webnovel

Vol I 11 『Senya the Swordsman』

"Apa kamu terluka?" tanya gadis berambut biru itu dengan senyuman lembut.

Seseorang muncul dari balik kegelapan dan menghampiri kami. Sepertinya dia tidak berbahaya, malahan, dia baru saja menolong kami yang sedang kesulitan.

Aku lalu menyimpulkan jika dirinya merupakan seorang petualang sama seperti kami.

"... Ti--Tidak. Kami baik-baik saja..."

"Benarkah? Syukurlah kamu baik-baik saja. Aku sempat mengira jika diriku sudah telat."

"Ya--Ya, terima kasih atas pertolongannya..."

Gadis itu lalu tersenyum dengan lembut ke arahku yang baru saja berbicara dengan nada bergetar.

"Tidak perlu gugup begitu, aku bukanlah orang yang berbahaya."

Jika dilihat dari tingkahnya, sepertinya gadis berambut biru ini memang benar-benar bukan sebuah ancaman untuk kami. Tetapi, meskipun dia kelihatannya sangat lembut seperti ini..., bagaimana bisa dirinya dengan sangat mudah bisa mengalahkan monster tadi? Apa mungkin dikarenakan dirinya sudah terbiasa melakukan pekerjaan seperti ini saat menjadi seorang petualang?

"Apa kamu juga mengambil quest untuk menginvestigasi dungeon ini?"

"Ah. Benar. Kami mengambil quest ini karena kami mengira akan bisa menemukan harta karun yang berjumlah banyak."

"Heeh... Kebetulan sekali, aku juga sama sepertimu. Tetapi, meskipun kamu adalah seorang petualang, kamu tidak boleh hanya mengincar uang-nya saja loh... Para petualang itu ditugaskan untuk melindungi para penduduk dan warga yang hidup di desa untuk menjaga kedamaian. Mencari uang memanglah penting, tetapi, prioritas harus tetap diutamakan---"

Panjang sekali... Dan juga, dia menjelaskannya seperti seorang senior saja...

Yah, tapi satu hal yang kuyakin, sepertinya dia benar-benar orang yang baik...

"---Karena itulah... Hey, apa kamu mendengarkan...?"

"Ah, iya, aku mendengarkan kok..."

"Baguslah kalau begitu... Oh, benar juga, aku belum memperkenalkan diriku bukan? Maaf karena belum melakukannya, padahal dirikulah yang lebih dulu mengajakmu untuk berbicara." Setelah mengatakan itu, gadis berambut biru itu lalu menundukkan kepalanya sembari mengatakan: "Aku minta maaf..."

"Ah. Tidak. Tidak apa-apa kok. Lagi pula, kamu juga sudah menyelamatkan kami. Kamilah yang seharusnya meminta maaf dan berterimakasih padamu. Terima kasih banyak." Aku menundukkan kepalaku untuk berterima kasih padanya.

"Kalau begitu... Sama-sama juga..." Gadis berambut biru itu kembali menundukkan kepalanya padaku dan tersenyum.

Gadis ini..., benar-benar baik!. Iyah, mungkin terlalu baik sih... Padahal sudah kubilang untuk tidak menundukkan kepalanya...

"Kalau begitu, akan kuulangi... Perkenalkan, namaku adalah Senya, seorang Swordsman yang telah berhasil lulus dari akademi pedang yang letaknya ada pada kerajaan, dan kini ingin mengasah kembali kemampuannya untuk mengalahkan kejahatan serta melindungi kedamaian...!" Senya berusaha untuk mengatakannya dengan nada tinggi di akhir kalimat.

Woaah... Swordsman? Itu artinya pendekar pedang bukan? Apa dia adalah seorang Sword Master?

"... Maka dari itulah aku menjadi seorang petualang."

Aku lalu bertepuk tangan untuk mengapresiasi Senya. Yah, sebenarnya aku kagum sih, tidak kusangka jika seseorang sepertinya benar-benar ada di dunia ini. Padahal kupikir orang-orang menjadi petualang hanya demi mendapatkan uang dengan mudah.

"He-He-He. Apa itu tadi terdengar kekanak-kanakan?"

"Tidak kok. Itu tadi terdengar sangat mengagumkan. Dan juga, sampai membuatku terbawa suasana walaupun hanya sesaat."

"Benarkah...? Terima kasih. Pada waktu seperti ini, pasukan raja iblis semakin bertambah banyak dan dunia sudah hampir krisis, aku jadi khawatir akan masa depan yang menunggu..."

