"Merlin, kamu menumbuhkan payudara."
"....." Alis Merlin berkedut kesal ketika dia langsung mengangkat tangannya. "«Enchant: Infinite» «Enchant: Double Impact» «Enchant Invisibility» «Enchant: Automatic»....."
Merlin merapal banyak mantra sekaligus ditambah dengan sihir ofensif lima elemen saat tangannya menembak ke arah Asheel.
Asheel hanya membiarkan sihir itu mengenai dirinya, dan ketika dia akan menyentuh Merlin sekali lagi, tubuhnya tiba-tiba diselimuti petir yang mencoba memanggang dagingnya.
Itu tidak berpengaruh padanya, dan ketika melihat Merlin melompat mundur darinya, Asheel mengikuti dalam upaya untuk mendekatinya. Sekali lagi, tubuhnya diselimuti oleh sihir ofensif yang muncul secara tiba-tiba, tapi kali ini bukan kilat melainkan api yang membakarnya.
Begitu terus, setiap kali Asheel berusaha mendekati Merlin, dia akan diserang oleh sihir ofensif acak yang aktif secara tiba-tiba di tubuhnya. Dan setiap kali Asheel terus bergerak sambil tidak mempedulikan apa yang sedang menimpanya, serangan sihir yang menyerangnya terus bertambah kuat dua kali lipat. Itu adalah efek sihir «Double Impact».
Sihir bisa terus aktif setiap Asheel mendekati Merlin karena efek sihir «Automatic» sekaligus «Infinite», dan seterusnya...
"Seharusnya tidak ada makhluk bahkan di seluruh Abyss sekalipun yang bisa memberi debuff padaku. Tapi ini ... rasanya menggelitik." Asheel memperhatikan tubuhnya saat setiap detik yang dia lalui, tubuhnya akan tersetrum, terbakar, membatu, berangin, dan sebagainya....
"Yah, kurasa karena aku mengijinkanmu untuk menyerangku." Asheel menutup matanya, auranya tiba-tiba tersentak keluar, membatalkan sihir Merlin yang menimpa tubuhnya.
Dia bergerak lagi, kali ini tidak ada sihir yang jatuh padanya, yang artinya sihir yang dirapal Merlin sebelumnya sudah tidak ada padanya lagi.
Asheel berjalan perlahan menuju Merlin, setiap langkahnya sangat tenang dan bermatabat.
Melihat dia akan mengincar Merlin sekali lagi, King berteriak:
"Berhenti! «Tombak Roh Sejati Chastiefol bentuk ke-5: Increase»!"
Asheel dihujani oleh banyak pisau kecil, tapi dia seperti tidak mempedulikannya saat dia terus mendekati Merlin.
Merlin sudah terengah-engah dan pasrah ketika mengetahui Asheel akan mendekatinya lagi. Dia bertanya-tanya apakah pria itu salah makan hingga bertingkah tidak seperti biasanya.
Di sisi lain, semua pisau kecil yang akan mengenainya meleset seolah tidak pernah diarahkan pada Asheel.
Itu adalah kemampuan paling aneh yang selalu ditunjukkan olehnya. Merlin mengakuinya sendiri bahkan dia tidak mengerti bagaimana Asheel melakukannya.
King tercengang ketika melihat tidak ada satupun pisau yang mengenainya saat Asheel bahkan tidak mengangkat tangannya. Jika serangannya diblokir, dia kasih menerimanya tapi ini meleset! Terlepas dengan bagaimana Asheel mengenal Merlin, tetap saja dia tidak akan ragu membantu rekannya. Apalagi, situasinya tampak gawat saat ini.
Ban, Meliodas, dan Escanor sudah tumbang. Elizabeth terlihat putus asa saat merawat tubuh Meliodas. Zeldris dan Gelda tidak mampu bergerak karena keduanya memprioritaskan keselamatannya masing-masing. Diane meringkuk ketakutan, dia tidak takut karena kekuatan Asheel yang begitu mengerikan, tapi takut karena tidak bisa menerima kenyataan pada apa yang terjadi pada teman-temannya. Setidaknya, hanya Gowther dan King yang masih tetap berusaha tenang. Tetapi Gowther tidak bergerak sedikitpun dari tadi, ekspresinya lumpuh.
