"Kamu baru pulang bekerja? Kenapa tidak memesan taksi online? Lalu dimana payungmu? Apa kamu sedang ingin sakit?" tanya Difky pada Ameera saat mereka dalam perjalanan menuju rumah Ameera.
Ameera membenarkan jas Difky yang ia kenakan berlapis dan menjawab pertanyaan pria itu dengan anggukan.
"Kamu tidak mendengarku?" tanya Difky lagi.
"Aku sudah mengangguk," sahutnya ketus.
"Apa? Kamu pikir dengan anggukan semuanya sudah terjawab?" suara pria itu meninggi.
"Kenapa kamu marah?" Ameera meninggikan suaranya juga, dia lalu menatap Difky yang sedang menyetir itu.
Difky mehela napas panjang.
"Jika kamu ada masalah, jangan lampiaskan pada orang lain," gerutu Ameera yang segera mengalihkan pandangannya ke jendela.
"Dimana payungmu?" suara Difky cukup pelan kali ini.
"Rusak," sahut Ameera. "Aku menggunakannya sebagai senjata untuk melawan tiga pria sialan!"
"Pria … siapa?" tanya Difky memastikan pendengarannya.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com