Kelihatannya..., dia benar-benar sangat peduli terhadap nasib dunia ini. Gadis yang benar-benar baik...! Idaman! Sangat idaman!

Senya, merupakan seorang gadis baik yang memiliki rambut berwarna biru yang tumbuh sampai ke bagian atas pantatnya dan memiliki dua mata yang berwarna merah muda. Ia memiliki senyuman yang lembut dan wajah yang sangat cantik. Kulitnya berwarna kuning langsat dan sangat mulus. Postur tubuhnya benar-benar sempurna, tubuh rampingnya melebihi model yang pernah kulihat di televisi. Dadanya berukuran medium, tidak, mungkin sedikit di bawah medium...

Ia memakai seragam berwarna putih, dan biru pada bagian perut, seragamnya berlengan panjang lengkap dengan dasi berwarna kuning serta suatu benda seperti gem berwarna merah yang ia letakkan pada dasinya. Seragamnya, terhubung langsung dengan rok pendek berwarna biru yang memiliki motif garis lurus dengan warna kuning dan putih di bagian bawah roknya. Ia juga memakai stocking berwarna biru dengan motif yang sepertinya merupakan bunga, panjang stocking itu sampai ke atas lutut dan memiliki tali yang sepertinya terhubung langsung dengan bagian dalam rok birunya itu. Di pinggulnya, ia memakai suatu ikat pinggang yang memiliki tali untuk mengikat pedang lengkap dengan sabuk pedangnya dengan praktis sehingga ia tidak perlu repot-repot untuk memangkulnya.

Gadis yang polos, baik dan rupawan. Mungkin itulah impresi pertamaku terhadap Senya.

"Ah. Benar juga... Sekarang sudah waktunya untukmu bergantian memperkenalkan diri kan? Bukankah tidak adil jika hanya diriku saja yang melakukannya...?" Senya mencoba untuk memasang muka cemberut.

Sepertinya dia dengan sengaja memasang wajah begitu...

"Ah. Iya. Baik."

Setelah mendengar jawabanku, wajah cemberut yang ia pasang kembali digantikan dengan senyuman.

"Bisa pegang benda ini sebentar, Senya?"

Aku mengulurkan obor yang ada di tangan kananku.

"Ah. Baiklah."

Dan Senya pun mengambil obor yang kuulurkan padanya.

"Oh, benar juga. Senya, kemana perginya obor yang kamu bawa? Apakah kamu menjatuhkannya?"

"Ah-ha-ha.... Sebenarnya, aku secara tidak sengaja menjatuhkannya saat mendengar teriakanmu, dan dengan spontan aku pun langsung berlari ke asal suaranya."

Heeh..., dia benar-benar baik ya...

Aku lalu melakukan posisi "Dab", dan menunjuk diriku sendiri dengan jari jempol.

"Namaku adalah Lort! Bukan Lord dengan "D" tetapi, dengan "T"! Aku baru saja memulai kehidupanku sebagai seorang petualang, dan jujur saja, aku tidak punya uang sama sekali, dan juga tempat tinggal... Tujuanku hanyalah satu! Untuk mengalahkan raja iblis, dan membimbing kedamaian ke dunia ini...!"

... Se--Sepertinya aku berlebihan...

Senya lalu bertepuk tangan dan tertawa kecil sembari menunjukkan senyuman yang lembut di wajahnya.

"Barusan, kamu mencoba untuk meniru diriku bukan?"

"E--Eh? Kamu tahu...?"

"Tentu saja aku tahu... Kamu ini kelihatannya tidak tahu ya..."

"... Tahu apa...?"

"... Jangan pernah meremehkan intuisi seorang perempuan...!"

"Apa-apaan itu..."

Setelah mengatakannya, aku dan Senya pun tertawa.

Aku sebenarnya tidak terlalu tahu apa yang sedang kami tertawakan, hanya saja, saat ini, rasanya aku ingin tertawa lepas. Dan membuang semua hal yang tidak penting meskipun hanya sementara.

"Kamu ini orang yang baik ya, Lort!"

"Haha. Terima kasih banyak, Nona Muda."

Aku bercanda dengan melakukan pose hormat bangsawan.

"Jangan bercanda begitu. Ah, kamu..."

"Ha Ha!"

"Ha Ha Ha!"

