Setelah itu, Asheel langsung mengambil Crystall Blood Essence tanpa Yin Mei menyerahkannya terlebih dahulu.
Setelah menyorotkannya ke sinar matahari agar Asheel bisa melihat kemurnian esensi darah yang dia terima, dia mengangguk puas. "Mm, ini sangat baik."
Gedebuk!
Asheel memandang ke bawah pada Yin Mei yang tiba-tiba bersujud tepat di hadapannya.
"Terima kasih pada Penguasa karena telah membiarkan Yin Mei mendapat kesempatan. Yin Mei tidak akan lupa hutang budi ini, jadi jika Anda membutuhkan sesuatu dari saya, saya sendiri akan melayani Anda sekuat tenaga."
Asheel mengangguk, "Mari lakukan seperti itu."
Kemudian, dia kembali ke tempat duduknya. Sera sedikit menatapnya dan mengerti kenapa Asheel menginginkan Blood Essence dari Yin Mei.
Tidak lain tidak bukan adalah untuk Yasaka.
Sebagai rubah berekor sembilan, meski sudah sangat kuat, tapi Yasaka tetap terbilang sebagai mitos fana. Kekuatannya tidak bisa menyamai para dewa dari dunia yang sama.
Faktanya, dia masihlah bawahan dari para Pantheon Dewa Shinto yang menguasai Jepang. Yasaka adalah salah satu dari dua orang pemimpin Faksi Youkai, meski telah menyatakan jika faksinya telah tunduk pada suaminya, pada kenyataannya hal itu masih disembunyikan dari kebenaran publik.
Masalah politik dari berbagai kekuatan di sana memang sangatlah rumit. Jika Yasaka memproklamirkan dirinya begitu saja, sulit dibayangkan bagaimana reaksi dari kekuatan lain, terutama Pantheon Dewa Shinto.
Dapat dipastikan mereka akan sangat murka pada Yasaka. Banyak hal yang harus dipertimbangkan saat seseorang menjadi seorang pemimpin.
Asheel tidak mempedulikan itu semua. Alasan dia bisa berada di dunia itu hanya karena dia takut akan kelahiran Chaos berakal selain dirinya, yang pada akhirnya malah menjadi kesalahan perhitungannya karena orang dalam prediksi ternyata adalah Asheel sendiri yang akan mengalami Chaos Distraction.
Sekarang Asheel sudah berada di dunia itu dan terlibat dengan beberapa orang di dalamnya, tentu saja dia harus bersikap peduli pada mereka.
Asheel selesai mengenang dan ekspresinya kembali acuh tak acuh lagi. Yin Mei juga tidak mengatakan apa-apa lagi dan berdiri di pojokan, bersikap seperti pelayan pribadi keluarga kecil itu.
Saat itu Asheel memperhatikan Yin Mei dan merasakan sesuatu. "Kau memiliki bau yang agak familiar dari ingatanku?"
Yin Mei tertegun sejenak dan tidak mengetahui maksud Asheel. "Mohon maaf, maksud Anda?"
"Maksudnya, kau memiliki bekas yang tertinggal dari orang yang sama yang pernah dia temui." Sera kali ini menjelaskan.
"Apakah itu benar?" Mata Yin Mei tiba-tiba melebar, sebagai dirinya sendiri, tentu saja dia sangat mengetahui bau siapa saja yang pernah dia tinggalkan di tubuhnya.
Sosok pemuda yang berani, memegang pedang di tangannya, dan menciptakan miliaran cahaya kilauan pedang saat pedang itu turun. Pemandangan-pemandangan itu secara alami berputar di benaknya.
Sosok pemuda itulah yang pernah membuat Yin Mei jatuh hati padanya, tapi pada suatu saat pemuda itu menghilang. Tidak ada yang tahu bagaimana pemuda itu tiba-tiba menghilang.
Padahal, pemuda itu adalah orang yang lebih kuat darinya, dan pernah menjadi jenius tertinggi di jalan pedang.
Yin Mei sudah mencarinya dengan seluruh kehidupannya sendiri, tapi masih tidak menemukannya. Tapi saat pertemuan kedua mereka, Yin Mei diberi pemandangan yang sangat mengejutkan.
Pemuda itu membantai semua makhluk, entah itu dari berbagai ras dan etnis, tangannya sudah berlumuran darah dari berbagai jenis orang yang telah dia bunuh.
Yin Mei jelas tidak mempercayainya begitu saja, dan saat kedua tatapan mata mereka bertemu, ada jejak perasaan bersalah dan minta tolong. Hal itu membuat Yin Mei lebih mencemaskannya, tapi sejak saat itu keduanya tidak pernah bertemu lagi.
Setelah menyelidiki masalahnya lebih jauh, Yin Mei juga tahu jika pemuda itu ternyata telah menjadi bawahan dari orang lain, yang membuat Yin Mei bingung apakah pemuda yang dia rindukan telah mendapatkan kebahagiaannya atau tidak.
