Dhika mengangguk, "tapi karena itu, aku bertemu denganmu. Tuhan, memberi karma baik padaku."
"Yakin karma baik?" Cia menatap pria yang dulu mati-matian dia tolak kehadirannya. Tuhan, memang punya rencananya sendiri.
"Tentu, selama aku hidup, kamu hal terindah yang pernah aku miliki."
Cia langsung bangun begitu Dhika mau memulai aksinya, pria itu menatapnya lapar. Tau dalam bahaya, Cia langsung masuk kedalam kamar mandi dan mengunci rapat pintu, setelah itu dia membersihkan diri.
Dhika tersenyum sambil kembali duduk, apa yang dia alami dulu tidak sebanding dengan apa yang di milikinya sekarang. Istri dan kedua anaknya adalah hadiah terbaik dari Tuhan, dan dia tidak akan menyia-nyiakannya lagi.
***
"Pernikahan ini harus di umumkan, cicitku harus mendapat nama Sandjaya dan publik harus tau keberadaan mereka." Tegas tuan besar di ruang keluarga setelah sarapan.
Tama dan Sinta tentu sangat setuju begitupun kedua orang tua Cia.
"Menurut kalian?" tanya tuan besar pada Cia dan Dhika.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com