webnovel

Puncak Kekacauan 4

Ini adalah pemandangan aneh lain, dengan jutaan Iblis di sisi kiri sedangkan jutaan Malaikat di sisi kanan. Semua pasukan itu merupakan penghuni asli gerbang, dan sekarang kedua belah pihak saling menatap dan siap berperang.

Bagaimana jutaan jiwa secara langsung bisa muncul di dunia ini?

Nah, itu karena item yang Asheel gunakan sebelumnya.

Armageddon Evil, merupakan mantra tier 10 dari item yang diciptakan oleh salah satu Supreme Being dalam guild Ainz Ooal Gown. Setelah pencipta aslinya, Ulbert Alain Odle, menyerah untuk menyempurnakan item yang dia dambakan, kemudian dia menyerahkannya kepada Asheel.

Setelah berada di tangan Asheel, tentu saja dia akan mengotak-atiknya dan membuat kualitas item itu menyaingi World Class Item yang mampu memanggil pasukan Iblis dalam jumlah tak terbatas yang pada akhirnya akan memakan seluruh dunia.

Sedangkan item lain yang Asheel gunakan sebelumnya, itu hanyalah Crystall Data yang telah diukir menjadi bentuk patung Malaikat. Di dalamnya terdapat Ultimate Skill terkuat dari dunia Rimuru, Justice King Michael, yang salah satu kemampuannya adalah memanggil jutaan Malaikat di bawah kendali mutlak pengguna.

Tentu saja Asheel tidak akan puas jika kedua item itu memiliki kemampuan persis dengan versi yang sudah ada, jadi dia juga memodifikasi skillnya.

Dan sekarang, dia memutuskan untuk menggunakan kedua item berharga itu untuk mengantarkan kekacauan dalam dunia yang berada dalam otoritasnya sendiri.

'Tuan, menurutku Anda sudah keterlaluan.'

Asheel bisa mendengar suara Lady of the Lake di benaknya.

'Apakah kau setia padaku atau dunia ini?'

Dihadapkan dengan pertanyaan yang sulit itu, Lady of the Lake terdiam sejenak.

'Tentu saja saya memiliki kesetiaan penuh pada Anda, tidak diragukan lagi. Tapi dalam situasi saat ini, saya sangat memprihatinkan kelangsungan hidup Britannia untuk kedepannya. Jika dunia ini hancur, maka keberadaan saya juga ikut menghilang, dan saya takut tidak bisa melayani Anda lagi.'

'Apa kau akan bangga jika harus mati untukku?' Asheel memberi pertanyaan terakhir.

'Saya akan!'

Perkataan tanpa ragu dan penuh keyakinan yang Lady of the Lake ucapkan membuatnya menghela napas.

'Kamu tidak perlu khawatir, dengan sebagian otoritas yang aku berikan sebelumnya, seharusnya kamu mampu memerintah Aturan Dunia untuk dengan cepat memulihkan dunia ini. Tiga ribu tahun sudah cukup bagi dunia melupakan sejarahnya.'

'Saya akan menggunakan berkah yang Anda berikan dengan sebaik-baiknya, Tuan.'

Setelah Lady of the Lake mengatakan itu, tautan komunikasi mereka segera terputus. Bahkan tanpa Asheel melihatnya, dia tahu jika wanita itu baru saja membungkuk ke arahnya.

'Nah, sekarang...'

Asheel lalu menatap ke arah pasukan yang sudah siap untuk saling membunuh satu sama lain.

'Hidangan terakhir! Hanya dengan satu kata...'

Hanya dengan satu kata, Asheel mampu menentukan ke mana akhir perang ini akan pergi. Pada akhirnya, dia masih kalah melawan hawa nafsunya.

"Mulai!"

...

Satu kata itu seperti penentuan hidup dan mati seseorang, tapi skala yang terjadi bahkan lebih besar. Satu kata itu telah membuat seluruh dunia terbalik.

Sejarah akan mengingatnya, perang tak terlupakan yang terjadi pada masa ini. Tidak ada strategi, siasat, formasi, atau persiapan.

