Flashback on
"Coba lo, Anna sama El pancing Risa," kata Radit membuat keduanya menatap Radit dengan pandangan yang sulit diartikan. Tentu saja mereka tak akan pernah merasa paham jika Radit tak menjelaskan.
"Magsud lo?" tanya Reno membuat Radit balik menatapnya.
"Buat Risa cemburu,secara kan Risa demen banget sama El. Kalo El sama Anna ngaku pacaran, Risa pasti marah dong," terang Radit membuat mereka mengagguk mengerti.
"Tunggu, ini magsudnya apaan si?!" tanya Reno. Memang Reno termasuk golongan orang yang sulit berffikir dengan cepat. Entah itu dalam perbincangan ringan atau perbincangan penting seperti ini.
"Tapi gue liat sosok lain dalam diri Risa," gumam Anna yang dapat mereka sadari. Mereka mengalihkan pandangan mereka pada Anna. Sontak Anna menggeleng, bersumpah serapah dalam hatinya karena dengan tidak sengaja mengucapkan itu di depan Reno dan Radit.
"Magsud lo apa Na?' tanya Radit.
Anna bangkit dari duduknya, "Eng-- engga kok, gue samperin Serli dulu ya, sekalian ngasih tau rencana kita," kata Anna sembari pergi meninggalkan mereka yang masih memikirkan apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa Anna mengatakan hal seperti itu. Bukankah itu suatu kejanggalan? Tentu saja.
***
"Gue bareng Reno sama Radit ada rencana buat nanti malem," kata Anna.
Serli mengernyitkan dahinya bingung, "Rencana apa?"
"Lo sadar gak belakangan ini Serli kosong?" tanya Anna malah balik bertanya pada Serli. Namun meski begitu Serli tetap mengagguk setuju dengan apa yang Anna pertanyakan. Dirinya pula merasakan kejanggalan itu.
"Kita mau tes, apa Risa bermasalah atau dia lagi pura-pura," ucap Anna menerangkan.
"Caranya?" tanya Serli.
Anna menjelaskan apa yang akan mereka lakukan nanti, hingga Serli menyetujui dan rencana mereka akan dimulai. Hanya tinggal meminta persetujuan dari El saja dan rencana mereka akan berjalan seperti apa yang diinginkan.
***
"El… Gue, Reno, Radit sama Serli ada rencana," ucap Anna sembari memandang wajah tampan El yang tengah memejamkan matanya, namun meski begitu Anna tau El tidak benar-benar tertidur saat ini.
"Semuanya uda setuju kalo kita mau tes Risa, dia keliatan kosong. Kita semua mau tau apa Risa beneran kosong atau lagi sandiwara aja," sambungnya yang masih tidak El pedulikan.
"Berhubung Risa cinta banget sama lo, gue mau pura-pura jadi pacar lo," ucap Anna lagi.
"Secara kan Risa pasti marah dengernya dan pasti murka banget sama gue," kata Anna. Anna masih sangat sabar menunggu jawaban apa yang akan El berikan. Lagipula ini semua untuk kepentingan bersama.
"Cuman sandiwara kok," kata Anna lagi.
"El, mau ya??" bujuk Anna pada El yang masih berbaring di tempat tidur. Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh menjelang siang, namun El tak kunjung bangkit dari tempat tidur hingga Anna terpaksa menghampirinya.
"Perasaan gue bukan buat dimainin," jawab El dengan mata yang masih tertutup rapat.
Anna menghela nafasnya kasar, "Siapa yang mau mainin perasaan lo?"
El bahkan tak menjawab, Anna kembali mengguncangkan tubuh El, dirinya tak akan menyerah sebelum El berkata iya, "Anggap aja kita main drama, oke?"
Tiba-tiba saja El membuka matanya, ditatapnya Anna sembari berkata, "Tapi ada syaratnya?"
Anna memutar bola matanya malas, selalu saja begini. Padahal yang membuat rencara adalah Reno dan Radit. Namun mengapa dirinya yang harus bersusah payah memenuhi syarat yang El berikan padanya? Akan tetapi, jika dipikirkan lagi ini pula penting untuk dirinya dan teman-temannya memastikan jika ditempat ini tak ada pa-apa. Ya, meskipun Anna sudah beberapa kali menemukan sosok perempuan di villa ini.