Asheel sudah berada tepat didepan Merlin sekali lagi, dia menyengram tangan Merlin ke atas, lalu tangan lainnya digunakan untuk mengangkat dagunya.
Mata Merlin terbuka lebar, pupilnya tampak bergetar. Tatapannya lurus menatap mata hijau giok Asheel. Kemerahan di pipinya tidak bisa disembunyikan. Merlin sangat gugup saat ini.
Itu hanya dalam sepersekian detik, Merlin langsung menarik tangannya. Dia menghela napas ketika tidak mampu mendongak melihat wajah Asheel. "Padahal aku mengharapkan reuni yang lebih baik. Kau benar-benar menjadi orang yang berbeda."
"Apakah aku harus mengatakan; kau sudah dewasa, Merlin." Asheel menepuk kepalanya.
Dia tiba-tiba terganggu ketika melihat gumpalan daging di belakangnya memaksakan tubuhnya untuk bergerak. "Lepaskan, Merlin-san. Dasar bajingan!"
Escanor menggunakan semua yang dia punya hanya untuk bisa bergerak, dia mendongak menatap Merlin dan Asheel. Sementara itu, King memiliki firasat lain. Dengan bagaimana Merlin dan Asheel bertindak, dia curiga hubungan keduanya lebih dalam dari yang dia perkirakan.
"Dosa Kebanggaan?" Asheel sedikit terkejut. "Kau berani begitu bangga dihadapanku, benar-benar manusia angkuh."
"Ya .... aku manusia.... manusia terkuat..! Entah itu Iblis, atau bahkan Dewa sekalipun... Aku akan membunuhnya!!" Escanor menggeram di antara kata-katanya.
Asheel menatapnya dalam diam, setelah beberapa saat, dia tidak mempedulikannya lagi. Dia menoleh ke Merlin dan mengulurkan tangannya, "Ayo pulang."
"..." Merlin menatap tangannya yang terlulur. Dia terdiam, memikirkan apakah ini akan baik-baik saja jika dia meraih tangannya. Dari dalam lubuk hatinya, dia tahu bukan ini yang dia inginkan, tapi di sisi lain dia tahu ini adalah jalannya yang dia pilih sejak awal. Dia sudah bersiap untuk meninggalkan semua yang dia punya di dunia ini.
Tangannya terulur, akan meraih tangan Asheel, tapi kemudian dia membuka telapak tangannya tepat di wajah Asheel. Ekspresinya sangat dingin saat dia merapal:
"«Exterminate Ray»!"
BOOM!
Pandangan Asheel dipenuhi oleh cahaya ungu saat laser mengenai wajahnya. Asheel hanya merasa seperti sedang disiram oleh uap hangat. Rambutnya berkibar ke belakang mengikuti tekanan udara.
Angin sepoi-sepoi mereda, menghangatkan kepala Asheel. Padahal, udara disekitarnya mendidih karena sihir itu, tapi dia bahkan tidak bergeming sedikitpun.
Saat itu, Merlin sudah berpindah jauh ke belakang, menatap Asheel dengan waspada saat tangan kanannya melayangkan Aldan di udara.
Asheel menutup matanya sekali lagi, tapi dia dengan cepat membukanya. Dia membuka mulutnya, "Aku ingin menerima tantanganmu, karena dengan begitu aku bisa melihat perkembanganmu. Tapi itu tidak perlu, hanya membuang-buang waktu saja karena aku sudah tahu peningkatanmu hanya dengan mengamatimu."
Merlin memiliki ekspresi kerinduan di wajahnya, dia menatap Asheel dengan tatapan nostalgia. "Aku tidak pernah merasa kecewa padamu, hanya saja ini terlalu berat untukku. Kau secara tidak langsung menawariku jalan yang sudah pasti aku sesali. Sebelum itu, aku tidak ingin ada penyesalan lagi."
