webnovel

Pertarungan Menyedihkan

Zerdite berniat melancarkan serangan, dan saat dia melakukannya, dia tidak bisa mengontrol kekuatannya sendiri, membuatnya melenceng dari arah serangannya.

Arah serangannya tentu saja menuju ke Asheel, tapi karena minimnya kontrol pengendalian kekuatan setelah menjelma menjadi seorang Chaos, Zerdite berakhir menuju ke langit, menghancurkan awan, dan membuat lubang besar di sana.

Dampak dari ledakan udara mampu memanggil petir, bahkan gempa ruang mulai muncul di dalam teritori Abyssal.

Asheel tidak terkejut melihat kekuatannya.

Ini masih normal di tingkatan Dewa Omniverse. Bahkan keturunan Supreme One bisa melakukan hal yang lebih hebat dengan mudah.

Keberadaan eksistensi seperti Dewa Omniverse bisa menghancurkan dimensi dengan pikiran, tapi madih sulit jika yang dihancurkan adalah dimensi dari High Abyss. Paling tidak, mereka harus menggerakan tangan mereka untuk melakukannya.

Zerdite hanya sedang tidak bisa mengontrol dirinya. Bahkan dampak dari tolakan lompatannya membuat tulang kakinya retak. Itu disebabkan karena Energi Kekacauan yang mengalir di pembuluh kakinya terpeleset, hingga meledak dari dalam.

Perlu diingat jika tubuh Zerdite berasal dari esensi Suprem One dan dari ujung kepala sampai ujung kaki, asal fisiknya tercipta dari Origin Primordial. Tapi Energi Kekacauan masih bisa menghancurkannya dengan mudah.

"Kekuatannya memang menunjukkan peningkatan yang eksplosif, tapi ini mulai membosankan." Melihat Zerdite malah kesulitan oleh kekuatan barunya sendiri, Asheel sedikit menurunkan alisnya, dengan tatapan tenangnya yang biasa dan wajahnya yang lumpuh acuh tak acuh.

Baginya yang selalu menimbukkan dampak saat dia bertarung, mengendalikan kekuataannya di skala ini sangat sulit. Tapi itu dulu, sekarang dia mempunyai Big Tree, yang membuatnya bisa mengendalikan Energi Kekacauan dengan sempurna.

Segera, dia mengangkat tangannya, melakukan gerakan meraih, seolah sedang meremas langit, awan hitam berputar dan petir meledak di kehampaan atsmosfer.

Suasana menjadi lebih gelap dan lebih gelap, dengan hawa mencekam menyebar ke seluruh kota, hujan asam menenggelamkan dataran yang lebih rendah, membawa kehancuran di mana-mana.

Itu adalah cuaca asli Dooomland, dan penduduk disini sudah terbiasa menderita hujan asam yang merobohkan atap rumah mereka. Jika setetes cairan asam itu jatuh ke planet di Low Abyss, bisa dipastikan jika planet itu langsung menguap terkena asam korosi.

Itulah betapa menakutkannya celah perbedaan kekuatan antara High Abyss dan Low Abyss. Apalagi, tempat ini merupakan teritori Abyssal, yang mana aturan kekuatannya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan dunia luar High Abyss.

Jika pasukan Iblis dilepaskan ke dunia luar mereka akan mendominasi sebagian besar dunia. Faktanya, yang bisa membuat mereka tunduk hanyalah Dewa Omniverse.

Para Iblis itu juga mempunyai nama untuk jenis mereka sendiri, yaitu Abyssal Demon.

Namanya sangat fantasi, bahkan ras di Low Abyss terdapat nama yang sama.

Bagaimanapun, para Iblis masih keturunan langsung makhluk Abyssal, dan kemurnian garis keturunan mereka sangatlah tinggi karena hanya sedikit yang bereproduksi dengan ras yang berbeda.

Apalagi, meski populasi mereka terbilang sedikit jika dibandingkan dengan ras lain, kekuatan keseluruhan mereka masihlah sangat kuat, terlebih lagi, populasi mereka juga tidak berada di titik kepunahan. Bahkan, jumlah populasi Abyssal Demon meningkat dalam ribuan tahun terakhir.

Bencana alam yang terjadi karena pemaksaan cuaca tidak menimbulkan bahaya besar bagi para iblis, mereka masih bisa melindungi diri mereka sendiri saat ini.

Tangan Asheel masih mengarah ke langit, mengendalikan kekuatannya dengan baik, dia menciptakan awan petir yang tercipta dari kesengsaraan kehendak dunia.

Untuk Doomland, dunia ini masih bisa menanggung pertempuran yang terjadi di antara Dewa Omniverse, tapi dampak kehancurannya akan membekas besar setelah pertempuran usai.

Mengendalikan unsur kekuatan di luar cakupan Origin Chaos-nya memang susah sebelum dia menumbubkan Big Tree, tapi dia masih bisa melakukannya di masa lalu, buktinya dia masih bisa menggunakan sihir fana untuk mempermudah beberapa hal.

Tapi itu membutuhkan fokus ribuan pikiran pararel yang bekerja langsung untuk mempertahankan efek sihir yang dia kerahkan.

Asheel merasa sangat bersyukur bisa memiliki Big Tree, yang sangat mempermudah hidupnya sejauh ini.

Kekuatan manipulasinya bahkan bisa merampok kekuatan milik orang lain. Saat ini, dia sedang menggunakannya untuk memanipulasi aturan cuaca di Doomland.