"Yaudah apa!" kesal Anna menerima tawaran yang El berkan. El tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Anna menatap El penuh harap, semoga saja El tak memberikan syarat yang tidak dapat dirinya lakukan.
"Kiss me," kata El sembari bangkit dan duduk. Anna membulatkan matanya sempurna. Bisa-bisanya El mengatakan hal seperti itu.
"Satu lagi," sambungnya semakin membuat Anna kesal saja.
"Peluk gue," kata El lagi.
Flashback off
"Gue sama El--
"Kita pacaran," tukas El to the point. Semua pandangan tertuju pada Risa, menunggu reaksi apa yang akan Risa berikan.
"KALIAN PACARAN!!!" pekik Feby yang tidak mereka pedulikan. Karena bukan respon Feby yang mereka tunggu, melainkan respon Risa yang bahkan sampai saat ini hanya diam.
"Wah gila lo Anna! Lo niking Risa!!" kesal Rachel. Memang pada dasarnya yang tak mengetahui rencana ini hanya mereka bertiga, Namun anehnya lagi mengapa Risa tak memberi tanggapan apapun.
"Risa Lo gakpapa kan?" tanya Serli mulai khawatir.
Risa mendongakan kepalanya, menatap Serli hingga tiba-tiba--
"ARGHHHHH!" jerit Serli sembari berlari menghampiri Reno dan juga Radit. Serli tampak ketakutan dengan bersembunyi dibalik tubuh kekar Radit dan juga Reno. Tentunya mereka semua heran, ada apa dengan Serli hingga menjerit histreris seperti itu setelah menatap Risa cukup lama. Reno pula dapat merasakan tubuh Serli yang tampak bergetar hebat.
"Ser ada apa?" tanya Anna.
"Itu bukan Risa," bisik Serli namun masih dapat terdengar jelas oleh semuanya. Rachel dan Feby pun bangkit perlahan dan menjauhi Risa. Mereka semua memandang Risa dengan tatapan takut. Risa kembali mendongokan kepalanya, menatap Anna yang juga tengah menatapnya.
"Iya, dia bukan Risa," gumam Anna saat melihat jika itu bukan Risa.
Risa bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan mereka ke arah pintu keluar. Anna ikut berlari mengejar Risa yang pasti tengah tak sadarkan diri.
"Anna! Gak usah macem-macem!" tegas El menghentikan Anna. Akan tetapi, Anna tetaplah Anna yang keras kepala membuat semuanya ikut mengikuti mereka. Lagipula mereka harus tetap bertanggung jawab pada keselamatan Risa apapun yang terjadi.
"Gue mau pulang," kata Reno sembari berjalan mengikuti mereka. Radit melem[par tatapan tajam pada Reno yang sudah berbicara seperti itu. Tentu Reno takut dan lebih memilih untuk bungkam saja. Rachel dan Feby sudah menangis ketakutan, mereka merasa menyesal karena ikut dengan Serli dan juga Anna. Andai saja mereka tak ikut dengan mereka, mungkin mereka dapat menikmati masa libur mereka dengan keluarga.
"Tunggu El! Anna! Jangan gegabah!" kata Radit membuat mereka menghentikan langkahnya.
Anna dan El menghentikan langkahnya atas intruksi yang Radit berikan, dilihatnya Risa yang sudah masuk ke kawasan hutan. Mengapa bisa seperti itu? Dan apa yang akan disampaikan. Anna sebenarnya masih penasaran. Akan tetapi dirinya tak dapat mempersulit teman-temannya hanya karena rasa penasarannya. Apa yang dikatakan Radit benar adanya, sejatinya kita tak dapat gegabah. Harus ada sebuah rencana sebelum bertindak.
"Woi!! Gue cariin kalian kemana-mana!" ucap seseorang yang baru saja datang membuat mereka seketika mematung tanpa sepatahkatapun.