"... Ngomong-ngomong, Lort. Apa kamu pergi ke dungeon ini sendirian saja? Bukankah itu berbahaya...? Aku paham sih kalau kamu percaya diri dengan kemampuan sendiri... Tetapi, seharusnya kamu datang bersama dengan party, atau setidaknya, teman yang kamu kenal. Jika kamu tidak keberatan, kamu bisa kok membuat party dengank---"

"---Eh? Tidak-Tidak. Aku tidak sendirian kok. Aku datang ke sini bersama dia. Hey, Rord, kenapa dari tadi kamu tidak menyapa Mbak Se--nya...--?"

Aku melihat ke sampingku dan menyadari jika Rord tidak ada.

"E--Eh? Ro--Rord?!"

Aku melihat ke kanan dan kiri tapi tidak kunjung menemukan Rord.

"Lo--Lort, di belakangmu..."

"Eh? Di belakang...?"

Aku lalu mengintip ke arah belakang dan menyadari jika Rord sedang dibawa pergi oleh salah seorang monster seperti kelelawar yang sebelumnya telah dikalahkan oleh Senya.

"Ro--Rord...?! Wo--Wo--Wo-Wo-Woi tunggu! Kembalikan dia woi...! Tunggu, Rord! Aku akan segera menyelamatkanmu...!"

***

Sepertinya, Rord sedari awal sudah pingsan karena ketakutan pada saat monster itu akan menyerang kami. Karena posisinya berada di belakangku, jadi Mbak Senya sepertinya tidak dapat melihatnya karena diriku yang menghalangi. Dan kemungkinan besar, monster itu sedari tadi sudah bertujuan untuk membawa Rord yang sedang pingsan selagi diriku dan Senya sedang berbincang.

"Oi, Rord! Apa kamu baik-baik saja!? Bangunlah!"

"Monster tadi itu bernama Vlermuis, mereka memiliki kepintaran yang melebihi monster pada umumnya, mungkin karena itulah dia bisa berpikir untuk menculik temanmu."

Tier monster yang ada di dunia ini..., benar-benar tidak seimbang woi...!

"Jadi, diakah..., Rord? Gadis yang cantik ya... Tubuhnya mungil dan sepertinya dia akan bisa menang dengan mudah di kontes kecantikan yang ada di kota."

... Mbak Senya..., kurasa kamu harus lebih perhatian terhadap dirimu sendiri...

"Tetapi..., pakaiannya terlalu terbuka ya..., tidakkah kamu berpikir begitu, Lort?"

"Ya--Ya..., kau benar..."

Bahkan Senya pun juga berpikir seperti itu...

Setelah menyelesaikan quest ini, akan lebih baik jika aku memakai uang hasil hadiah misinya untuk membelikannya pakaian..., setidaknya, yang lebih tertutup.

Benar, benar, begitu saja, akan kubelikan pakaian baru untuknya.

Saat aku memikirkan itu, tiba-tiba saja aku mendengar suara Rord yang sedang pingsan mengeluh kesakitan.

"... Aduh..., sakit..."

"Eh? Rord? Kelihatannya wajahnya terluka. Saat mengobati luka lecet, pertama-tama kau harus--"

"-Ini! Pakailah potion ini."

Senya mengulurkan sebuah botol gelas yang berisikan cairan berwarna merah muda.

Aku mengambil gelas tersebut dan membuka tutup botolnya.

"Minumkan potion itu ke mulutnya!"

"Ba--Baik!"

... Eh? Mi--Minumkan? Apa maksudnya mulut lewat mulut...? Bukankah itu ciuman tidak langsung?

Aku menyentuh bibir Rord tanpa mengeluarkan tenaga lebih.

Apa ini akan terhitung sebagai ciuman pertamaku...? Tidak. Tidak. Ini hanyalah CPR. Yah, pada akhirnya sama saja sih...

Tetapi... Bibir cewek itu..., lembut sekali ya...

Tidak. Bukan saatnya untuk memikirkan itu.

Ermm... Karena sudah seperti ini, aku gaskan saja lah!

... Aah..., akhirnya. Setelah sekian lama, aku akhirnya akan menuju tangga kedewasaan...

Saat aku hendak mempertemukan bibirku yang sexy ini menuju ke bibir Rord yang lembut, tiba-tiba saja...

"Lo--Lort! Apa yang mau kamu lakukan!?"

"E--Eh? Bukankah disuruh untuk meminumkannya?"

