BAM!
Saat ini, makhluk berukuran kolosal terlihat sedang menjulang ke langit. Sosoknya seperti siluet, dengan tubuhnya yang menembus awan, dan kakinya yang sangat panjang.
Kaki berukuran ratusan meter itu menekuk ke tanah, bersama tangannya yang juga sangat panjang. Hanya panjang tangan itu saja seolah-olah sudah bisa meraih langit, memetik bintang, dan menyapu seluruh awan.
Jika dilihat dari postur itu, makhluk kolosal tersebut sedang berlutut di tanah. Benar saja, di depannya merupakan sebuah altar raja, yang mana duduk di tahta adalah sesosok dengan aura yang sangat mengerikan.
Sosoknya tidak beraturan, seperti gabungan monster dan iblis. Tangan itu terkepal dan dijadikan sebagai sandaran pipinya. Matanya acuh dan tampak mulia.
Dia adalah seorang Outer God yang menjadi konstelasi di wilayah ini, Evil Berserk Constellation, Kruchuroze.
"Alasan aku memanggilmu ke sini karena terdapat seorang penyusup yang datang ke wilayah kita. Ajak rasmu yang lain dan musnahkan mereka!"
"Sesuai perintahmu, Yang Mulia!"
Setelah Kruchuroze mengatakan perintahnya, makhluk kolosal yang berlutut di hadapannya menjawab dengan patuh.
Gemuruh!
Seketika, langit menjadi gelap saat ledakan petir terjadi terus menerus, seolah fenomena ini tidak akan berakhir.
Tubuh kolosal itu berdiri, tingginya menembus langit, bermandikan dengan petir gelap yang terus menyambar tubuhnya. Makhluk itu masih berjalan, dengan setiap langkahnya yang panjang mampu menempuh jutaan mil jauhnya.
Segera, makhluk itu menghilang dari pandangan sang raja. Saat ini, Kruchuroze memiliki kerutan yang dalam di wajahnya.
"Jadi, sampai di sini saja, ya? Orang-orang dari Alam atas sudah mulai menyerbuku, sudah terlambat untuk melarikan diri. Aku sama sekali tidak menyesalinya, meski wilayahku sendiri yang akan menjadi kuburanku!"
Boom!
Petir yang sangat besar meledak di langit, menghasilkan kejutan pada seluruh dunia untuk sesaat setelah Kruchuroze selesai mengatakan itu.
Dia sudah sepenuhnya tahu jika dirinya akan diincar oleh para Dewa Omniverse. Bagaimanapun, populasi Outer God menurun secara drastis akhir-akhir ini. Hanya menunggu giliran untuk mereka menemuinya.
Bahkan pemimpin para Outer God, Daevon, tidak menunjukkan dirinya pada para bawahannya, seolah-olah dia takut untuk keluar.
Outer God berada dalam satu perahu karena mengincar keuntungan bersama. Jika perahu itu goyah, siapa yang akan berjuang untuk menyeimbangkannya?
Itu harus menjadi pemimpinnya!
Situasi yang dihadapi oleh para Outer God bahkan lebih parah, perahu yang menampung mereka semua telah hancur. Setiap orang sibuk menyelamatkan diri mereka sendiri.
Jadi tidak ada yang terkejut jika pemimpin mereka akan meninggalkan perahu itu. Terlebih lagi, berdasarkan informasi yang mereka terima, dalang pemusnahan para Outer God merupakan Penguasa Kekacauan itu sendiri.
Berdasarkan undangan dari Tuan Muda Yogghgod, mereka melakukan ekspedisi bersama-sama untuk mengambil sebuah harta karun tertinggi yang dijaga oleh seorang Chaos.
Tidak ada yang menyangka jika itu malah akan menjadi Penguasa Kekacauan. Mereka sepenuhnya mencari sarang yang salah.
Banyak Outer God yang mengikuti dari belakang juga musnah. Bahkan tidak ada yang tersisa.
Teror yang dibawa Penguasa Kekacauan itu sangatlah nyata, karena bahkan dengan jutaan Outer God yang berkumpul, mereka masih musnah. Sebaliknya, Outer God sendiri malah dengan berani melimpahkan seluruh dosa mereka ke Penguasa Kekacauan untuk menghindari Dao Surgawi.
Jika dibilang, mereka mendapat sebuah karma yang lebih kejam, yaitu kematian mereka sendiri.
...
Beberapa saat kemudian, Asheel masih melayang sambil menggendong Phina yang tampak bosan ketika melihat sekeliling, dan Sera terus berada di sampingnya.
Tiba-tiba, bumi bergetar hebat saat langkah kaki yang mendebarkan mulai terdengar. Langkah itu seolah-olah menginjak seluruh dunia, bumi tidak kuat lagi menopang tekanan penuh mereka.
Kemudian, makhluk kolosal yang tak terhitung jumlahnya mulai berjalan secara bersamaan menuju satu tempat. Saat langkah kaki disatukan, suara menderu yang sangat mengguncang bisa dirasakan dari jarak jutaan mil jauhnya. Hanya satu langkah kaki saja sudah membuat para makhluk raksasa itu mempersempit jarak satu juta mil, dan mereka melakukannya secara bersamaan.
Langkah mereka sangat serempak, banyak sekali makhluk raksasa itu dikerahkan. Tubuh mereka tampak humanoid, namun dengan panjang tangan dua kali lipat dari tubuhnya sendiri, sedangkan kaki mereka tiga kali lipat lebih panjang. Jika dilihat, maka mereka seperti makhkuk yang sangat kurus dan layu, dengan kepala polos, dan wajah seperti kayu yang mengkerut.