Hal itulah yang membuat Yin Mei menjalani kehidupan manusia di sebuah kota besar dan tidak terlibat lagi dalam urusan dunia kultivasi. Alasan yang sama juga mengapa dia menyukai orang yang pemberani.
Oleh karena itulah saat dia melihat Chen Yang sebelumnya, Yin Mei menjadi ingat dengan kekasihnya yang dulu.
Pada saat ini, ketika Asheel menyebutkannya, mau tidak mau dia dibuat mengingat kembali. "Apakah Anda benar-benar pernah bertemu dengannya? Kalau boleh lancang, dapatkah saya mendengarnya lebih lanjut...?"
Asheel sedikit terkejut dengan ledakan antusiasme Yin Mei yang tiba-tiba, tapi kemudian dia mengerti jika orang yang dibicarakan memiliki hubungan yang mendalam dengan Yin Mei.
"Aku hanya merasakan aura orang yang pernah melawanku dalam dirimu."
Saat Asheel selesai mengatakan itu, ekspresi Yin Mei tiba-tiba jatuh. Pernah melawan Penguasa Kekacauan? Bukankah itu berarti dia telah mati?
Jadi, pemuda yang dia rindukan telah dibunuh oleh pria yang sedang menikmati hidangan yang dia buat tepat di depannya? Ekspresinya tiba-tiba menjadi rumit.
Asheel tahu mengapa Yin Mei memasang ekspresi seperti itu. Saat berhadapan dengan Penguasa Kekacauan, sangat jarang ada orang yang selamat. Sebagian besar kepulangan mereka hanya menyisakan nama saja. Itulah kenapa Yin Mei berpikir jika Asheel telah membunuh orang yang dirindukannya.
Hal itu sangat wajar jika membicarakan tentang Penguasa Kekacauan.
Asheel juga tidak terlalu ingin direpotkan dengan mengingat-ingat orang yang tidak terlalu dia kenal. Tapi dia sepertinya membuat Phina memandang rendah dirinya karena membuat seorang wanita sedih.
"....." Jika akal sehat sudah benar sejak awal, bukankah sebelumnya Asheel bahkan memaksa Yin Mei memberinya esensi darah dengan teror dan ketakutan?
Saat itu, ekspresi Phina biasa saja, tapi saat ini tatapan mata itu sangat menusuk kulitnya. Meski Asheel memastikan jika ekspresi Phina tidak berubah dari awal hingga sekarang, tapi dia berpikir terlalu banyak jika Phina akan kecewa dengan papanya.
Hal itu membuat Asheel sedikit panik, mengusap keringatnya yang tidak ada. Sepertinya tidak ada pilihan lain lagi selain mengingat dengan siapa dia bertemu orang yang memiliki aroma pada tubuh Yin Mei.
Lagipula, jika Asheel tidak memulai pembicaraan dengan Yin Mei sejak awal, dia tidak akan membuat Phina kecewa padanya.
Walaupun Asheel tidak tahu apakah hal yang dirasakannya saat ini benar atau tidak, tapi lebih baik segera menyelesaikan masalahnya.
Segera, Asheel mulai menggali ingatannya sendiri. Hanya dalam waktu singkat, dia telah menemukannya.
"Aku ingat."
Perkataannya membuat perhatian Yin Mei tertuju padanya. Saat ini, Yin Mei sangat gugup, kebenaran apakah yang akan keluar dari mulut Asheel?
"Dia sudah mati."
"....." Ekspresi itu sudah diharapkan, wajar jika Yin Mei menjadi lebih sedih. Tapi meski begitu, dia sedang berperan sebagai pelayan dan oleh karena itu dia harus bertindak kuat.
"Tapi bukan aku yang membunuhnya." Asheel melanjutkan perkataannya, yang setara dengan menjatuhkan bom bagi Yin Mei.
"Apa?!" Yin Mei sangat terkejut, menepis semua spekulasi yang dia pikirkan sebelumnya. Dia pernah berpikir jika Penguasa Kekacauan membunuhnya, tapi tersangka mengkonfirmasinya sendiri dengan bobot dalam perkataannya.
Meski Yin Mei sempat meragukannya, tapi dari temperamen Penguasa Kekacauan sendiri, Yin Mei percaya jika tidak ada alasan untuk berbohong.
"Bisakah Anda memberi tahu siapa yang telah membunuhnya?"
Mata berkaca-kaca, dengan ekspresi memohon, Asheel melihatnya tepat di penglihatannya langsung.
Dia menutup matanya dan membuka mulutnya, "Err, aku lupa namanya."
Kemudian, dia hanya bisa menatap Sera sebagai orang yang mengetahuinya.
Sera sepertinya tahu tujuan Asheel menatapnya, karena sudah sampai sejauh ini maka dia akan membantunya. "Tuan Muda Yogghgod."
Nama itu keluar dari mulutnya, dan Sera mengatakannya dengan dingin.