"Kau mungkin tidak membunuhnya secara fisik, tapi aku tak tahu berapa kali kau telah membunuh jiwanya," ucap ayah Kino.
Rain mengangkat alis. "Hanya karena kita sudah bekerja sama, bukan berarti aku tidak bisa membunuhmu. Berhati-hatilah dengan apa yang kau katakan padaku," Rain memperingatkannya. "Dan satu lagi." Rain menarik napas. "Gadis itu milikku. Jiwanya, raganya, semuanya milikku. Jangan ikut campur."
Lalu, Rain masuk ke dalam kamarnya dan membiarkan pintu di belakangnya terbanting menutup dengan keras. Jeanna dan Kino sampai menoleh ke arahnya. Namun, tak seperti Jeanna yang tampak waspada, Kino tersenyum lebar.
"Om, cepat kemari! Pertandingannya sudah dimulai!" ajak Kino sembari menepuk sisi kosong di sebelahnya di sofa panjang itu.
Sebenarnya, Rain bisa saja duduk di sofa lain karena sofa itu sudah ditempati Jeanna dan Kino, tapi Rain menuruti Kino dan duduk di sebelahnya, sementara Jeanna ada di sisi Kino yang lain.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com