Semua orang yang masih sadar tidak mengerti apa yang keduanya bicarakan, tapi mereka mengira dua orang itu sudah pernah bertemu setidaknya. Atau bahkan, keduanya pernah akrab di masa lalu.
"Begitukah?" Asheel memiliki ekspresi yang hampir mati karena bosan. Meski dia bisa berekspresi dengan melihat bagaimana orang lain melakukannya, tapi hatinya berbeda. Itu tetap hampa seperti sedia kala. Ekspresi dan perasaan mengatakan hal yang sebaliknya. Itu adalah kasus Asheel saat ini.
Dia harus merasakan kembali dunia dari nol, itulah yang biasanya terjadi setelah Asheel bangun dari Chaos Distraction, tapi kali ini berbeda. Entah bagaimana, dia merasa terlahir kembali.
Hanya saja dia masihlah seorang Chaos, takdir untuk menghancurkan masih melekat padanya. Itu adalah perasaan yang sangat akrab karena dia sering merasakannya.
"Sayangnya aku tidak bisa bermain-main denganmu. Banyak hal di luar dunia ini yang masih menunggu kematianku." Asheel masih memiliki ekspresi kebosanan di wajahnya.
Dia mengangkat tangannya, di bawah tatapan dua Dewa, dan semua orang yang menyaksikannya, dia hanya menjentikkan darinya.
Tik!
BOOM!
Tekanan yang menghancurkan turun ke semua orang yang memiliki tato Dosa ditubuhnya. Tato hewan itu bersinar nyaring, memberi ilusi jika mereka ditimpa oleh sesuatu yang kolosal. Seolah gravitasi membungkuk ke bawah, Tujuh Dosa Mematikan menjerit kesakitan saat kekuatan tak terlihat terus menekan mereka.
"Apa yang terjadi pada kalian?" Elizabeth bangun dari linglungnya ketika dia merasa Meliodas menjadi sangat berat. Tapi yang mengejutkan, Meliodas tiba-tiba terbangun!
Hanya saja dia juga menjerit kesakitan saat sakit kepala yang hebat menyerangnya, benar-benar membuatnya menderita. Bukan hanya Meliodas, semua anggota Tujuh Dosa Mematikan bahkan Merlin tidak terkecuali mengalami tekanan sakit kepala yang hebat. Mental mereka diguncang oleh kejahatan manusia yang mewakili dosa mereka masing-masing.
Zeldris dan Gelda saling memeluk diri dalam keadaan yang tidak diketahui saat ini. Mereka berdua tidak berani beranjak dari tanah sedikitpun.
Tidak jauh, Mael juga segera bersembunyi ketakutan ketika menyaksikan aura kejahatan berkumpul ke tempat ini. Dia datang ke sini sebelumnya untuk mengantar Escanor.
"Hentikan!" Elizabeth menjerit ke arah Asheel. Dia berlari ke arahnya dan menggucang kerahnya beberapa kali. "Apa yang kau lakukan pada Meliodas dan yang lainnya!?"
Asheel menyipitkan matanya dengan tenang, "Mereka adalah pendosa, mereka harus merasakan penebusan dosa mereka sendiri."
Ekspresi Elizabeth berkerut lebih marah ketika mendengar jawabannya. "Bukankah kau lebih berdosa ketimbang mereka!? Kau sudah membuat banyak orang menderita hanya karena memuaskan kesenanganmu!"
Asheel ingin tertawa, "Aku hanya--"
"Benar yang dikatakan gadis ini. Seharusnya kau lebih sadar diri, Asheel."
Suara seorang wanita terdengar, diikuti oleh suara tusukan yang menikam tubuh Asheel dari belakang. Tusukan itu tepat berada pada bagian jantungnya.
Elizabeth melihat wanita yang tampak familiar dengan Zora sekali lagi, tapi dia yakin itu bukan dia. Dia adalah wanita yang sama dengan yang dia temui 3000 tahun yang lalu!
"Kamu....?"