webnovel

Persaingan Terbuka

Ceklek.

Suara pintu kamar dibuka dari luar.

Verss sudah tertidur lelap di atas ranjangnya saat seseorang masuk ke dalam kamar dan mendekat. Tidak ada orang lain dalam kamar dan sepertinya Gale juga sedang menerima telepon di lorong luar kamar, orang itu duduk perlahan di pinggir ranjang, berusaha sangat tenang hingga tidak mengganggu tidur Verss.

Waktu menjelang pukul sebelas malam, ini sudah sangat larut suasana di luar juga sangat tenang, vila yang terletak di bawah kaki gunung yang hampir sama sekali tidak ada suara apapun di luar saat ini selain burung dan hewan malam lainnya.

Orang itu mengangkat tangannya, meraih tangan Versa dan menggenggamnya, mengangkatnya dekat wajahnya dan mengecup punggung tangan Verss lembut.

"Heh maafkan kakak Levi, kak Arland tidak bermaksud menyakitimu lagi"

Cahaya kamar yang masih terang menunjukkan wajah Arland yang sudah duduk di pinggir ranjang menggenggam tangan Verss, mengangkat tangannya membelai pipi pemuda imut itu.

"Kakak, ingin mulai lagi, apakah boleh?"

Perlahan, Verss membalikkan kepalanya, membuka matanya sayu melihat wajah Arland yang terbentuk kian sempurna di depan matanya.

"Kak, kakak, baik-baik saja khan?"

Arland mengangguk, ia mengangkat tangan kirinya yang dibalut perban tapi ia tersenyum lebar seakan itu bukan apa-apa, Versa bangun, menarik tubuhnya perlahan dan duduk, melihat wajah Arland lama, ia masih ingat dengan jelas bagaimana wajah Arland yang mengerang kesakitan tapi tetap berusaha melawan tanpa menyerah, ia Arland yang ia kenal, seorang pria muda yang sangat bersemangat dan mau melakukan apapun untuk dirinya, Verss mengangkat tangannya menyentuh tangan Arland yang diperban.

"Apakah masih sakit kak?"

Arland menggelengkan kepalanya.

"Ini tidak sakit, he Kak Arland itu orangnya sangat kuat, luka kecil begini tidak ada apa-apanya, apa, Levi masih tidak enak badan? Maafkan kakak karena lengah, Levi hampir saja dibawa orang"

Versa tersenyum.

"He, harusnya aku yang minta maaf kak, sudah melibatkan kakak"

Arland tertawa kecil, membayangkan kalau ia dan Verss akan terus saling menyalahkan diri sendiri maka pembicaraan ini akan sangat lama usainya. Arland meraih tangan Verss.

"Em, apa, Levi, mau memaafkan kakak?"

Verss terdiam, ia hendak menarik tangannya tapi Arland menahannya.

"Kak"

Arland menundukkan kepalanya, menggenggam telapak tangan Verss mengaitkan semua jarinya. Dikecup punggung tangan Verss kembali, menutup mata mencoba membayangkan apa yang ia rasakan selama ini, perasaan yang sangat nyaman saat menyentuh tangan itu, memegangnya erat dan tak akan melepaskannya lagi.

"Kakak, sangat bodoh, karena meninggalkan Levi dulu, kakak pergi tanpa kabar karena takut, kalau kakak, mungkin tidak akan sanggup mengatakan kalimat itu, selamat tinggal, kakak tak bisa, mengatakan semua itu padamu"

Arland mengangkat kepalanya melihat mata Versa lama, lama, menatap dalam sepasang mata teduh dengan bola mata bening bagai lautan yang siap menenggelamkan ia ke dalamnya, jauh hingga ia tak bisa keluar, ia terjebak dalam lautan itu.

Verss menarik tangannya lepas dari Arland.

"Kakak tidak perlu mengatakannya, aku tahu, aku juga tak mau egois menahan Kakak sementara kakak ada kesempatan untuk mewujudkan mimpi kakak, maafkan aku, telah berpikir egois kak"

Arland menggelengkan kepalanya, ia tak bisa lagi menahan diri hingga air matanya turun membasahi pipinya tanpa ia sadari.

"Ems, berikan, kakak kesempatan yah, kakak berjanji tidak akan melarikan diri lagi kali ini, berikan kakak kesempatan, kita, mulai lagi dari awal yah"

Versa mengalihkan pandangannya, hatinya masih sakit, apa ia bisa melakukannya?

Saat ia berpikir pintu kamarnya dibuka dengan cepat dari luar, tampak Gale sudah berdiri memegang gagang pintu dengan sikap siaga, ia baru saja keluar sebentar untuk menerima telepon dan seseorang sudah masuk ke dalam kamar mereka.

"Tuan muda!"

Gale menghentikan gerakannya saat melihat siapa yang sudah duduk di pinggir ranjang, ia tertahan saat mata Verss melihat ke arahnya.

"Eh, tuan muda"

Verss hanya melihat Gale sejenak dan pria itu tahu kalau ia tidak bisa menganggu saat ini, hingga ia keluar kembali dan menutup pintu kamar.

Tik tok tik tok, detak jam dinding di dinding di lorong luar kamar.

Waktu terasa sangat lama dan tidak bergerak sama sekali saat Gale menunggu di depan pintu kamar.

Ia kerap melihat ke arah pintu tapi orang itu belum juga selesai, ia harus menunggu sampai kapan, ini sudah terlalu lama, pikir Gale yang sudah tak sabar, ia baru akan membalikkan tubuhnya ke arah pintu saat pintu dibuka dari dalam.

Ceklek.

Arland keluar, melihat Gale sejenak dan hendak beranjak pergi, Gale tak suka melihat orang itu, lebih baik tidak banyak bicara, tapi, baru dua langkah Arland justru menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya ke arah Gale.

Gale yang hendak masuk kamar menghentikan gerakannya melihat apa yang akan dikatakan orang itu.

"Em, jaga Levi baik-baik, kali ini, persaingan terbuka kita akan dimulai"

Arland mengedipkan sebelah matanya melihat Gale, sementara Gale masih tidak mengerti dengan ucapan pria muda itu, Arland membalikkan tubuhnya meneruskan langkahnya kembali, Gale masih sempat berpikir, apa maksud ucapannya sambil memegang gagang pintu,.

"Ih orang itu, apa maksudnya persaingan terbuka?"

Hingga pria bertubuh besar itu akhirnya mengerti, ia membuka pintu dan masuk dengan cepat mendekati ranjang.

"Tu tuan muda, Mak maksudnya apa? Tadi Arland itu, ta tadi.."

Verss melihat Gale yang masuk dan tiba-tiba bicara dengan gagap, ia menurunkan tubuhnya kembali hendak melanjutkan tidurnya.

"Bicara apa sih Gale ini?" Ia tidak akan menghiraukan Gale yang terbata-bata.

Gale duduk di pinggir ranjang.

"Itu, maksudnya orang tadi itu, tuan muda bilang apa padanya?"

Verss berusaha menutup matanya tidak mendengar ucapan Gale yang berisik.

"Sudah Gale aku mau tidur, jangan ganggu aku yah"

Tapi Gale masih penasaran, walau ia tidak bisa melarang tuan mudanya untuk memberi kesempatan bagi orang lain tapi ia tidak rela, bagaimana bisa ia bersaing melawan artis besar itu, akkh ini sangat menyebalkan, teriak Gale dalam hati.

#####################

Bab berikutnya