webnovel

Pertempuran di Camelot

Camelot saat ini sedang diserbu oleh pasukan Iblis, dengan sebagian besar dari mereka adalah Red Demon dan Gray Demon. Banyak asap melambung ke langit dan kehancuran properti warga bisa dilihat dari kejauhan.

"Aku bisa menahan para Iblis itu dengan kemampuanku. Tapi dengan kondisiku saat ini -- sepertinya mustahil." Gowther tiba-tiba berkata.

Merlin yang mendengarnya mengangguk mengerti. "Sepertinya tidak ada pilihan lain."

Merlin lalu menunjuk tanah didepannya menggunakan Aldan, sebelum Morning Star itu bercahaya. "«Create Golem»."

Tanah yang ditargetkan tiba-tiba melonjak dan bergerak, sebelum menggeliat dengan aneh dan mengambil bentuk humaoid dengan sendirinya.

Tubuh yang baru saja diciptakan Merlin merupakan Golem yang terbuat dari tanah liat melalui alkimia dan sihirnya. Ukuran dan proposal tubuh itu sangat mirip dan cocok dengan Gowther, hanya saja Golem itu tidak memiliki kepala.

"Gunakan tubuh ini terlebih dahulu, salahmu tubuhmu hancur karena berani macam-macam dengan Ophis-chan." Merlin mendorong Golem itu ke Gowther.

"Aku akan mengingatnya untuk tidak mengganggunya lagi." Gowther menjawab.

"Jadi, aku hanya harus menaruh ini ke lehernya, kan?" Meliodas membawa kepala Gowther dan menaruhnya di leher golem itu.

Cklek!

"Ohh, sudah terpasang!" Meliodas tersenyum dan mundur beberapa langkah.

Gowther mencoba menggerakkan tubuhnya namun sangat sulit. "Yang bisa kugerakan dengan bebas hanyalah kepalaku."

"Begitu, harus ada sistem saraf, ya?" Merlin mengelus dagunya lalu mengeluarkan sebuah kristal merah dari udara tipis.

Dia kemudian menancapkan kristal metah itu ke dadanya, sebelum banyak urat merah menjalar ke seluruh tubuh Golem.

"Seharusnya baik-baik saja, tapi akan sangat boros karena setiap pergerakan yang kau lakukan membutuhkan mana." Merlin memberitahu.

"Tidak masalah, aku akan bergerak dengan efisien."

"Kalau begitu, ayo kita segera mulai!" Arthur memimpin mereka dengan mendesak.

"Oke," Mereka mengangguk sebelum Meliodas menatap babi pink berisik itu. "Hawk, aku akan menyerahkan Elizabeth padamu. Aku sendiri akan menghadapi Zeldris sendirian."

"Serahkan padaku!"

...

BOOM! BOOM! BOOM!

Gray Demon membuka mulutnya dan mengeluarkan laser untuk membawa malapetaka bagi Camelot.

"Bertahanlah!"

"Serang!"

"Serang!"

BOOM! BOOM!

"Aarghh!"

"Hei, bertahanlah!"

"Mundur, kita tidak bisa menanganinya."

Saat seseorang mencoba memimpin Ksatria Suci untuk mundur, tiba-tiba...

Shing! Shing! Clang!

Splash!

Suara daging jatuh dan tumpahan darah bisa terdengar, membahasi tembok pemukiman, dan menghancurkan jalan.

"S-Siapa itu?!"

"Sangat kuat!"

Banyak seruan keluar dari mulut Ksatria Suci Camelot saat mereka semua menatap ke arah pria dengan pakaian timur di depannya.

"Hmm, aku berniat mengunjungi kerajaan ini setelah mendengar Raja disini sangat mahir dalam ilmu pedang. Tidak kusangka akan bertemu kawanan Iblis. Sungguh ketidakberuntungan." Pria timur itu membuka mulutnya, dengan nada yang terdengar mengeluh sekaligus bersemangat.

"M-Maafkan saya, tapi ... saya belum pernah melihat pejuang hebat seperti Anda di sini. Siapakah Anda?" Salah seorang Ksatria Suci memberanikan diri untuk menanyakan identitas dermawan itu.

"Namaku Nanashi, seorang pendekar pedang pengelana. Kebetulan aku berada di negeri ini untuk melihat raja dengan mata kepalaku sendiri." Pria timur itu memperkenalkan diri.

Nanashi mempunyai penampilan seperti seorang pria asia, memiliki rambut dan mata yang panjang berwarna gelap, dengan yang pertama dikuncir kuda sederhana yang memiliki bagian kecil jatuh di sisi kiri wajahnya. Dia mengenakan kosode yang ringan dan sedikit berkerut dengan lengan sepanjang lengan bawah, selempang obi bermotif di pinggangnya dan sepasang hakama gelap. Di sisi kiri pinggangnya ada katana yang terselip di obi. Dia juga terlihat mengunyah apa yang tampak seperti ranting.

"Sepertinya negeri ini sedang dalam masalah, ya?" Nanashi menyeringai ke para Ksatria Suci. "Yah, aku tidak bisa banyak membantu jika para monster itu ada disini."

BOOM! BOOM! BOOM!

Sebuah ledakan berturut-turut terjadi di dekat mereka, bersamaan dengan runtuhnya bangunan-bangunan sekitarnya.

"«Human Detect»."

Sebuah suara lembut terdengar dari atas mereka, dan saat mereka mendongak, seorang wanita berambut hitam bisa terlihat di sana dengan gaun feminimnya yang berkibar.

