Melihat Raja ideal yang telah dia persiapkan sejak dulu benar-benar membuatnya kecewa. Dari kesan awal, Arthur terlihat seperti orang yang memiliki kompleks keadilan dan naif.
Tapi dia tahu tidak peduli seberapa besar kekecewaannya, orang ini masihlah sang Raja Britannia.
"Merlin, kau tidak melakukan pekerjaanmu dengan benar. Sebenarnya, kau adalah orang yang ditakdirkan sebagai penasihat sang Raja, tapi apa ini? Bagaimana caramu mengasuhnya?" Asheel berbicara, mengungkapkan ketidakpuasannya.
Merlin kemudian mengerti jika takdirnya sejak awal memang seperti yang baru saja dikatakan, tapi sejak dia bertemu Asheel, keinginan dan takdirnya berubah. Tapi beraninya pria ini menyalahkannya, "Dasar sialan, kau meninggalkan semua masalahmu padaku. Apa lagi yang kau harapkan dariku?"
"Jangan banyak alasan!"
Mereka berdua bertengkar lagi. Setelah beberapa saat, Asheel memandangi Arthur yang masih tidak sadar.
"Bagaimanapun juga, dia adalah orang yang ditakdirkan. Tapi jika memang mengecewakan, aku hanya akan membuangnya dan menciptakan Raja baru. Dunia ini tidak kekurangan orang-orang bijak."
Alis Merlin berkedut ketika mendengarnya, 'Kau ingin membuang anak yang kuasuh dengan susah payah begitu saja?!' Karena telah bersama Arthur selama 10 tahun, Merlin memiliki perasaan baik padanya.
"Lalu bagaimana menurutmu Raja masa depan ini? Apakah itu memuaskanmu?" Asheel balik bertanya seolah dia membaca pikiran Merlin.
Merlin mendecakkan lidahnya ketika mengetahui Asheel tahu apa yang dia pikirkan melalui ekspresi wajahnya. Tapi dia tetap menjawab, "Harus kuakui ... ini memang mengecewakan..."
Sebelum Asheel bisa menjawab, dia menyela dengan melanjutkan: "Tapi ... manusia ini adalah wadah yang sangat cocok untukmu. Bukankah kau sudah mempersiapkannya semenjak 3000 tahun yang lalu?"
"Bahkan jika aku mempersiapkannya, jika dia sampah maka tetap akan menjadi sampah, dan pada akhirnya aku akan membuangnya. Sebagai peneliti, kau seharusnya tahu itu."
Merlin menggertakkan giginya, dan Asheel benar, sebagai peneliti jika penelitiannya menghasilkan sampah, pada akhirnya dia akan membuangnya. Dia hanya bisa menatap Elizabeth dengan tatapan seolah mengatakan: Tolong bujuk dia!
Tentu saja Elizabeth tidak mengetahui apa yang ingin disampaikan Merlin, tapi dari percakapan keduanya, dia tahu keberadaan Arthur sedang dipertaruhkan.
"Mohon tunggu sebentar!" Dia melangkah maju, mendapat reaksi terkejut dari teman-temannya. "Kamu mungkin tidak tahu, tapi Arthur-sama adalah orang yang hebat. Dia adalah raja Camelot, dan para ksatria memuji kepemimpinannya."
"Ksatria mana yang tidak akan memuji rajanya saat kedua belah pihak bertemu?" kata Asheel dengan sinis.
"Ugh... itu memang benar, tapi ... aku yakin Arthur-sama tidak akan mengecewakanmu!" Elizabeth menyangkalnya.
"Ini bukan tentang aku kecewa atau tidak, tapi pilihan ini akan mempengaruhi masa depan Britannia. Aku berniat membuka perbatasan Britannia agar pribumi bisa berinteraksi dengan orang-orang dari benua lain." Asheel menjelaskan.
Merlin mengernyitkan dahinya, dan dia agak yakin jika Asheel berbohong, tapi kata-kata dan nada Asheel sangat normal hingga dia sulit untuk membedakannya.
Asheel memang berbohong, niat aslinya hanyalah menyatukan Britannia dengan dimensi yang sudah dia kultivasikan dalam dirinya. Artinya, dalam dunia itu, ada tambahan pulau baru, yaitu Britannia.