"Bu--Bukan mulut lewat mulut, tahu! Te--Tetapi..."

"... Te--Tetapi...?"

"Mi--...--Minumkan lewat gelas itu...!" Setelah mengatakannya, Senya langsung berbalik badan untuk menutupi wajahnya yang memerah.

"Ah... Iya, baiklah."

Aah... Hilang sudah kesempatan...

"I--Ini, potion yang baru!" Senya mengulurkan potion baru padaku.

Dengan perasaan kecewa, aku lalu memberikan potion baru yang diberikan Senya ke mulut Rord dan membuatnya meminumnya.

Oke..., dan telan...

Setelah itu, Rord dengan perlahan membuka kedua matanya.

"... Lo--Lort?"

"Oh! Kau sudah sadarkan diri ya...!"

"Apa yang baru saja terjadi...? Apa aku pingsan...?"

Rord menanyakannya dengan suara pelan dan lemas.

"Sepertinya, tadi kau pingsan karena...--"

"Karena...?"

"Ah. Karena... Sebenarnya, aku juga tidak tahu karena apa..."

"... Apa yang sebenarnya kau maksudkan...?"

Rord lalu duduk dan bersandar pada dinding.

Ia lalu mengalihkan pandangannya pada Senya dan bertanya:

"Siapa?"

"Ah, dia. Namanya adalah Senya, dialah yang telah menyelamatkan kita dari monster itu tadi."

Senya menghampiri Rord dan duduk jongkok di depannya.

"Namaku Senya, salam kenal ya, Rord," ucap Senya sembari memberikan senyuman lembut.

"A--Ah. Um. Salam kenal juga."

Senyuman Mbak Senya..., benar-benar menghangatkan hati...

Kelihatannya, Rord juga memikirkan hal yang sama denganku.

Mau laki-laki ataupun perempuan, sepertinya Senya benar-benar bisa menghangatkan hati keduanya.

"Terima kasih ya, Senya."

"Sama-sama, Rord!"

Kelihatannya mereka akan bisa akrab dengan cepat. Syukurlah..., padahal kukira sebelumya Rord itu tidak suka berteman dengan orang lain. Tapi, kalau orang itu adalah Senya, bahkan seseorang seperti Rord pun bisa berteman dengannya. Yah, bagaimanapun juga, dia itu terlihat seperti tuan putri yang arogan sih...

... Dan juga..., Vlermuis itu, memangnya kau mau melakukan apa sampai ingin menculik Rord seperti itu...? Pasti hal-hal yang cabul... Yah, mungkin dari perspektif mereka, Rord ini sudah bagaikan seorang dewi.

***

Setelah itu, kami melanjutkan kembali penelusuran dungeon, tapi kali ini, kami bersama dengan Senya.

"... Jadi, kalian baru datang ke kota dan baru saja menjadi seorang petualang?"

"Ah. Iya, benar begitu."

"Heeh... Aku tidak pernah melihat sekalipun ada petualang baru yang langsung mengambil misi ke dungeon..."

"A--Hahahaha..., itu dikarenakan si bodoh ini!"

Rord mengarahkan pandangannya ke bawah karena merasa bersalah dan telah membahayakan nyawa kami.

"Padahal sudah kubilang untuk berpikir lebih lanjut, tetapi, dia malah langsung mengambil questnya..."

Aku menepuk kepala Rord dengan pelan dengan tangan kananku.

"... Bukankah aku sudah meminta maaf...? Dan juga, aku tidak ingat jika kau pernah bilang seperti itu..."

"Sudah-sudah, jangan begitu, Lort. Tidak baik untuk kasar terhadap seorang gadis seperti itu, tahu."

"Ah. Iya... Maaf..."

"Jangan minta maaf padaku, tetapi, minta maaflah pada Rord."

Kalau Mbak Senya yang memintanya...

"Aah... Aku minta maaf, Rord. Maaf karena telah menepukmu..."

"He-He...! Jadi kau benar-benar merasa bersalah ya, Lort! Tenang saja, aku dengan senang hati akan memaafkanmu...!"

Aku menghela napas yang panjang sembari membungkukkan badan saat berjalan.

... Yah, setidaknya, Rord sudah kembali seperti biasanya, dengan begini, mungkin kami sudah bisa melanjutkan penelusuran kami di dalam dungeon...

Best Waipu...! o(≧▼≦○〃

Napidcreators' thoughts
Bab berikutnya