"Ofuro, ofuro~"
Sera berjalan dengan gembira menuju kamar mandi, meskipun begitu jejak kekhawatirannya terhadap Asheel masih bisa terlihat di matanya yang redup.
Setelah menanggalkan pakaiannya, dia masuk ke kamar mandi besar yang terlihat sederhana. Pertama-tama, dia membilas tubuhnya terlebih dahulu dengan sabun dan shampoo sebelum membenamkan dirinya ke dalam air panas yang telah dia persiapkan saat mencuci muka sebelumnya.
"Ahh~ nikmat sekali..."
Setelah tubuhnya tenggelam ke dalam air, dia merilekskan tubuhnya dan bersantai dengan bersandar pada bathtup.
"Rasa kesepian ini..." Dia menghela napas panjang saat kepalanya mendongak, membuatnya bisa melihat langit-langit sebelum bergumam, "....kita berdua benar-benar tidak bisa terpisahkan."
Sera bisa merasakan kesepian di hatinya saat mengingat jika dia tidak akan berinteraksi dengan Asheel selama berbulan-bulan. Dia sudah terlalu terikat dengannya.
Saat memikirkan lebih mendalam tentang emosi yang sedang dia rasakan, pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka yang membuatnya menoleh dengan malas ke arahnya.
"Sera nee-san..."
Kepala kecil Merlin dapat dilihat saat dia muncul dengan tubuhnya ditutupi handuk. Dia dengan malu-malu mencoba mengintip ke dalam.
"Oh, Merlin-chan!" Sera tersenyum setelah mengetahui siapa itu. "Apakah kamu ingin mandi bersama denganku?"
"Y-ya..." Merlin mengangguk dengan malu-malu saat kepalanya menunduk ke bawah, berusaha menyembunyikan rona merah di wajahnya.
"Masuklah, apakah kamu ingin aku menggosok punggungmu?" Sera menawarkan.
"J-jika Sera-nee tidak keberatan..." Merlin menjawab sambil berjalan masuk dengan gugup.
Dia duduk di bangku kecil saat tepat didepannya adalah cermin besar. Di dinding juga tergantung shower dan alat kebersihan diri lainnya.
Sera bangkit dari bathtup dan berjalan menuju Merlin, benar-benar mengekspos tubuh indahnya yang sempurna kepada Merlin.
Merlin merasakan pipinya panas saat secara sekilas melihat tubuh mempesona Sera.
Lekuk tubuhnya yang sempurna, kulit putih pucat yang mengkilap seperti polesan giok, dan kuncup merah muda di ujung dua gunungnya yang sederhana. Rambutnya yang diikat membuatnya menunjukkan leher bagian belakangnya, membuatnya terlihat lebih mempesona.
Itu benar-benar kecantikan seorang Dewi yang tidak bisa dijangkau oleh siapapun. Bahkan orang yang menyebut dirinya sebagai Dewi akan malu saat dibandingkan dengannya.
Walaupun Sera tidak mengaktifkan seluruh pesonanya, tapi pesona yang dia tunjukkan saat ini sudah benar-benar keluar dari apa yang bisa ditanggung oleh dunia.
Merlin melongo saat melihat Sera mendekat ke arahnya, dia linglung dan merasakan detak jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya.
"Ada apa Merlin-chan? Apakah kamu sakit? Ataukah ... kamu jatuh cinta dengan sosokku yang mempesona ini?" Sera tersenyum narsis saat menggoda Merlin, tidak lupa berpose agar tubuhnya terlihat lebih menggoda di matanya.
Merlin terbangun dari linglungnya saat dia buru-buru menundukkan kepalanya karena malu, sambil bertanya-tanya wajah apa yang dia tunjukkan sebelumnya. Apakah ekspresi kekaguman sangat terlihat di wajahnya?
Dia segera berbalik dengan malu saat dia berkata dengan gugup, "A-aku ... sangat mengagumi sosokmu, Sera-nee..."
"Apakah begitu?" Sera terkekeh saat menempelkan payudaranya ke punggung Merlin, membuat yang terakhir tersentak. Dia mendekatkan mulutnya ke telinga Merlin, "Kamu benar-benar memiliki pemikiran yang dewasa, Merlin-chan. Tapi karena itu, jangan pernah jatuh cinta padaku."
Sentakan yang kuat menjalar di tubuh Merlin saat dia terengah-engah. Wajahnya sangat merah dan panas.
"A-aku ... tidak akan! Aku menyukai Asheel!"
Dia berkata tanpa sadar karena Sera yang menggodanya terlalu jauh. Kepalanya lebih menunduk saat menyadari apa yang baru saja dia katakan. Dia tidak berani menoleh ke belakang karena perkataannya sebelumnya seperti memprovokasi Sera yang adalah pacar Asheel.