Britannia hanyalah sebuah pulau yang mengambil bentuk dari Britannia Raya sejak awal, jadi pulau itu masih cukup besar jika dibandingkan dengan dunia yang akan diasimilasikan.
Arthur akan menjadi orang memimpin Britannia dan bertanggung jawab dengan interaksi dunia luar.
Mengesampingkan itu, semua orang terkejut mendengarnya.
"Ada pulau lain di luar Britannia?"
"Ini memang masalah serius."
"Bukankah kita harus memberitahu Yang Mulia tentang ini?"
Merlin merenung sambil mengelus dagunya, mengabaikan diskusi teman-temannya. "Sepertinya masalah ini menjadi lebih besar."
"Apakah bencana besok juga akan terjadi di pulau lain?" Meliodas bertanya.
"Tidak, Britannia adalah ruang yang terpisah dari dunia, jadi hanya Britannia yang akan terkena dampaknya." Asheel menggelengkan kepalanya, wajahnya tidak berubah meski baru saja menyemburkan omong kosong.
"Pokoknya, membangkitkan Arthur lebih cepat lebih baik." Merlin berkata.
"Apa yang akan kalian lakukan pada Arthur?" Meliodas bertanya memastikan.
"Membangkitkannya," jawab Merlin singkat. Tidak mengunggu reaksi mereka, dia menjentikkan jarinya, dan semua orang serta Hawk Mama berpindah tempat.
Di atas bukit.
Asheel duduk di tanah sambil mendengar erangan kesakitan pelanggan yang tiba-tiba jatuh kehilangan pijakan.
"Apa yang terjadi?"
"Apakah aku terlalu mabuk dan berhalusinasi jika aku baru saja pergi ke Bar?"
"Kenapa Bar-nya menghilang?!"
Wush~
Angin dingin lewat, semua orang menggigil karenanya.
"Ayo pulang!"
Salah satu orang tidak tahan lagi dan mengajak yang lain.
Asheel ditinggalkan disana sendirian. Setelah puas memandangi langit, dia bergumam: "Aku lupa kekuatan Merlin bahkan tidak mampu memindahkanku."
Mendorong dirinya sendiri, kemudian dia menghilang dari tempatnya dan muncul di platform yang diciptakan oleh Diane.
"Kenapa kau harus membuat kami menunggu?!"
Suara marah Merlin terdengar.
Asheel mendekatinya sambil cemberut, "Kau bisa melakukannya sendiri tanpa aku, kan?"
"Tidak, ada masalah lain. Benda apa itu?" Merlin menunjuk ke kepompong ungu bercahaya.
Kepompong itu berdetak dari waktu ke waktu, dan benang-benag tipis terus bergerak seolah melindunginya.
Itu Cath Palug yang sedang bermetamorfosis.
"Jangan ganggu dia, nanti akan menggigit." Asheel melambaikan tangannya yang menandakan agar tidak mencemaskannya.
"Terserah."
Merlin kemudian melayang ke atas lubang di platform, yang lubang itu berada tepat di atas permukaan Danau Calisbury. Sebelumnya, dia meminta Diane untuk membuat lubang itu.
Danau Calisbury yang berwujud tetesan embun raksasa terus membentuk arus spiral. Tapi karena ini malam hari, pemandangan itu sulit untuk dilihat.
Setelah melakukan beberapa rapalan, Arthur tiba-tiba bercahaya, diikuti Danau Calisbury yang ikut mengeluarkan cahaya.
"Excalibur tidak pernah membunuh tuannya, dia adalah kunci untuk kebangkitannya." Merlin akhirnya paham setelah melihatnya dari dekat.
Pedang Suci Excalibur diselimuti oleh cahaya terang saat bilahnya memanjang sampai menyentuh Danau Calisbury, membangun koneksi dengannya.
"Nah, wahai kunci kebangkitan. Gunakan kekuatan sihir dari danau dan bukalah pintu untukku!"
Celah kunci yang mengabuti dada kiri Arthur bergerak, memutar hingga membuka kunci yang sebenarnya.
BOOM!
Ledakan kekuatan meluap darinya, menciptakan gempa kecil yang membuat platform berderak.
Awan debu naik, dan ketika semua orang panik, mereka kemudian bisa melihat Arthur yang sudah berdiri di udara, benar-benar bangun dari pingsannya!
