dirumah yang terasa bagaikan penjara ini selama yang majikannya itu mau. Iya begitulah akhir hidup Camelia, ketika dengan polosnya dia rela mengorbankan hidup dan masa depannya demi seorang wanita kejam nan licik yang dia panggil sebagai ibu.

Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, jika Camelia harus berpura-pura menjadi kekasih Rey untuk menyenangkan sang ibu. Dan hal itu harus terus dia lakukan sampai mereka menikah kemudian bercerai. Proses yang teramat panjang, dan jika gadis ini membayangkannya saja sudah membuat merinding seluruh tubuh. Jujur saja Camelia begitu takut, bagaimana jika lelaki itu tidak menepati janjinya?! bagaimana jika Rey memperlakukan dia semakin buruk?!

"Astaga memikirkannya saja aku sudah sangat takut! bagaimana ini apa keputusanmu dalam mengambil pernikahan kontrak itu adalah salah? Rey, dia adalah lelaki yang sangat kejam dan jahat. Bahkan mungkin tidak akan segan untuk menyakiti gadis miskin seperti diriku. Aku sangat takut jika dia tidak menempati janjinya lalu datang untuk menghabisi ibu! ya Tuhan kenapa pikiranku selalu saja berfikiran buruk tentangnya!"

Camelia begitu resah, gelisah seolah tidak bisa berfikir dengan baik. Padahal besok adalah hari dimana dia harus melakukan semua hal yang sudah dipersiapkan Rey, lelaki itu bahkan menuliskannya secara rinci dalam sebuah kertas. Dan Camelia harus melakukannya dengan baik dan benar. Karena jika tidak mungkin bisa saja dia mendapatkan perlakuan kasar dari lelaki arogan itu.

Beberapa hal yang tertulis disana adalah berbicara sopan dan manis dihadapan ibunya Rey, kemudian menjelaskan jika mereka bertemu disebuah taman tempat biasa lelaki itu pergi kesana. Jujur saja ini sangat menggelikan, Rey pandai sekali bersandiwara. Dia mengatur semua yang dia inginkan dengan sangat mudah, tidak seperti hidup Camelia yang bisa dikatakan begitu sulit dan juga penuh kepedihan. Karena untuk mendapatkan senyuman dari sang ibu dan juga kakaknya saja dia harus bekerja sangat keras dalam mendapatkan uang. Karena dengan begitu, kedua orang itu bisa menerima dirinya dengan baik. Jujur saja gadis ini sangat iri dengan kehidupan Rey, dia begitu kaya dan memiliki orang-orang yang setia bekerja disampingnya. Hanya saja kenapa lelaki itu memiliki sifat yang kejam?!

Camelia menarik nafasnya pelan, dia masih memandangi kertas yang ada dihadapannya itu dengan penuh bimbang. Semua kata-kata yang dituliskan lelaki itu sungguh sulit untuk dia pelajari, bahasanya sungguh aneh dan tidak biasa dia gunakan sehari-hari. Belum lagi dengan cara duduk saja harus di atur sedemikian rupa, ini bukan kontes kecantikan atau ajang mencari bakat bukan? tetapi kenapa Camelia harus melakukan semua ini? benar-benar merepotkan.

Karena merasa lelah dengan pelajaran dadakan malam ini, gadis itu pun tertidur lelap dengan kertas ditangannya. Lagi pula dia harus bangun pagi sekali besok untuk bersiap-siap menyambut wanita yang sangat disegani oleh Rey.

***

Waktu menunjukkan pukul 06.00

Camelia sudah duduk di depan cermin besar nan mewah dengan beberapa pelayan disampingnya, mereka membawa semua perlengkapan yang dibutuhkan gadis ini untuk merias diri. Namun untuk pakaian belum terlihat karena Rey yang akan memilihnya sendiri. Para pelayan itu mengubah semua yang ada dalam diri Camelia, mereka bahkan mencukur sedikit alis yang terlihat berantakan itu agar terlihat bagus dan rapi. Memotong sedikit rambut bercabang yang mengganggu penampilan Camelia, dan setelah dirasa cukup mereka mulai merias wajah mulus itu dengan polesan make up yang tipis namun elegan.

Dan setelah selesai beberapa menit, Rey datang kemudian melihat hasil kerja pada pelayanannya. Dia cukup puas karena gadis itu tidak terlihat terlalu buruk dan kampungan.