Karena proporsi tubuh mereka yang aneh, saat melangkah menjadi tampak terhuyung dan akan jatuh. Tangannya terus terayun di setiap langkahnya, seperti akan menampar udara di depannya, dan menghasilkan ledakan sonik pemecah angin.
Awan debu meledak secara besar-besaran bersamaan dengan kedatangan mereka. Jalur yang dilalui oleh puluhan ribu makhluk kolosal itu menjadi rata dengan tanah.
Tidak jauh, Asheel melayang masih melayang di langit bersama Sera saat mereka bertiga berhenti dari perjalanannya.
"Mereka bereaksi dengan cukup cepat." Asheel mengatakannya dengan cemberut.
Karena kedatangan banyak makhluk kolosal itu berasal dari arah mereka melaju, jadi dapat dipastikan jika mereka menempuh arah yang benar.
"Asheel, kau yang membereskannya. Aku sedang tidak ingin membuang-buang kekuatanku." Sera menyilangkan lengannya dan berkata pada Asheel.
Asheel memiliki tatapan datar, "Dimana kau akan menyebutnya sebuah kontribusi jika aku yang melakukannya?"
"Ayolah, kau sudah terbiasa melakukannya. Bukankah kau sangat suka menghancurkan yang seperti ini?" Sera masih tidak menyerah.
"Papa, Mama."
Saat Asheel akan menjawab, sebuah suara lembut tiba-tiba keluar dari mulut Phina.
Asheel dan Sera terkejut, buru-buru berhenti melakukan pertengkaran kecil mereka.
"Ada apa, Phina-chan? Apakah ada yang mau kamu katakan?" Sera bertanya sambil tersenyum.
"Bolehkah aku yang melakukannya?" Phina berkata sambil memiringkan kepalanya.
"Eh?"
Keduanya tertegun untuk sesaat, lalu saling memandang dengan kaget.
Apakah yang dikhawatirkan Sera benar-benar terjadi? Phina menyukai tindakan destruktif seperti Ayahnya?
'Tidak, aku tidak boleh memutuskannya hanya karena satu tindakan saja!' Sera diam-diam menggelengkan kepalanya di dalam hatinya.
Saat itu, dia merasakan tatapan Asheel yang bingung mau menjawab bagaimana. Ini adalah pertama kalinya Phina berinisiatif untuk meminta, tapi masalahnya adalah permintaan itu sendiri.
Biarkan putri mereka membereskan pekerjaan orang dewasa? Kedua orang tua itu tiba-tiba menjadi malu karena pertengkaran kekanak-kanakan mereka sebelumnya. Terlebih lagi, mereka melakukannya tepat di depan Phina.
Jelas sekali jika usia mental Phina jauh melampaui penampilannya. Jika dia meminta, paling-paling yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang tuanya biasanya menggunakan isyarat dan tatapan matanya.
Sebagai orang tua, Asheel dan Sera merasa terikat dengan putrinya tersebut. Bahkan jika yang dilakukan Phina hanyakah menatap, mereka bisa langsung tahu apa yang dia inginkan.
Misalnya saat Phina ingin makan sesuatu, maka dia akan menatap orang tuanya dengan tatapan khusus, dan mereka tidak membutuhkan waktu lama untuk menyadarinya.
Bisa dibilang, ini adalah pertama kalinya Phina mengambil inisiatif untuk meminta sesuatu lewat mulutnya. Kedua orang tuanya tentu saja merasa bangga.
Tapi masalahnya adalah; apakah mereka akan menyetujui permintaan tersebut atau tidak masih sebuah tanda tanya. Lagipula, mereka juga bingung.
Setelah Asheel memasang ekspresi berpikir yang bijak, dia berkata: "Aku menyetujuinya, kamu boleh melakukan apa yang kamu mau, Phina."
Kemudian, tatapannya mendarat pada Sera yang sepertinya tidak terkejut oleh keputusannya. Maka dari itu, dia hanya bisa mengikutinya.
"Jangan berlebihan, Phina."
"Um," Phina mengangguk dengan lembut, sebelum dirinya menghilang secara tiba-tiba dan muncul di atas langit tempat para makhluk kolosal itu melangkah.
"Phina..." Sera masih tampak khawatir.
"Phina akan baik-baik saja, aku harus memastikan itu." Asheel menghiburnya.
Melihat tingkah laku Phina, Asheel membayangkan dia dan Ophis bermain bersama. Mereka pasti akan mengembangkan pemahaman yang sangat unik, yang mana hanya kedua gadis itu yang bisa memahaminya.
Asheel tidak sabar untuk mempertemukan keduanya. Kemudian dia tiba-tiba menyadari jika Ophis belum dikembalikan ke dimensi asalnya. Dia tiba-tiba merasa bersalah karena kecerobohannya tersebut.
Jika Ophis berusaha, dia bisa menemukan Diablo dan memintanya untuk mengembalikannya ke dimensi tempat dia berasal.
Asheel terlalu malas untuk menebak apakah Ophis akan melakukan itu atau tidak. Fokusnya kembali ke apa yang akan dilakukan Phina.
Sepertinya bakat Phina dalam kekuatan ruang menurun dari Ibunya. Bakat dan pemahamannya sangat menakutkan, setiap hal yang dipelajarinya bisa dikuasai secara instan.
Sekarang, Asheel ingin melihat bagaimana Phina akan mempraktekan kekuatannya.