"Hebat, dia benar-benar bangun!" Diane berseru.
Tepat setelah Arthur membuka matanya, apa yang pertama kali dia lihat adalah wanita yang cukup dia rindukan. "Merlin? Apa yang terjadi? Kenapa aku ada disini? Apa yang baru saja kulakukan?"
Merlin memandangnya acuh saat dia mulai berbicara, "Manusia adalah yang paling aneh dari semua ras. Mereka mempunyai kebaikan dan cahaya, tapi juga kejahatan dan kegelapan. Keanehan yang menyatu itu adalah inti dari kekacauan.
"Itu sungguh konyol.
"Jika sang Putri Kuil Kekacauan memilih seorang manusia, maka manusia itu akan menjadi Raja Kekacauan. Tapi takdir benar-benar kejam, seorang pria sudah memutuskannya dari awal, tidak peduli siapa yang menyandang nama Pendragon.
"Saat Raja terbangun, dia akan melepaskan segel kekacauan. Lalu kekacauan akan kembali pada sang Raja. Setidaknya, itu hanya bagian Chaos yang menciptakan Britannia. Tapi kekuatan itu sudah cukup untuk menciptakan dunia dari awal."
Selagi Merlin berbicara, Arthur tampak kesakitan saat dia menggeliat di udara.
Melihat Arthur tampak tidak enak badan, Meliodas lalu menatap Asheel sebelum mengalihkan pandangannya ke Merlin. "Apa yang sebenarnya kau lakukan, Merlin?"
"Sudah kubilang, kan. Membangkitkan Arthur Pendragon sebagai Raja yang akan memimpin Britannia." Merlin menjawabnya.
"...."
"Apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhku?" Arthur tampak kesakitan saat dia mencengkram dada kirinya.
"Jangan takut, kau harus menerima kekuatan itu. Ini waktumu untuk membangkitkan kekuatanmu yang sebenarnya. Tunjukkan pada pria brengsek disana bahwa kau layak."
Arthur mendongak, memperlihatkan salah satu matanya yang menghitam sementara pupilnya berubah menjadi ungu. "Merlin, apa yang kau katakan? Ini sangat sakit, tolong selamatkan aku..!"
Detak!
"Arghh!" Kedua matanya akhirnya berubah, dia berteriak kesakitan.
Hawk Mama tiba-tiba bereaksi saat babi berlumut itu menggeram.
"O-Okaa, ada apa?!" Hawk kaget.
"Raja akan bangkit ketika Chaos terbebas, dan di saat yang sama akan menyatu dengan sang Raja."
"AAARRGGHH!!!" Arthur menjerit, bersamaan dengan geraman keras Hawk Mama.
Meliodas yang tidak tahan lagi segera mengepakkan sayapnya. "Arthur, tunggu aku disana!"
"Kau...!" Arthur menoleh, "Iblis Meliodas! Aku tidak akan membiarkanmu membahayakan Britannia!"
Jleg!
Dunia berubah.....
Di belakang Arthur terdapat celah ruang yang membentuk spiral, menyedot apapun yang berada dalam jangkauannya. Clocktower, menara besi, dan bangunan-bangunan aneh lain mulai muncul. Tanah berhamburan di udara, dan daratan menjadi laut sepenuhnya!
Gravitasi semakin kacau, dan arus laut membentuk pusaran. Makhluk raksasa melonjak dari laut, dengan kepalanya berupa atap kerucut.
Meliodas terpaksa tenggelam dalam air, dan makhluk raksasa itu menarik rantai untuk menyerangnya. Ban kemudian melompat untuk menyelamatkannya.
Saat itulah mereka menyadarinya, perubahan dunia ini bukan ilusi, tapi kenyataan!
Tapi suara mengancam terdengar...
"Hei, siapa yang mengijinkanmu mengubah dunia seenaknya...?"
Seolah kata-kata itu memiliki bobot besar, dunia mulai berderit melengking. Mata Asheel melotot tidak senang saat melihat orang lain menggunakan kekuatan Chaos tepat didepan matanya. Apalagi, dia juga ikut terseret pengaruhnya.
Tyar!
Dunia yang tampak ilusi langsung pecah, dan semuanya kembali seperti semula.