Jutaan Iblis dan Malaikat mengeluarkan meneriakkan tekad mereka. Haus darah dan niat membunuh memenuhi sekitarnya dan mampu menembus lingkungan itu sendiri.

Darah Iblis seperti racun bagi kehidupan, dan darah malaikat yang seperti cairan suci. Kedua darah tumpah ke medan perang dan terkontaminasi satu sama lain, menghasilkan sesuatu yang kacau.

Hanya dalam satu menit, puluhan nyawa melayang dan mayatnya menjadi satu dengan dunia.

Perang Suci antara Empat Klan seperti pertengkaran anak-anak di hadapan perang kekacauan yang sebenarnya. Tidak ada yang bisa menghentikan perang ini karena Penguasa Kekacauan tidak mengijinkannya.

Asheel saat ini duduk di atas takhta yang melayang, dengan kepala di tumpu oleh salah satu tangan dan kakinya yang menumpuk satu sama lain. Mulutnya membentuk senyuman mengerikan dan dari ekspresinya, dia terlihat sangat menikmati pertunjukan yang dipaparkan tepat di hadapannya.

"Ini sangat menyenangkan. Aku butuh pertunjukkan seperti ini untuk kehidupan sehari-hariku kedepannya."

Pikirannya telah terpengaruh oleh kekacauan, dan dia kembali menjadi dirinya yang dulu.

Asheel tahu jika seharusnya dia tidak menginginkan sesuatu yang sekeji ini. Tapi perang ini terlihat sangat memukau di matanya.

"Siapa yang mengira jika aku akan jatuh serendah ini? Aku tahu Sera sedang melihatku dengan khawatir, tapi aku tidak berani menunjukkan sosokku saat ini kepadanya. Aku yang sekarang hanyalah wujud dari semua kejahatan yang ada, bersenang-senang dengan penderitaan, dan bermain dalam keputusasaan.

Sangat buruk, sangat buruk. Ngomong-omong, orang yang telah menuntunku ke jalur Penguasa Kekacauan..."

Asheel sambil dengan angkuh menonton perang, kemudian memikirkan seseorang yang pernah menjadi kehidupannya di masa lalu.

"Huh, mungkin orang itu masih tidak bosan untuk terus menguntitku."

Asheel lalu melirik ke langit. Matanya seolah-olah bisa menembus berbagai dimensi secara langsung dan mengabaikan batasan Omniverse yang ada.

Dalam benaknya, dia bisa melihat sosok gelap yang duduk di depan cahaya redup dengan seringai lebar di wajahnya. Sosok itu tahu jika Asheel sedang menatapnya, dan dia tidak bisa menyembunyikan kegembiraan di wajahnya.

Sebelum Asheel bisa melihat apa yang sosok itu lakukan, dia sudah memalingkan muka.

"Orang itu masih sama..."

Dia menghela napas dan mengalihkan pandangannya ke panggung perang yang telah memasuki babak kedua.

"Aku mulai bosan."

Asheel bahkan tidak menyadari jika kesadarannya mulai pulih secara perlahan.

...

Sementara pasukan yang berasal dari gerbang telah memulai perangnya, pribumi dunia ini yang masih tersisa hanya bisa menjauh dari medan perang sejauh mungkin.

Di hutan, para prajurit Stigma juga sudah di bantai oleh pasukan Iblis yang lewat, hanya menyisakan beberapa yang masih hidup.

Saat itu, gerbang yang sebelumnya telah dibajak oleh Gowther telah pulih, dan dari gerbang yang sama, sesosok anak kecil muncul.

"Monspeet terus mengirimkan alarm darurat, hanya apa yang terjadi....?!"

Saat kakinya baru saja menapakkan tanah, orang itu mendengar seorang wanita berkata di sebelahnya:

"Kau lama sekali, ya?"

Orang yang baru saja keluar dari portal itu disambut oleh Melascula.

Dia lalu melihat pemandangan yang sangat biadab melalui persepsi sihirnya. Semua orang seperti kehilangan ketakutan dan tanpa pamrih terus menyerang musuhnya dengan tidak mempedulikan nyawanya sendiri.