"«Apport»."

Wanita itu membuka mulutnya lagi, dan setelah mantra itu selesai diucapkan, semua warga di wilayah Camelot menghilang secara tiba-tiba.

"I-Itu!"

"Tidak salah lagi!"

"Itu Merlin-sama!"

"Penyihir terhebat umat manusia!"

"Merlin-sama telah membantu kami!"

Seruan tekad dan semangat terdengar diantara pasukan Ksatria Suci, yang membuat Nanashi tersenyum kecil sambil mengunyah ranting di mulutnya.

"Aku tidak bisa kalah dari mereka!"

Nanashi lalu melesat ke arah para Iblis berada, tapi sebelum dia menyerangnya, sebuah kilat cahaya jatuh dari langit dan mengenai Red Demon yang akan dia serang sebelumnya.

BAM!

Kilatan cahaya menusuk tepat dimana Red Demon berada, sekaligus menghempaskan iblis-iblis yang bergerombol di sekitarnya.

Setelah asap debu mengendap, bayangan pedang dan manusia yang awalnya hanya sebuah siluet akhirnya menampakkan dirinya semakin jelas.

"Sepertinya kau cukup tangguh, boleh aku tahu namamu, pejuang pemberani?" Sosok dalam siluet itu membuka mulutnya pada Nanashi.

"Heh, aku juga senang bertemu ksatria hebat sepertimu. Namaku Nanashi, seorang pendekar pedang."

"Nanashi-dono, ya? Aku harap bisa akrab denganmu. Tapi sangat tidak mungkin di situasi saat ini. Aku harus menjalankan kewajibanku sebagai seorang raja. Oh, betapa tidak sopannya aku belum memperkenalkan diri. Namaku Arthur Pendragon, Raja Camelot saat ini."

"Oh, Arthur-sama. Pengguna Pedang Suci Excalibur yang dirumorkan. Suatu kehormatan bertemu denganmu." Nanashi membungkuk ke Arthur.

"Arthur, aku sudah selesai memindahkan semua warga sipil."

Suara Merlin tiba-tiba terdengar.

"Terima kasih atas kerja kerasmu, Merlin!" Arthur berseru.

"Untuk menyelamatkan rakyat yang begitu banyak dalam waktu singkat, betapa hebatnya engkau sang Penyihir." Nanashi memuji Merlin.

"Haha, Merlin memang adalah yang terhebat sejak dulu!" Arthur tertawa.

"Arthur, waspadalah. Terdapat banyak korban jiwa karena Sepuluh Perintah Tuhan ada disini." Merlin memperingatkan Arthur.

Peringatan Merlin sendiri merujuk pada pemandangan jiwa-jiwa yang terbang ke satu tempat.

"Itu pasti Melascula, dia sangat mahir dalam memanipulasi jiwa." Merlin memberitahu.

"Jadi benar mereka, ya?" Nanashi menghela napas setelah mendengar peringatan Merlin.

"Oh, kamu tahu mereka? Aku hampir mengira kau adalah anggota Klan Dewi setelah melihat sisa-sisa aura suci dari tubuhmu." Merlin mengangkat alis dengan tertarik.

Nanashi membelakakan matanya, sebelum menghela napas sekali lagi. "Anda benar-benar seorang Penyihir, Merlin-dono."

"Jadi memang benar," Merlin terkekeh.

BOOM!

Tiba-tiba suara ledakan terdengar terdengar di dekat mereka, sebelum menampakkan bangunan yang runtuh dengan diatasnya adalah Red Demon yang sudah kehilangan nyawanya.

"Merlin, sebaiknya kita segera ke istana. Aku yakin Zeldris juga ada di sana." Meliodas tiba-tiba datang dari asap debu.

"Ya, kita masih harus pergi ke Liones setelah ini." Merlin menjawab, yang kemudian dia mengangkat tangannya sebelum banyak bola warna-warni muncuk di atas telapak tangannya.

"«Random Ball»."

Setelah bola warna-warni dilepaskan, bola-bola itu melesat ke segala arah dan mengenai para Iblis yang ada di Camelot, menembus tubuhnya seketika.

"Ayo!" Merlin mengajak saat tubuhnya yang melayang melesat ke depan, sebelum mereka mengikutinya dari belakang.

Saat mereka akan sampai ke istana, tiba-tiba mereka disergap oleh apa yang tampak terlihat seperti Undead. Skeleton dan Zombie berjalan secara bergerombol, menghentikan pergerakan mereka.

Meliodas, Arthur, dan Nanashi segera menebaskan pedangnya ke arah para Undead, namun terbukti tidak efektif karena mereka tetap bergerak bahkan setelah bagian vitalnya terserang.

"Cara paling efektiv dalam menangani Undead adalah menyerangnya dengan benda tumpul, atau mengedarkan senjatamu menggunakan energi suci. Nanashi, sepertinya kau masih bisa mengakses energi suci dalam tubuhmu, dan Arthur, sejak awal Excalibur adalah sebuah Pedang Suci, tapi sangat jarang ada yang bisa mengeluarkan kekuatan tersembunyi itu. Tapi aku yakin kau bisa melakukannya."

"Baik!"

"Serahkan padaku!"

Merlin lalu menatap kaptennya, "Danchou, kita akan menerobos istana dan melawan Sepuluh Perintah Tuhan secara langsung. Serahkan yang disini pada Arthur dan Nanashi."

Bab berikutnya