"Ara, Merlin-chan. Kamu sangat berani mengatakan itu di depanku. Apakah kamu ingin NTR aku? Tunggu sampai kamu dewasa, mungkin kita akan menjadi saudara perempuan di masa depan..."
Walaupun Merlin tidah tahu istilah apa yang baru saja diucapkan Sera, tapi dia tahu intinya. Dia terkejut karena Sera mengatakan itu, sebelumnya dia mengira Sera akan marah dan berkata jika dia tidak akan menyerahkan Asheel padanya atau semacamnya. Jawaban Sera benar-benar diluar dugaannya.
Dia terdiam sejenak sebelum dengan perlahan menoleh ke belakang, menampilkan wajah penuh kebingungan.
Mengetahui kenapa Merlin menampilkan wajah seperti itu, Sera hanya terkekeh lagi, "Yah, sebenarnya aku bukanlah satu-satunya pacar Asheel."
Melihat senyuman yang terpampang di wajah Sera, Merlin membuat wajah yang lebih bingung sebelum bertanya dengan suara rendah, "Apakah tidak apa-apa untukmu seperti itu?"
"Seperti apa?" Sera tersenyum kecil saat mengoleskan sabun ke handuk di tangannya.
"Berbagi perasaan Asheel dengan wanita lain..?"
"Aku sudah menerimanya. Yah, lagipula aku sendiri yang akan menilai kelayakan wanita yang akan berdiri di sisi Asheel. Terlebih lagi, aku tidak bisa memuaskannya sendirian." Pipi Sera menjadi merah saat mengatakan kalimat terakhir. Tidak peduli berapa banyak tubuhnya telah di sentuh dan dipermainkan oleh Asheel, tetap saja membicarakannya akan membuatnya malu.
"Lalu, berapa banyak pacar yang dimilikinya?" tanya Merlin dengan antisipasi.
Sera terdiam sejenak sebelum berpikir keras, "Tidak banyak, Asheel sebenarnya tidak sebajingan itu. Dia hanya suka menggoda tapi tidak mengencani mereka. Hanya beberapa orang yang bisa membuat Asheel serius kepadanya."
"Begitukah..."
Merlin lalu dengan ragu-ragu mengangkat kepalanya untuk menatap mata Sera secara langsung, tapi dia sangat malu dan pada akhirnya dia hanya bertanya dengan suara rendah, "B-Bagaimana denganku? Apakah aku layak....?"
"Merlin-chan, kamu benar-benar ingin menjadi wanitanya..!" Sera lalu memeluknya dari belakang, membuat tubuh halus Sera bergesekan dengan tubuh Merlin.
Itu membuat Merlin lebih gugup.
"Yah, tunggu saja saat kamu lebih dewasa. Aku akan memutuskannya saat itu." Dia tersenyum, tapi tiba-tiba berkata dengan suara serius, "Tapi aku harap perasaanmu terhadap Asheel tidak akan berubah. Walaupun itu kamu, aku tidak akan memaafkanmu jika kamu membuat perasaan Asheel terluka."
Mendengar betapa berat nada yang diucapkan Sera, Merlin buru-buru mengangguk. "Ya, aku tidak akan membuatnya terluka. Aku juga akan selalu berada di sisinya. Dan, aku akan berusaha untuk membuat Asheel memperhatikanku!"
"Kepercayaan diri yang bagus!" Sera tersenyum sambil memberikan sentuhan terakhir pada gosokan punggungnya. "Nah, sudah selesai. Kamu bisa masuk ke bathtup setelah membilas diri."
"Terima kasih, Sera-nee."
Merlin lalu membilas tubuhnya saat Sera kembali berendam di bathtup.
Mereka berdua lalu menyelupkan diri ke bak air panas dan kenikmatan berendam dapat terlihat di wajah mereka.
"Selama beberapa hari terakhir, aku telah mencoba berendam disini berulang kali. Tapi tetap saja, rasanya sangat nikmat~!" Merlin meregangkan tubuhnya saat dia bersandar berhadapan dengan Sera.
"Merlin-chan..." Sera tanpa ekspresi memanggilnya, membuat Merlin dengan bingung menoleh ke arahnya. "Kemarilah."
"Ada apa, Sera-nee?" Merlin merangkak melalui air dan mendekati Sera.
Sera langsung membalik tubuh Merlin, membuat tubuh Merlin bersandar pada tubuh Sera.
"...Sera-nee?"
"Tubuhmu begitu hangat, Merlin-chan. Mungkin ini yang kubutuhkan saat ini..." Sera memeluk Merlin dari belakang dan menyandarkan dagunya ke bahu Merlin. "Tolong seperti ini sejenak..."
"Sera-nee..." Merlin sepertinya tahu apa yang dirasakan Sera saat ini karena dia juga merasakan hal yang sama. "Apakah Sera-nee juga khawatir pada Asheel?"
