webnovel

Demon King defeated?

"Ugh!"

Wajah Raja Iblis tiba-tiba berubah menjadi jelek, apalagi dirinya saat ini sedang dalam perjuangan hebat melawan Zora.

"Ada apa, Raja Iblis? Apakah anakmu sedang memberontak?" Zora memprovokasi.

Dia tahu jika Meliodas setidaknya sudah tidak memiliki keraguan lagi melawan Raja Iblis. Berkat kekuatan persahabatan yang dihasilkan dari teman-temannya yang mengunjungi alam jiwanya, Meliodas berhasil bangkit lebih kuat.

Karena itu, kesadaran Raja Iblis dalam tubuh Meliodas perlahan-lahan direnggut.

"Argh! Sangat menyebalkan, kalian makhluk rendahan beraninya bersikap lancang! Aku akan kutunjukkan konsekuensi dari melawan Dewa!!!" Raja Iblis sudah muak dengan wibawa yang selalu dia pertahankan saat dirinya sudah ditekan sejauh ini.

Dia meraung sekuat tenaga, mengerahkan semua kekuatannya ke lengannya, dan memusatkan Aura Kekacauan dalam serangannya.

Aliran ungu membludak, berhasil mendorong cahaya pedang Zora sedikit demi sedikit. Karena ini adalah pertaruhan antara dua serangan terkuat, masing-masing dari mereka tidak berani melonggarkan sedikitpun otot mereka.

Postur Zora sedikit goyah saat serangan Raja Iblis berhasil mendorongnya, tapi kemudian dia menyeringai. "Kurasa sudah waktunya."

"Apa yang kau bicarakan!? Ini belum berakhir sebelum aku menghancurkanmu!!!"

Dengung!

"Uh, apa yang terjadi?!" Raja Iblis tiba-tiba kehilangan tenaganya saat semua energi yang dia manifestasikan dalam serangan sebelumnya telah teruaikan.

Aliran destruktif yang terkandung dalam pedangnya tiba-tiba menghilang ke udara tipis, membuat kesempatan bagi Zora untuk menyerang.

"Sekarang!"

Zora menebas pedang cahayanya ke depan, berhasil melukai tubuh Meliodas dengan luka membentang dari dadanya ke bawah.

Cahaya yang menyilaukan seperti kembang api muncul di langit, menembus awan hingga cakrawala diwarnai biru kembali. Dunia putih ikut padam, dan bencana alam yang timbul akibat kegelisahan Britannia juga ikut lenyap.

Tapi Zora tahu itu hanya sementara, karena keberadaan Meliodas masih membawa kegelisahan bagi Britannia.

Tidak seperti dia, Flora, Ophis, dan Naga Emas, Meliodas belum mendapat restu dari Britannia itu sendiri sehingga keberadaannya masih dianggap berbahaya.

Blak!

Tubuh Meliodas yang sudah tak bertenaga jatuh ke tanah.

"Meliodas!" Elizabeth segera berlari menghampirinya.

"Ouch! Astaga, astaga, astaga. Aku sampai dibuat babak belur begini ..."

Meliodas tiba-tiba bangun dan mengerang karena mendapat luka di semua bagian tubuhnya.

"Haha, Danchou! Ayahmu benar-benar tidak bisa menjaga tubuhmu dengan baik~!" Ban menyapanya sambil menarik tangannya bangkit.

"Danchou telah kembali!" Diane berseru gembira.

Gowther dan yang tersisa lainnya juga ikut percakapan Meliodas, memberi selamat datang kembali.

"Hmm?" Merlin yang sudah terlanjur senang karena salah satu kunci kebangkitan Asheel telah terselesaikan, tiba-tiba merasakan ada yang telah dia lewatkan. "Atsmosfer terasa aneh." Dia mengerutkan kening, sebelum menggelengkan kepalanya.

Dia merasa telah mengingat sesuatu, tapi dia sudah terlalu lelah sekarang, jadi lebih baik memikirkannya setelah istirahat nanti.

"Ada apa, Merlin?" Elizabeth bertanya, sambil mengusap air mata karena betapa terharunya dia setelah Meliodas telah terselamatkan.

"Aku tidak apa-apa, Nee-nee." Merlin menenangkannya, sebelum dia merasa tatapan intens sedang diarahkan padanya.

Ternyata yang sedang menatapnya dengan serius adalah Meliodas.

"Merlin, apakah kita pernah bertemu 3000 tahun yang lalu?"

Tubuh Merlin sedikit tersentak oleh pertanyaannya, tapi dia dengan cepat tenang. "Kau mungkin tidak tahu, tapi akulah yang telah menyelamatkanmu dulu."

"Kalau itu aku sudah tau, Elizabeth memberitahuku. Yang kumaksud adalah waktu sebelum itu, apakah kita pernah bertemu?" Meliodas bertanya lagi.

Merlin memiringkan kepalanya, "Aku sudah lupa. Apa kau merasa seperti itu, Danchou? Mungkinkah kita pernah berpapasan saat aku kabur dari Belialuin saat itu?"

"Ohh, tidak ada ... maksudku, aku sudah tidak mengingatnya lagi." Meliodas dengan wajah bercanda menggaruk kepalanya, sebelum berdiri dan memimpin semuanya: "Kalau begitu, ayo kembali ke Boar Hat! Kalian berdua juga ikutlah dengan kami!"

Perkataan Meliodas merujuk pada Flora dan Zora.