Para prajurit Stigma yang seharusnya menjaga tempat ini juga sudah lama terbantai, dan sekarang hanya menyisakan beberapa saja yang masih hidup. Pasukan Iblis dan Malaikat yang keluar dari kedua gerbang telah banyak membunuh mereka.

Menyaksikan aura keputusasaan, kesedihan, kemarahan, dan emosi negatif lainnya sekali lagi, sosok bocah itu terdiam sejenak.

Walaupun orang itu sudah sangat terbiasa dengan situasi perang, tapi tetap saja perang tanpa rasa takut dan putus asa hanyalah sebuah neraka hidup.

Orang-orang tidak peduli dengan nyawa mereka sendiri dan terus bertarung, dan mereka akan berhenti setelah mereka mati.

Tidak ada divisi medis, tidak ada pemimpin, dan tidak ada aturan. Dengan tidak hadirnya semua hal itu dalam perang, pada akhirnya hanya akan menimbulkan ketidakbahagiaan. Tidak ada sesuatu yang baik yang dihasilkan dari perang, hanya ada manfaat.

Perang antara cahaya dan kegelapan, bagaimanapun hal itu masih tergantung pada bagaimana orang lain menilainya. Saat kamu di pihak Iblis, maka keadilan di hatimu akan terus mendukung sisi Iblis. Dan sebaliknya.

Tidak ada yang baik dan jahat dalam perang, hanya sudut pandang.

Perang yang terjadi saat ini adalah perang tanpa alasan. Masing-masing pihak tidak tahu apa yang sebenarnya mereka perjuangkan, dan hanya mematuhi perintah pemanggilnya.

Pemanggil menginginkan kekacauan, dan mereka akan menghiburnya dengan pertunjukan perang. Keberadaan mereka ada hanya untuk keinginan pemanggil mereka.

Itu sudah salah.

Menyianyiakan jutaan jiwa hanya untuk sebuah pertunjukan sudah salah sejak awal.

Tapi siapa Asheel? Penguasa Kekacauan!

Jika dia tidak menemukan apa yang bisa menghiburnya, maka dia akan membuatnya sendiri.

Salahkan orang-orang yang bertingkah seperti badut, tapi tidak ada yang menarik perhatiannya sama sekali.

Hanya perang yang sesungguhnya, dimana mereka saling membunuh dan mengambil nyawa satu sama lain yang mampu memuaskannya.

Di medan perang, satu nyawa sangat tidak berharga dan hanya digunakan sebagai umpan meriam. Itu adalah nilai kehidupan dalam perang. Jika mereka tidak kuat, maka mereka hanya akan menjadi batu loncatan bagi musuh dan rekannya.

Tidak ada konsep kuat dan lemah dalam perang ini. Mereka semua setara dan saling membunuh satu sama lain.

Manusia pribumi hanya menjadi korban dari peperangan yang terjadi. Orang yang lebih kuat tetap tidak berdaya dan tidak bisa melakukan apa-apa. Keinginan untuk berperang dan balas dendam sudah musnah bagi para manusia yang bergabung dalam Stigma, dan masing-masing dari mereka berusaha mencari cara untuk menyelamatkan diri mereka sendiri.

Setelah merasakan aura keputusasaan semakin mengental di setiap detiknya, orang yang baru saja keluar dari portal itu tahu jika situasi telah berubah ke arah yang mengerikan.

"Kau tetaplah disini, aku akan mengecek sekitarnya terlebih dahulu. Untuk Gowther pengkhianat itu, aku akan mengurusnya."

Tanpa menunggu Melascula bereaksi, orang itu sudah terbang melesat keluar.

Melascula hanya bisa melihat sosoknya menghilang dengan cepat, lalu menjilati bibirnya. "Mana mungkin aku akan diam saja. Ada banyak jiwa lezat disini."

Saat sosok itu baru keluar dari Menara Cahaya Suci, tiba-tiba seorang Malaikat melesat ke arahnya dan berniat menyerangnya.