"Itu sudah jelas, kan? Asheel adalah orang terpenting dalam hidupku," Sera tersenyum lalu melanjutkan, "Dan saat aku melihatmu saat pertama kali, itu mengingatkanku pada diriku sendiri.."
"Kenapa begitu?"
"Asheel sudah memasuki hidupku sejak aku sadar, dan entah bagaimana aku jatuh cinta padanya. Seharusnya dia menjadi sosok Ayah atau Paman bagiku. Aneh, kan?"
Merlin terdiam sejenak sebelum menjawabnya dengan serius, "Tidak aneh sama sekali. Sebenarnya aku juga, saat pertama kali Asheel menolongku, dia seperti sosok pangeran bagiku. Tapi saat aku melihat Asheel begitu intim dengan Sera-nee, sebenarnya aku sangat kecewa saat itu..."
Sera memutar matanya sebelum menampilkan senyum padanya, "Yah, Merlin-chan. Cinta benar-benat tidak dapat ditebak, ya? Hahaha!"
Dia tidak bisa memberitahukannya jika Asheel hanya bersikap keren padanya saat itu, karena itu dia hanya bisa tertawa canggung.
"Tapi, Sera-nee. Kulitmu cantik sekali.." Merlin tanpa sadar mengatakan kekagumannya saat menatap kulit tangan Sera yang sedang memeluknya dari belakang.
"Banyak orang yang mengatakan hal yang sama padaku," Sera tanpa malu membual tentang dirinya sendiri. Tapi itu kenyataan karena banyak wanita yang juga mengatakan hal yang sama.
"Dan..." Merlin tanpa berbalik merasakan kelembutan tepat di bagian belakang kepalanya. Dia juga tanpa sadar menggerakkan kepalanya ke depan dan belakang untuk lebih merasakan sensasi kelembutan itu.
"Ara, kamu boleh menyentuhnya, lho." Sera menyarankan dengan senyum nakal.
"Bolehkah?" Merlin memiliki mata penuh harap saat dia melihat Sera.
Sera langsung menarik tangan Merlin dan menempelkannya ke payudaranya sendiri.
Merlin menikmati sensasi lembut yang didambakannya dan merasakan tonjolan kecil yang sedikit menusuk di telapak tangannya.
"Apa ini?" Merlin tanpa sadar meremasnya.
"Ara~, kamu sangat mesum, Merlin-chan~!" Sera dengan pipi merah menggodanya.
Merlin langsung tersadar saat dia berkata dengan panik, "Ahh, maafkan aku! Aku tidak bermaksud seperti itu..."
Perkataannya melambat saat pandangannya menyapu dadanya sendiri.
Datar.
Sera terkekeh melihat itu, "Jangan khawatir, Merlin-chan. Itu pasti akan tumbuh, rawat dengan baik, ya? Ataukah, kamu ingin Onee-san ini memijatnya?"
Tanpa menunggu jawaban Merlin, tangan Sera langsung bergerak ke dada Merlin dan menggunakan jari-jarinya untuk menekan area itu.
"Ahh, Sera-nee! Apa yang kamu lakukan....?"
Blak!
Pintu-tiba-tiba terbuka sekali lagi, membuat mereka berdua berhenti dan tanpa sadar menoleh ke arahnya.
"Kenapa kalian tidak mengajakku?"
Ophis dengan tanpa ekspresi muncul tanpa mengenakan apa-apa, walaupun memasang wajah datar nada kesalnya terdengar sangat jelas.
"Ahh, Ophis-chan... masuklah...!"
Pada akhirnya, mereka bertiga menikmati waktu mereka dengan berendam dan bersenang-senang di kamar mandi.
...
Tiga bulan kemudian.
Asheel yang selama ini tertidur, tiba-tiba membuka matanya.
"Ahh, rasanya sangat segar. Aku tidak tahu sudah berapa lama aku tertidur. Rasanya sudah sangat lama..."
Sosoknya bangkit dan dia duduk di futonnya. Sinar matahari dari jendela menyinari wajahnya yang membuatnya meredupkan pandangannya dari kecerahan itu menggunakan tangannya.
Tapi dia merasakan sesuatu yang aneh saat ini.
"Kenapa tanganku begitu kecil..?"
Saat pandangannya jatuh ke tubuhnya, dia terdiam beberapa saat dan tidak bisa bereaksi. Kemudian, untuk mengonfirmasi bagian terburuknya, dia bangkit dan berdiri.
Jarak pandangnya terlalu pendek.
Masih tidak percaya pada tebakan di benaknya, dia berjalan menuju cermin besar di ruangan itu.
Melihat tubuh kecil dan sosok kekanak-kanakannya pada cermin, dia linglung sejenak sebelum sadar dan terkejut.
"AAAAHHHHHHHHHHHH !!! APA YANG TERJADI ?!"
Teriakannya terdengar di seluruh kuil.
Unsur Yuri di atas adalah efek setelah menonton Yagate Kimi ni Naru (Bloom Into You)
Thx