Flora menunduk ke arahnya dengan anggun, "Terima kasih atas tawarannya, tapi tidak perlu. Kami masih memiliki urusan lain yang harus kami selesaikan."

"Oh ..." Meliodas tersenyum. "Kalau begitu, mau bagaimana lagi."

Flora, setelah menolak tawaran Meliodas, lalu menatap Merlin dan memberinya anggukan, dengan yang terakhir membalasnya. Tapi kemudian dia memperhatikan jika kondisi Merlin sebenarnya kurang baik.

'Kekeringan mana?' Flora mendiagnosis keadaan tubuh Merlin. 'Jika aku ingat dengan benar, Merlin sudah merapal banyak sihir yang berbeda hari ini. Tapi seharusnya cadangan mananya sangat menakutkan, apa yang sebenarnya terjadi?'

Setelah memikirkannya sejenak, akhirnya Flora mendekatinya.

"Merlin-chan," dia memanggilnya.

"Hm?" Pada saat itu, Merlin menyadari jika pandangannya sangat kabur. 'Apakah aku terlalu senang karena kebangkitan Asheel tidak lama lagi akan terjadi, dan karena itu aku tiba-tiba menjadi pusing?'

Semakin dia berpikir, semakin hebat rasa sakit kepala yang datang, dan karena itu dia mencoba untuk tidak memikirkannya.

Pluk!

Wajahnya tiba-tiba tenggelam di bantal kenyal yang sangat luar biasa. 'Rasanya sangat menenangkan.....'

Flora tersenyum ketika menyadari Merlin sudah menutup matanya. Dia menaruh kepala Merlin di asetnya, yang terbukti berguna setelah melihat betapa nyenyaknya tidur Merlin kali ini.

Setelah dalam keadaan itu sejenak, Flora kemudian menyerahkan Merlin ke Elizabeth. Escanor segera menghampirinya dengan khawatir, dan Dosa lainnya juga sama.

Kemudian, mereka semua melakukan perpisahan. Tujuh Dosa Mematikan bersama Hawk dan Elizabeth kembali ke Boar Hat, sedangkan Mael dan Ludociel terbang ke langit bersama-sama, dan Zeldris...

Anehnya Zeldris sudah tidak ada lagi disini.

Hanya terdapat kedua saudari Celestial yang tersisa di tempat itu.

"Zeldris telah menghilang," Flora dengan muram berkata, matanya terus melirik sekeliling, tapi tidak menemukan Zeldris di manapun. Bahkan setelah dia mengendalikan bumi dalam jarah ratusan mil dengan dia sebagai pusatnya, tapi Zeldris masih tidak ditemukan.

Zora mengelus dagunya lalu menambahkan, "Dengan luka separah itu, aku ragu Zeldris bisa kabur begitu cepat. Yang artinya ..."

"Seseorang membawanya kabur." Flora menyelesaikan kalimatnya.

"Tapi siapa itu?" Zora bertanya dengam bingung.

"Itu adalah Cusack," jawab Flora.

"Cusack?" Zora mengatakannya dengan tidak yakin. "Jika aku ingat dengan benar, Merlin pernah mengatakan jika Original Demon akan lenyap setelah batas waktu tertentu. Itulah kutukan yang diberikan oleh Raja Iblis untuknya..." Perkataan Zora melambat setelah dia menyadari sesuatu.

"Raja Iblis masih hidup?!" Dia cukup terkejut dengan fakta itu, tapi langsung tenang di detik berikutnya karena fakta jika yang dilawannya kali ini adalah seseorang yang memproklamirkan dirinya sebagai Dewa.

Entah bagaimana Raja Iblis menyelamatkan dirinya saat di tubuh Meliodas, atau karena fisik aslinya yang seharusnya disegel di Purgatory masih ada, kedua saudari Celestial itu tidak tahu bagaimana metode Raja Iblis menyelamatkan jiwa Original Demon di saat-saat terakhir.

Atau jiwa Original Demon tidak pernah diselamatkan sama sekali, hanya rasa cinta dan kasih sayang kepada Zeldris yang merupakan muridnya berhasil memisahan jiwa Cusack lagi setelah menyatu sebagai Original Demon.

Flora mengangguk, "Untuk hal penting seperti itu, seharusnya Merlin dapat dengan mudah menyadarinya. Tapi dia tampaknya kurang sehat, aku khawatir..."

"Mungkinkah kita akan dipukuli oleh Asheel jika kita tidak berbuat apa-apa untuk membantu Merlin?" Zora mengatakannya dengan bercanda.

"Zora..."

Melihat kakak perempuannya menatapnya dengan tidak senang, dia buru-buru berkata: "L-Lord Asheel! Maksudku Lord Asheel!"

Flora mengembalikan senyumnya setelah itu, lalu dia menatap tanah sebelum melambaikan tangannya.

Tanah tampak melonjak, dan Zora mengira kakak perempuannya akan menumbuhkan sesuatu seperti tanaman atau pohon, tapi yang mengejutkannya adalah apa yang keluar dari lonjakan tanah itu ternyata kakek tua berperut buncit dengan jenggot lebat melingkari wajahnya.

"Chandler?" Zora terkejut, sebelum mengonfirmasi dalam pikirannya. "Jadi benar-benar Cusack yang membawa kabur Zeldris, dan menusuk Chandler dari belakang..."

"Wadah cadangan Raja Iblis akan digunakan, aku akan mencari tahu kemana arahnya!" Flora mengepakkan sayapnya dan terbang ke suatu tempat.

"Tunggu, Onee-sama!"

Bab berikutnya