Orang itu hanya menarik pedangnya dan menebas ke depan sekali, dan Malaikat yang menyerangnya langsung mati.

Tapi keterkejutan bisa dilihat dari keningnya yang mengkerut. "Kekuatannya tidak main-main."

"Meski begitu, aku, Zeldris, pemimpin Sepuluh Perintah Tuhan saat ini, sekaligus pangeran Iblis, berjanji akan membawa Klan Iblis dalam kemenangan!"

Setelah memantapkan tekadnya, bocah itu segera melangkah lebih dalam ke medan perang, dan tidak menyadari jika dia tidak bisa kembali lagi ke Alam Iblis.

...

"Satu-satunya cara untuk menghentikan semua ini adalah pria bernama Asheel itu. Kita mungkin tidak akan bisa mengalahkannya, tapi aku akan terus membujuknya. Aku yakin dia akan mengerti pada akhirnya."

Elizabeth, yang berkumpul bersama lainnya masih bersikeras untuk menghentikan perang yang tidak masuk akal ini.

"Jika mereka masih terus membunuh satu sama lain dengan perilaku mereka yang seperti mesin petarung, perang terkutuk ini mungkin akan berakhir dalam beberapa hari." Sariel berkomentar.

"Jutaan nyawa yang lenyap hanya dalam beberapa hari sungguh menyedihkan. Aku masih tidak bisa mempercayainya!" Tarmiel menambahkan.

Mendengar seruan mereka berdua, Elizabeth segera berkata: "Karena itu, sebelum semua itu memiliki dampak pada dunia ini, kita harus segera bertindak dan menghentikannya!"

"Bersikaplah realistis! Kamu sangat tidak masuk akal saat ini, Elizabeth-sama!"

Elizabeth mengabaikannya dan menoleh ke kekasihnya, "Bagaimana menurutmu, Meliodas?"

Meliosas tersenyum, "Aku akan selalu mengikutimu bahkan jika pergi ke neraka sekalipun!"

"Hm, karena Meliodas telah memutuskan, aku sang Raja Peri akan mengulurkan bantuan kepadamu, Elizabeth-sama."

"Gloxinia, kamu serius?!" Drole, sang Raja Raksasa yang sebenarnya takut mati, berkata dengan tidak percaya pada sahabatnya.

"Maaf, kawan. Tapi ini keputusanku."

Gloxinia tersenyum dan menepuk bahunya. Peri kecil yang berdiri di belakangnya hanya mengangguk setuju. Mereka tidak punya apa-apa lagi untuk diperjuangkan selain menghentikan perang dan kekacauan ini.

"Onii-sama, aku akan membantumu."

"Tidak, Gerheade. Aku tidak bisa membiarkanmu ikut!"

"Tapi..."

"Yosh! Aku akan mengikutimu, kawan! Mari kerahkan semuanya pada pertempuran ini!"

Drole tiba-tiba berteriak dan mengangkat keempat tangannya dengan penuh keyakinan.

"Bagus. Mari mati dengan cara yang heroik!" Gloxinia mengacungkan jempol padanya.

Melihat kelakuan mereka, tiga Malaikat Agung hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Ludociel yang telah sembuh lalu berkata dengan melankolis, "Benar-benar tidak di sangka aku akan bekerja sama dengan kalian untuk situasi mendesak saat ini. Ayo tulis ulang sejarah palsu ini dan nyatakan kemenangan untuk Klan Dewi!"

"Perasaan persatuan ini karena keajaiban yang dibawa oleh Elizabeth-sama!" Sariel menyoraki.

Melihat mereka semua mau bekerja sama, Elizabeth sangat bersyukur di dalam hatinya. "Terima kasih kalian semua, tapi tolong lebih perhatikan nyawa kalian sendiri. Menurutku, berhasil bertahan hidup juga merupakan kemenangan dalam perang."

"Tentu saja, Elizabeth-sama. Aku masih tidak berniat untuk mati terlalu dini!"

"Bagus!"

Bab berikutnya