Gunung Konton, Kuil Kekacauan.
Asheel dan Sera mendarat di tempat ini setelah mereka terbang menunggangi Naga Emas, dan hanya dalam waktu singkat, mereka langsung bermalas-malasan di salah satu ruangan.
Naga Emas kembali ke tanah, dan suasana Kuil Kekacauan masih sama sunyinya. Tempat ini sepertinya terawat dengan baik, tapi masalahnya adalah area kuil ini benar-benar menjadi tanah terlarang!
"Bukankah kamu terlalu kasar pada Merlin?" Sera bertanya saat dia bersandar pada dinding tatami.
"Benarkah? Ini sangat menyenangkan." Asheel duduk bersila saat didepannya terdapat teh panas yang disajikan kepadanya.
"Hei, majikan. Akhirnya kau kembali, kemana saja selama ini? Merlin sangat merindukanmu, tahu!" Bola bulu didekatnya berbicara.
Asheel meliriknya, lalu memiringkan kepalanya. "Siapa ini? Kenapa ada hewan liar masuk ke rumahku?"
"Siapa yang kau sebut hewan liar?! Aku adalah Galla yang kau kutuk 3000 tahun yang lalu!" Galla mengeluh keras.
Asheel terdiam sejenak, mengingat-ingat makhluk unik didepannya, tapi pada akhirnya dia menyerah. "Maaf, sepertinya kau tidak terlalu penting, jadi aku melupakannya. Aku terlalu malas untuk mengingatmu lagi."
"Kejam~!" Galla ingin menangis, tapi berhenti karena memperhatikan ada kelainan pada tubuh Asheel. "Majikan, apa yang terjadi dengan tanganmu?"
"Kenapa aku harus menjawabmu?" Asheel cemberut tidak senang.
"Apakah Merlin marah padamu lalu memutus tanganmu?" Galla terus bertanya.
Asheel mengabaikannya saat dia melirik tangannya sendiri. Lengannya putus karena Sera menggunakan «Void» pada serangan sebelumnya, membuatnya tidak bisa tumbuh.
Galla akan terus bertanya, tapi dia tiba-tiba merasa kepalanya diremas oleh tangan mungil yang ramping.
"Ouch!"
Ophis muncul dari belakangnya dan tanpa ampun menyengkram Galla sebelum membuangnya ke samping.
Galla mengeluh kesakitan, tapi Ophis mengabaikannya dan mendekati Asheel, sebelum duduk di pangkuannya.
Melihat Ophis menatapnya dengan mata berharap, Asheel bingung: "Apa?"
"Kue."
"Oh." Asheel lalu memberikannya kue entah dari mana. Dia mengelus rambut hitam Ophis dari belakang. "Apakah hanya perasaanku, tapi kau menjadi sangat manja. Apakah Merlin memanjakanmu 3000 tahun terakhir?"
Ophis tidak mengatakan apa-apa karena sibuk melanjutkan makan kuenya.
"Asheel, bukankah kau ada banyak kerjaan? Sejak kau memutuskan untuk mengambil dimensi ini dibawah pengaruhmu, kau tidak memasang penghalang atau apapun untuk persiapan pertempuran yang akan datang?" tanya Sera tiba-tiba.
Asheel mengangguk, "Aku sedang mengerjakannya."
Sera bingung, tapi saat matanya memperhatikan Asheel lebih jelas, dia mengangguk kembali. "Begitu, pohon itu benar-benar berguna, ya. Kau bahkan bisa mengatur dimensi ini tanpa bergerak secara langsung."
"Begitukah? Semua orang yang memelihara dimensi sepertiku pasti akan melakukan hal yang sama, kan? Kalau tidak, itu akan merepotkan."
Sera menutup matanya, "Memang benar, mereka memasang sebuah pengaturan pada dimensi yang berada dibawah pengaruh mereka sendiri. Tapi orang kebanyakan melakukannya karena ingin meningkatkan kekuatan individual mereka. Atau lebih tepatnya mereka memelihara dimensi dalam cara kultivasi dengan menyimpan energi pada dimensi itu. Jadi mereka yang mengultivasi dimensi dalam diri mereka akan mendapatkan pasokan energi tambahan. Kau aslinya memiliki beberapa dimensi dalam dirimu, kan? Tapi sekarang semua dimensi itu sudah menyatu menjadi satu dimensi."
"Ini seperti menaruh gelas dalam ember. Jika gelas diasumsikan sebagai dimensi, maka aku bisa menyimpan puluhan dimensi sekaligus. Apalagi ini masih dimensi Low Abyss, yang bisa dibilang skalanya masih sangat kecil dibandingkan dengan tingkatan diatasnya. Yang aku lakukan hanyalah memindahkan air dalam gelas yang lebih besar." Asheel menambahkan, "Sebenarnya, ini bukan sesuatu yang spesial. Banyak makhluk surgawi di luar sana yang sudah melakukannya."
Biasanya orang akan repot jika memiliki terlalu banyak dimensi dalam diri mereka, karena itu mereka mempertimbangkan kualitas dimensi itu sebelum mengultivasikannya. Tapi Asheel berbeda, jika dia suka dan sudah merasa terikat dengan sebuah dimensi tertentu, dia akan memelihara dimensi itu di bawah pengaruhnya. Terlebih, Asheel adalah orang yang spesial sejak awal, mengambil alih dimensi utama itu sangat sulit, tapi Asheel bisa melakukannya kapan saja sesuai suasana hatinya. Bahkan jika mau, Asheel bisa menciptakan Omniverse-nya sendiri, itu adalah hal yang gila sejak awal.