Naga petir yang sangat menakutkan tercipta dari gesekan atsmosfer yang juga dipasok oleh Energi Kekacauan. Geramannya mengintimidasi semua makhluk, dan untuk mendaratkannya di Zerdite yang tidak bisa mengendalikan dirinya dengan benar seolah sedang memerankan dirinya sebagai sasaran empuk, petir itu mampu mengenainya dengan mudah tanpa melakukan trik rumit lain.

BOOM!

Keagungan naga meledak, membanjiri seluruh dunia dengan kemuliaannya. Gumpalan listrik itu termanifestasi menjadi seekor Naga nyata, menciptakan makhluk hidup dari energi, memiliki kekuatan untuk menghancurkan dunia!

Sementara naga petir masih termanifestasi, Zerdite tahu jika dia akan terluka parah jika serangan itu mengenai dirinya. Dia memutuskan untuk mengorbankan kekuatan hidupnya untuk mengendalikan dirinya dengan lebih baik.

Harga itu sangat mahal, menukar kekuatan hidup untuk sedikit pergerakan tubuh. Tapi dia terlalu putus asa untuk memikirkannya, dan langsung melakukannya tanpa ragu-ragu.

Segera, tubuhnya menembak ke arah Asheel yang sedang mengendalikan naga petir di langit, meledak dalam kecermelangan, menghasilkan kilauan deratan cahaya yang meruntuhkan kecepatan ruang.

Asheel masih acuh tak acuh saat dia hanya mengangkat tangannya yang bebas, bersiap meledakkan sesuatu dari sana.

Zerdite tidak tinggal diam, dia melakukan gerakan zig-zag saat melaju menyerang Asheel.

Sekali lagi, harga untuk melakukan gerakan yang sedikit lebih rumit itu membuatnya menangis darah didalam hatinya.

Asheel merasa seperti sedang melawan ular yang kehilangan taringnya. Meski kekuatan Zerdite sangat kuat, apa gunanya jika tidak bisa memanfaatkannya dengan baik?

Bahkan itu malah merugikan dirinya sendiri.

Asheel tahu jika Zerdite bisa dalam keadaan itu karena paksaan Inti Kekacauan yang menyatu dalam tubuhnya, mengubah keberadaannya secara penuh menjadi seorang makhluk Chaos.

Tapi apa pedulinya dengan dia? Asheel bersikap dingin yang mana itu sudah lama tidak dia tunjukkan kepada orang-orang.

Zerdite ini juga mrmbuatnya sedikit marah, beraninya dia menaruh tangannya pada Sera...

Asheel memutuskan untuk membuat kematiannya tidak mudah.

Sementara itu, Zerdite semakin dekat dengan sasarannya. Asheel merasa jika pria ini sangat putus asa. Kemudian, dia membuktikannya.

Energi yang sangat menghancurkan meledak dari tangan yang terentang, melepaskan semuanya tepat di wajah Zerdite.

BOOM!

Ledakan itu mengguncang ruang, meninggalkan jejak raksasa pada lintasannya, menghancurkan area ribuan mil dibelakangnya. Zerdite sepertinya tidak bisa tidak merasakan sakit lagi saat di setiap detiknya dia merasa seperti sedang berendam di neraka. Energi panas itu tidak banyak memengaruhinya.

Akibatnya, dia hanya terbang mundur, tapi saat mendarat, kakinya hampir menyerah, merasa akan runtuh, seolah-olah alat penyangga tubuh itu bisa lebur kapan saja.

Di tatapannya yang dipenuhi tekad, ekspresinya menunjukkan keputusasaan. Dia bahkan tidak bisa mengendalikan wajahnya dengan baik sekarang.

Peningkatan kekuatan yang bisa membuatnya bersaing dengan Penguasa Kekacaun telah ditunggu-tunggu, tapi hasilnya mengecewakan saat dia malah terancam akan terbunuh karena semangatnya sendiri yang menggerakan kehendak Inti Kekacauan.

Zerdite merasa dunia akan runtuh saat ini, berharap semuanya hanya mimpi. Sejak dia membuat pikiran untuk mengganggu Penguasa Kekacauan, hidupnya sudah diputuskan untuk berjalan menuju kematian.

Bahkan apa yang disebut keberuntungan tidak bisa menyelamatkannya. Kematiannya sudah tepat didepan mata, oleh karena itu dia bisa memikirkan hal-hal ini.

"Membosankan seperti biasa, tidak ada yang bisa memuaskan hasrat bertarungku yang kecil ini setelah sekian lama, mungkin hanya pelayan itu yang bisa menahan gertakanku."

Asheel memperhatikan tubuh Zerdite yang mulai runtuh, tidak bisa tidak merasakan kecewa. Apa pelampiasan amarah? Bahkan semburan sebelumnya saja dia tidak bisa menahannya.

Pertempuran dimulai dengan kacau, dan berakhir dengan sangat menyedihkan.

Tiba-tiba, Asheel mengeluarkan seringai jahat saat dia menolak jika permainan kisah ini sudah berakhir. "Nyawa masih menempel padanya, akan sia-sia jika tidak dibuat meriah sekalian. Lagipula, aku sudah menyiapkan sesuatu di atas."

Saat itu, naga petir di lautan awan membuat cahaya merah di matanya, mengandung aura pembunuh dan haus darah yang menggetarkan jiwa.

Jatuhnya serangan selanjutnya akan diresapi oleh kekuatan penghancur alam semesta!

Bab berikutnya