"Pergilah!" perintah Rey kepada para pelayannya.

Kini dikamar mewah itu hanya tinggal mereka berdua, Rey menatap gadis dihadapannya yang hanya berbalut handuk ditubuhnya. Dia menyodorkan sebuah dress cukup pendek kepada Camelia, dengan warna pink muda yang sangat cocok dengan aura polos gadis itu. Camelia menatapnya, dress itu sangat cantik dan terlihat mahal.

"Apa ini untukku?" tanya gadis itu.

"Iya, sekarang pakai cepat. Aku akan menunggu diluar. Jika ibuku sudah datang kemari, aku akan segera menjemputmu. Dan ingat satu hal Camelia! jangan lakukan kesalahan apapun." tegas lelaki itu dengan tatapan tajamnya.

Camellia mengangguk patuh, di mulai bersiap untuk menemui ibu dari lelaki yang sudah menjadi tuannya itu. Mungkin tidak akan lama lagi Rey kembali dan menjemputnya, oleh karena itu dia harus berusaha dengan baik.

Ditempat lain, Rey yang saat itu sedang duduk diruang tamu sembari membaca sebuah koran ditangannya dikejutkan dengan suara mobil yang masuk ke halaman rumahnya. Suara ketukan sepatu yang nyaring menambah semakin yakin jika yang datang adalah ibunya, dan benar saja karena yang datang itu adalah nyonya Yuna. Di datang bersama Anggun, wanita yang hendak dijodohkan dengan Rey.

"Ibu sudah datang? rasanya pagi sekali." ucap Rey sembari menatap jam tangan miliknya.

Nyonya Yuna tersenyum manis. "Kenapa? apa kedatanganku membuatmu kecewa Rey? sekarang dimana wanita yang akan kau kenalkan kepada ibumu itu. Aku sangat ingin melihatnya."

Rey tersenyum balik. "Ibu tunggu sebentar, aku akan membawanya kemari."

Rey kembali ke kamar untuk menyusul Camelia disana, jujur saja ini sangat menegangkan karena dia takut jika sampai gadis itu melakukan sebuah kesalahan yang fatal. Dan ketika lelaki ini membuka pintu, dia melihat Camelia sedang duduk manis di depan cermin besar. Dengan segera Rey pun mengajaknya untuk pergi.

"Kemarilah, ibuku sudah menunggu di ruang tamu. Jadi kau bersikaplah untuk sandiwara kita."

Rey menggenggam erat lengan mungil gadis itu, mereka berjalan layaknya pasangan yang sedang dimabuk asmara. Senyuman manis pun Camelia pasang hanya untuk menambah sandiwara ini semakin terasa nyata, dan ketika mereka sampai diruang tamu nyonya Yuna menatap gadis itu dengan rasa kagum. Wajahnya sangat cantik, apalagi dengan senyuman manis yang teramat polos membuatnya begitu gemas. Selama ini Yuna memang memimpikan seorang anak gadis didalam hidupnya, namun Tuhan berkehendak lain. Dia hanya mendapatkan dua orang anak lelaki yang tampan setelah kepergian putri pertamanya yang meninggal karena kecelakaan dimasa lalu.

"Nona, siapa namamu sayang?" tanya Yuna dengan nada yang ramah.

Gadis ini tersenyum lalu memberikan salam kepada ibu dari lelaki arogan itu. "Camelia, senang bertemu dengan tante."

Yuna tersenyum lebar, gadis ini benar-benar mengingatkan dia pada putrinya yang sudah meninggal. Caranya menatap, tersenyum, benar-benar sangat mirip. Sementara itu Anggun yang merasa begitu tersaingi hanya bisa terdiam dengan wajah kesalnya, dia bisa menebak jika gadis yang Rey bawa adalah seorang gadis kampungan. Dia berjalan dengan sombongnya kemudian menatap Camelia dari arah dekat.

"Camelia, nama yang bagus. Perkenalkan, namaku Anggun."

Lengan itu mencengkram erat Cemilan, dia tidak mengerti kenapa gadis bernama Anggun itu melakukan semua ini padanya.

Apa salahku? kenapa dia mencengkram lenganku kuat sekali..

Bab berikutnya