"Tapi apakah ada yang bisa sepertimu selain ayah?" Sera mengangkat alis.
"Aku tidak tahu, mungkin Daevon bisa." Asheel mengangkat bahu.
"Daevon?" Mendengar nama itu, wajah Sera menjadi muram. "Tolong jangan sebut nama wanita jalang itu didepanku."
Daevon adalah orang yang sama dengan orang yang membimbing Asheel menuju jalur Penguasa Kekacauan. Asheel sudah mengenalnya sebelum Sera, jadi keduanya sebenarnya cukup akrab satu sama lain. Tapi Sera sangat membencinya karena suatu alasan.
"Aku tidak mengerti kenapa kau sangat membencinya." Karena penasaran, Asheel secara tidak langsung menanyakan itu.
"Uh, dia adalah wanita berkulit gelap yang merayumu bahkan didepanku saat itu. Aku ingin sekali melenyapkannya!"
"....." Asheel masih tidak mengerti, dia menatap kosong pada Sera. "Lalu kenapa mengijinkanku membuat harem jika kau sangat cemburu pada wanita itu?"
"Hmph, tidak apa-apa asalkan bukan wanita sialan itu!" Sera mendengus.
Asheel hanya menggelengkan kepalanya.
...
Waktu berlalu cepat dan malam hari telah tiba.
Asheel sedang duduk di teras, memandangi langit berbintang dengan ditemani sebotol wine disebelahnya.
Glup!
Mau berapa kali pun dia meminum alkohol, dia tidak akan bisa mabuk. Wajahnya masih datar, terkena sinar bulan yang menyinari indahnya malam.
Setelah dalam keadaan itu sejenak, dia mendorong dirinya sendiri dan berdiri. Kemudian dia berjalan di lorong tatami, dan kebetulan bertemu Sera di sana.
"Mau kemana?"
Dari gerak-gerik Asheel, Sera tahu pria itu akan pergi keluar.
"Beli alkohol."
Sera mengangguk, sebelum berbalik tidak peduli. "Terserah."
Dengan sikapnya, Asheel tahu Sera tidak mau ikut dengannya. Dia menggelengkan kepalanya sekali lagi sebelum melanjutkan langkahnya.
Karena ini adalah malam pertama setelah dia bangun dari hibernasinya, dia ingin merasakan suasana dunia saat malam.
Udara terasa dingin, angin sepoi-sepoi bertiup, suara jangkrik meributi kondisi hutan. Dia berjalan kaki menuruni tangga kuil, dan saat sampai di ujung tangga, barulah dia terbang.
Terbang adalah hal yang jarang dia lakukan saat masih berperan sebagai manusia, tapi kali ini dia bertingkah seperti para Immortal di luar sana.
Menginjak langit, membelah gunung, mengisi sungai, memindahkan laut, bla bla bla.
Dengan satu tangan tersisa terkepal dibelakang punggung, kali ini dia merasakan langit malam.
Wush!
Sosoknya seperti bintang jatuh saat dia menuju ke arah Liones. Sebenarnya, dia ingin menemui Merlin untuk urusan tertentu.
Dalam sekejap, dia sampai di sebuah kerajaan yang garis luarnya dilindungi oleh dinding batu yang melingkari kota. Dinding itu sangat tinggi, dan di beberapa pos terdapat penjaga yang bertugas mengawasi.
Asheel melompati dinging itu tanpa ketahuan, dan saat mendarat, dia disambut oleh suasana meriah. Dia mengabaikannya saat matanya mengawasi sekeliling.
"Merlin tidak ada di sini."
Itu sudah diharapkan karena dia tahu sejak awal.
Setelah menutup mata dan mengonfirmasi, dia berjalan-jalan dalam acara ramai yang tampak menyerupai festival itu.
Itu memang festival!
Raja Iblis telah mati, dan Liones mengadakan perayaan besar-besaran dalam memperingati peristiwa itu. Itu sangat meriah karena setiap warga Liones keluar dengan membawa banyak makanan dan alkohol.
Para Ksatria Suci juga ikut merayakan saat sebagian besar dari mereka mabuk. Mereka masih memakai armor bahkan saat acara menyenangkan ini.
Melihat berbagai macam jenis armor yang dikenakan Ksatria Suci, Asheel menggelengkan kepalanya dengan kecewa. "Meski menggunakan referensi dari legenda Arthurian, tapi aku tidak menyukai model dan desain armor itu. Apa-apaan gaya berlebihan itu, tidak keren sama sekali."
Armor yang dikenakan memiliki lubang di berbagai tempat, dan dibeberapa bagian armor ada yang tampak lebih besar, misalnya di persendian, dan masih banyak lagi yang membuatnya kecewa.
Legenda Arthurian adalah tentang ksatria dan sihir. Meski ksatria lebih menonjol, hanya mendengar tentang keagungan dan keberanian mereka benar-benar membuat siapapun takjub.
Apalagi tentang ksatria wanita pirang berzirah yang mengamuk di medan perang.
Geh, bercanda.
Pada akhirnya, Asheel menyulap beberapa koin perak untuk membeli berbagai macam makanan di kios-kios festival.